Manajer Juga Bisa Salah!

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

manajerMenjadi manajer memang membanggakan. Punya kuasa, punya wewenang. Tapi tunggu dulu, jangan hal itu membuat Anda merasa menjadi “Yang Maha Benar”. Pada suatu ketika, Anda bisa saja melakukan kesalahan, misalnya salah dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada anggota tim kerja Anda.

Berikut ini beberapa kesalahan manajer dalam berkomunikasi yang harus Anda hindari:

1. Membuat pengumuman kontroversial tanpa pengamatan mendasar.

Keputusan kontroversial dapat melahirkan gosip, kecemasan dan perlawanan. Jadi sebelum mengumumkannya, lebih baik mempersiapkan satu per satu. Pelajari siapa yang keberatan dan mengapa.

Keputusan yang menyangkut perubahan adalah yang paling menjadi beban. Bisa berupa reorganisasi, perubahan target atau pemindahan karyawan kunci dapat menimbulkan ketidakpastian. Padahal, ketidakpastian akan menimbulkan kecemasan karyawan. Akibatnya suasana kerja menjadi tidak kondusif dan karyawan menjadi tidak produktif.

Untuk mencegah timbulnya kecemasan itu, bukalah dialog dengan orang-orang Anda. Apakah ada yang merasa terancam posisinya? Maka cobalah berbagi skenario seperti apa yang rencananya bakal Anda jalankan.

Apakah reorganisasi akan membahayakan proyek lainnya? Maka tunjukkan rencana Anda untuk menjaga agar proyek itu tetap berjalan. Demontrasikan keterampilan komunikasi Anda dengan baik, tunjukkan Anda mampu menguasai emosi. Bila perlu bahasa tubuh Anda harus mendukung kata-kata Anda. Pastikan Anda telah menyampaikan perhatian dan empati atas kecemasan mereka.

2. Berbohong

Kadang-kadang, manajer terpaksa harus merahasiakan suatu topik tertentu karena sedang dalam pembahasan. Tetapi jangan karena demi menjaga rahasia, Anda terpaksa berbohong. Kalau sampai orang-orang tau Anda berbohong, mereka akan kehilangan kepercayaan kepada Anda selanjutnya.

Daripada berbohong, mending Anda melatih diri untuk mengatakan,” Bukan wewenang saya untuk menjawab” atau ” Saya belum bisa menjawab sekarang” ketika Anda ditanyai topik sensitif atau rahasia. Konsistensi itu penting.

3. Merendahkan kecerdasan audiens.

Kadang-kadang mungkin Anda terpikir untuk menutupi suatu kesalahan/kegagalan dengan alasan,” Dijelaskan seperti apa juga orang-orang tak akan mengerti”. Mengapa harus membuat penjelasan yang berbelit-belit ketika Anda bisa menyampaikan dengan bahasa sederhana?

Jika Anda beranggapan bahwa orang-orang tidak paham dengan penjelasan Anda, maka sebenarnya: tugas Anda-lah menjelaskannya!  So simple.

Dengan meminimalkan kesalahan dalam komunikasi, setidaknya akan mengurangi kemungkinan timbulnya konflik. Menjadi orang yang di depan memang dituntut punya kelebihan dibanding orang-orang sekitarnya, termasuk dalam berkomunikasi. Primus inter pares!  Apakah Anda layak?

(Wachid Fz/Sumber: Harvard Business Review)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here