Marketing.co.id – Berita Digital & Technology | Kamu generasi milenial atau Gen Z? Saatnya kenali sisi etis dominasi AI di gadget masa depan. Gizmologi dan GadgetDiva kembali berkolaborasi dengan Counterpoint Research untuk insight mendalam soal gadget berkekuatan AI dalam Gizmologi Talkshow yang diadakan pada Kamis (13/11) di Jakarta.

Bambang Dwi Atmoko, Chief Editor Gizmologi, menyatakan visi optimis bahwa masa depan teknologi Indonesia akan dibangun oleh inovasi yang berpihak pada kebutuhan pengguna.
Transparansi Data dan Risiko Cloud AI
Namun, di balik gemerlap inovasi tersebut, Praktisi IT senior sekaligus penerima Jonathan B. Postel Service Award, Onno W. Purbo, memberikan refleksi kritis mengenai privasi dalam ekosistem AI. “Jangan sampai mengunggah data pribadi ke AI,” tegas Onno, mengingatkan risiko penyimpanan dan pengolahan data di dalam sistem berbasis cloud.
Baca juga: Tren Penggunaan AI dan Peluang Karir Baru di Indonesia
Selain itu, Onno menyoroti bahwa banyak sistem AI kini merekam dan menyimpan file pengguna, sehingga menimbulkan potensi risiko yang tidak selalu disadari masyarakat. Diskusi ini berlangsung dalam sesi Gizmotalk show, dipandu oleh Danang Arradian dari Forum Wartawan Teknologi (Forwat), pada Kamis (13/11) di Jakarta.
AI sebagai Nilai Jual Utama dalam Gadget Modern
Sementara itu, Ridwan Kusuma dari Counterpoint Research memperingatkan adanya lonjakan besar dalam investasi global di bidang AI. “Kita berada di era Gen AI, dengan model yang dilatih miliaran data dan mampu memahami konteks personal. berdasarkan riset Counterpoint, teknologi generatif AI diprediksi akan merambah segmen smartphone di bawah USD 100 pada tahun 2028.” ujarnya.
Lebih jauh, perkembangan cloud AI menjadi faktor pendorong utama karena memungkinkan pemrosesan dilakukan di server, bukan hanya di perangkat. Menariknya, survei Counterpoint menunjukkan bahwa Indonesia dan Thailand menjadi negara dengan tingkat antusiasme tertinggi dalam mengadopsi Gen AI.
Baca juga: Adopsi AI hingga IoT, Masa Depan Industri Indonesia
Di sisi lain, Onno kembali menegaskan pentingnya literasi konsumen agar masyarakat memahami konsekuensi privasi ketika menggunakan layanan berbasis AI. Ia mengingatkan bahwa pemrosesan berbasis cloud dapat meningkatkan risiko kebocoran data apabila pengguna tidak sadar bahwa file mereka dipindahkan ke server.
Senada dengan itu, Siti Sarifah Aliah dari GadgetDiva menuturkan bahwa AI kini telah menjadi bagian dari aktivitas digital generasi muda. “Peran AI semakin banyak, mulai dari hal kecil seperti menghapus objek pada foto,” ujarnya. Implementasi AI, menurutnya, tidak hanya menambah fitur, tetapi juga mendorong produktivitas, mulai dari merangkum dokumen hingga mengelola smart home.
Namun demikian, perkembangan pesat ini memunculkan pertanyaan: apakah konsumen siap secara budaya dan edukasi? Onno pun menekankan bahwa produsen dan developer harus mengambil peran aktif dalam edukasi pengguna. Dengan demikian, inovasi dan literasi dapat berjalan beriringan sehingga masa depan gadget berbasis AI di Indonesia tetap berkelanjutan.
Pada akhirnya, kecerdasan buatan juga memengaruhi preferensi konsumen dalam memilih perangkat. Kini, banyak pengguna beralih ke smartphone 5G terjangkau dengan fitur AI canggih. Fitur AI tidak lagi eksklusif untuk flagship, produsen mulai memasukkannya ke kategori mid-range hingga ekosistem smart home.
“Pasar smartphone di Indonesia tumbuh sekitar 12% pada Q3 2024,” ujar Ridwan, merujuk pada tren adopsi Gen AI. Saat ini, pangsa pasar smartphone dipimpin oleh Samsung (20%), disusul Xiaomi (17%), OPPO (16%), dan vivo (14%). Sementara itu, Infinix mencatat pertumbuhan impresif sebesar 45% YoY, menandakan agresivitasnya di segmen 5G berbasis AI kelas menengah.


