Apa Sih yang Pelanggan Beli, Produk atau Brand?

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]
Apa Sih yang Pelanggan Beli, Produk atau Brand?
Apa Sih yang Pelanggan Beli, Produk atau Brand?

Produk hanyalah pintu masuk, tapi yang mengikat pelanggan adalah brand yang memberikan mereka rasa percaya, kualitas yang konsisten, dan prestise yang terbangun dari waktu ke waktu.

Marketing.co.id – Berita Marketing | Di industri consumer goods, pertanyaan mendasar yang selalu muncul adalah apa yang sebenarnya dibeli konsumen—produk atau brand?

Jika kita cermati perilaku konsumen sehari-hari, jawabannya jelas bahwa mereka membeli brand, bukan sekadar produk. Bayangkan, saat orang menyebut pasta gigi, sering kali yang terucap adalah Pepsodent atau Odol.

Begitu juga dengan deterjen yang identik dengan Rinso, atau air minum dalam kemasan yang langsung diasosiasikan dengan Aqua. Padahal, produk yang digunakan konsumen bisa saja berbeda brand. Inilah bukti kuat bahwa dalam dunia consumer goods, brand jauh lebih melekat di benak konsumen dibandingkan produk itu sendiri.

Pandemi dan Banjir Brand Baru

Ronny Latu, Director PT Pan Pacific Development (pemilik brand sabun antiseptik Asepso) kepada Marketingcoid mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menjadi momen menarik dalam perjalanan brand. Banyak brand-brand baru yang muncul, terutama di kategori kesehatan dan kebersihan. Pasar menjadi crowded oleh berbagai macam produk baru yang mencoba merebut perhatian konsumen.

Namun, sebagaimana hukum seleksi alam, hanya brandbrand kuatlah yang mampu bertahan hingga saat ini. “Banyak brand baru muncul saat pandemi, tapi hanya yang benar-benar menjanjikan yang bisa bertahan. Asepso adalah sabun antiseptik tertua di dunia, dan yang membuat kami tetap unggul adalah kualitas,” katanya menegaskan.

Asepso, Antiseptik Legendaris

Nama Asepso sendiri berasal dari singkatan anti-septic soft. Sebagai salah satu brand antiseptik tertua, Asepso memiliki legitimasi yang kuat di pasar. Meski dihantam badai pandemi dan banjirnya brand-brand baru, Asepso hingga kini tetap eksis. Rahasianya sederhana, kualitas yang konsisten.

Menurut Ronny, branding adalah janji yang harus diwujudkan dalam kualitas. Produk mungkin bisa ditiru, namun brand tidak bisa dijiplak. Jika ada brand yang mencederai janjinya, misalnya menurunkan kualitas, konsumen akan meninggalkannya. Janji brand itu minimal tiga, kualitas, konsistensi, dan prestige. Dan, prestige hanya bisa lahir dari perjalanan Panjang.

“Produk bisa saja ditiru, tapi brand tidak bisa dijiplak. Anda mungkin bisa membuat sabun dengan formula mirip, tapi Anda tidak bisa menempelkan nama Asepso. Di sinilah value tak ternilai sebuah brand,” ucapnya.

Branding dan 4P: Paket Lengkap yang Harus Pas

Ronny juga menyoroti pentingnya bauran pemasaran klasik 4P (Product, Price, Place, Promotion). Ia mengatakan bahwa produk (product) harus berkualitas, harga (price) bersaing sesuai nilai, distribusi (place) harus luas, dan promosi (promotion) bukan sekadar iklan, tapi bagaimana brand terus hadir dan relevan. Di sini, Asepso menempatkan dirinya tepat dalam kerangka ini, produk berkualitas, harga pas, distribusi luas, serta promosi yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Saat pandemi, banyak brand bermunculan. Namun, ketika euforia mereda, konsumen kembali pada brand yang konsinsten pada janji dan kualitasnya. Di sinilah seleksi alam bekerja. Seperti halnya keris buatan empu yang punya nilai tinggi, kekuatan sebuah brand tidak hanya soal produk, tapi soal cerita, perjalanan, dan janji yang ditepati.

“Sekarang saatnya konsumen menilai mana yang benar-benar berkualitas. Kami yakin Asepso akan tetap bertahan di atas karena konsumen tidak hanya membeli sabun antiseptik, mereka membeli Asepso,” pungkasnya.

So, apa pelanggan membeli produk atau brand? Jawabannya sederhana, pelanggan membeli brand. Produk mungkin menjadi pintu masuk, tapi yang mengikat konsumen adalah brand yang memberi mereka rasa percaya, kualitas yang konsisten, dan prestige yang terbangun dari waktu ke waktu. Dalam dunia marketing modern, pertanyaannya bukan lagi “produk atau brand”, melainkan “Apakah brand Anda mampu menepati janji kepada pelanggan?”