www.marketing.co.id – Kita masih ingat, salah satu hal yang menarik perhatian dilakukan oleh tim Jokowi-Basuki yang mungkin tidak diduga oleh tim sukses Foke-Nara adalah aktivitas flashmob di sekitar Bundaran HI. Saat ribuan pendukung Jokowi-Basuki sedang berkumpul, tiba-tiba saja keluar alunan musik keras dan muncul beberapa penari yang menari di tengah-tengah kerumunan massa. Jumlah penari ini lama-lama bertambah banyak dan membuat orang-orang, termasuk Jokowi pun, ikut menari. Ribuan orang akhirnya ikut menari bersama, tanpa diatur mengikuti gerakan orang-orang di sekitarnya.
Sekalipun gerakan bersama tersebut jauh dari gerakan ala Mobbed di channel Fox, aktivitas ini lumayan menyentuh, khususnya untuk para pendukung berat Jokowi-Basuki. Paling tidak pertunjukan tersebut mencerminkan kebersamaan untuk menjadikan Jakarta Baru sesuai slogan mereka.
Flashmob adalah sekumpulan orang di sebuah tempat yang secara tiba-tiba mempertunjukkan gerakan tidak biasa (umumnya tarian) dalam waktu yang singkat dan kemudian menghilang. Flashmob melibatkan banyak orang dan akan semakin menarik ketika jumlah massanya semakin banyak. Sekumpulan grup tari di Amerika Serikat dan Eropa senang melakukannya, yang tercermin lewat film Step Up Revolution. Mereka menggunakan media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk mengorganisir aktivitas mereka. Tarian mereka pun di-upload ke YouTube sehingga menciptakan efek viral.
Flashmob bukan sekadar tarian. Di dalam flashmob terkandung budaya, nilai, dan keyakinan yang terjadi pada masa sekarang. Flashmob lahir dan tumbuh di era komunitas, media sosial, dan reality show. Para marketer bisa melihat aktivitas flashmob ini sebagai aktivitas below the line baru. Mereka bisa mempergunakan kegiatan flashmob sebagai daya tarik massa di sekeliling tempat tersebut dan videonya kemudian dimasukkan ke media sosial seperti YouTube untuk mendapatkan atensi yang lebih luas.
Banyak yang mengatakan bahwa flashmob adalah bentuk dari guerilla marketing. Anda secara tiba-tiba menyerang pesaing di tempat-tempat umum lewat aktivitas yang tidak biasa. Ini misalnya pernah dilakukan oleh T-Mobile yang melakukan flashmob di stasiun kereta api Liverpool.
[yframe url=’https://www.youtube.com/watch?v=VQ3d3KigPQM’]
Flashmob juga bentuk dari viral marketing. Adanya flashmob harus bisa menjadi perbincangan di media sosial. Video T-Mobile ini diunggah ke YouTube dan berhasil menarik 35 juta audience. Flashmob yang dilakukan tim Jokowi-Basuki berhasil menarik perbincangan banyak orang. Kesuksesannya bukan diraih lewat YouTube, tetapi karena kegiatan ini masuk di berita-berita di televisi nasional.
Ada beberapa communication message yang bisa disampaikan lewat flashmob. Ada unsur surprise yang ditampilkan, ketika para penari satu-persatu muncul di tengah-tengah kerumunan. Ada unsur dinamika dan pembaruan yang disampaikan saat ada gerakan-gerakan tidak biasa muncul di tengah-tengah keramaian orang yang menjalankan aktivitas sehari-hari.
Di dalam flashmob ada unsur kebersamaan dan saling berbagi. Gerakan-gerakan massal yang dilakukan oleh penari ditularkan kepada orang-orang sekitarnya. Message ini sesuai sekali dengan tagline T-Mobile, yakni “Life’s for sharing”. Flashmob memang bisa dijadikan sarana engagement yang kuat terhadap konsumen, manakala konsumen semakin jauh dari merek.
Flashmob yang baik harus dapat menciptakan shock effect dan kalau perlu bikin merinding audience yang melihatnya. Seperti dilakukan Howie Mandel dalam serial Mobbed, dimana seorang wanita tiba-tiba diajak menikah oleh sang pacar. Atau seorang anak yang belum pernah melihat ayahnya dan tiba-tiba sang ayah muncul di hadapannya. Semua adegan berlangsung di tengah-tengah flashmob, membuat penonton terharu dan tersentuh.
Yang penting dalam flashmob bukan tariannya yang harus “sekelas Jennifer Lopez” tetapi efek wow yang ditimbulkannya. Kapan-kapan Anda mungkin bisa mencobanya. (Rahmat Susanta)