Monday, September 1, 2025
HomeDIGITAL & TECHNOLOGYEvolusi Konten di Era Kecerdasan Buatan

Evolusi Konten di Era Kecerdasan Buatan

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Konten karya kecerdasan buatan, dengan berbagai risikonya, sudah menjadi kekuatan pendorong yang membentuk masa depan pemasaran.

Marketing.co.id – Berita Digital | Dalam beberapa tahun terakhir, konten yang dihasilkan kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian integral dari strategi pemasaran digital. Konten ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari artikel, gambar, hingga video, yang dihasilkan melalui algoritma canggih dan pembelajaran mesin. Menurut laporan dari Gartner, sekitar 30% konten yang diproduksi di seluruh dunia diperkirakan akan dihasilkan oleh AI pada tahun 2025, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam penggunaannya di industri pemasaran (Gartner, 2023).

Pertumbuhan penggunaan AI dalam pembuatan konten tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memungkinkan personalisasi yang lebih baik, yang mana perusahaan dapat menyajikan konten yang relevan bagi audiens mereka. Dengan banyaknya data yang tersedia, AI dapat menganalisis preferensi pengguna dan menghasilkan konten yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Namun demikian, AI masih dalam tahap perkembangan awal meski yang dihasilkannya terlihat sudah sangat maju dan cerdas. Perusahaan serta para pemangku kepentingan harus memahami risiko dan tantangan etis kala mengeksplorasi peluang, potensi, dan batasan, yang ditawarkan oleh konten berbasis AI.

Efisiensi Waktu dan Biaya

Konten berbasis AI menawarkan berbagai peluang yang signifikan bagi perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas strategi pemasaran. Salah satu keuntungan utama adalah efisiensi waktu dan biaya. Dengan menggunakan AI, perusahaan dapat mempercepat proses pembuatan konten secara drastis. Misalnya, penggunaan OpenAI’s ChatGPT dapat menghasilkan artikel dalam hitungan menit, dibandingkan dengan jam atau bahkan hari yang diperlukan oleh penulis manusia. Menurut McKinsey, penggunaan AI dalam konten dapat mengurangi biaya produksi hingga 30% (McKinsey, 2024).

Selain efisiensi, kemampuan AI untuk personalisasi dan penargetan juga memberikan keuntungan kompetitif. AI dapat menganalisis mahadata untuk memahami preferensi dan perilaku konsumen secara lebih baik. Misalnya, algoritma dapat menciptakan konten yang disesuaikan berdasarkan sejarah interaksi pengguna, sehingga meningkatkan relevansi dan keterlibatan. Sebuah studi oleh Forrester menunjukkan bahwa kampanye yang dipersonalisasi memiliki tingkat konversi hingga 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak, dengan catatan jika perusahaan turut memenuhi faktor waktu, masukan, dan privasi (Forrester, 2023).

Berbagai perusahaan telah berhasil memanfaatkan potensi AI dalam pembuatan konten. Di luar negeri, OpenAI dengan ChatGPT telah menjadi alat yang populer untuk menghasilkan artikel dan konten pemasaran yang menarik dan informatif. ChatGPT tidak hanya membantu
dalam penulisan konten, tetapi juga dalam menjawab pertanyaan dan memberikan dukungan pelanggan.

Di Indonesia, Dewaweb telah memanfaatkan AI untuk menghasilkan konten blog yang relevan dan informatif, membantu mereka untuk meningkatkan visibilitas daring dan menarik lebih banyak pelanggan. Melalui pendekatan ini, Dewaweb dapat menyajikan informasi terkini dan bermanfaat bagi audiens mereka, sekaligus menghemat waktu dan sumber daya.

Dengan memanfaatkan teknologi AI, perusahaan-perusahaan dapat membuka peluang baru
dan tetap kompetitif di pasar yang semakin dinamis.

Masalah Etis dan Kualitas Konten

Meskipun konten yang AI hasilkan menawarkan banyak peluang, ada sejumlah risiko dan pertimbangan etis yang perlu diperhatikan. Salah satu tantangan utama adalah mempertahankan kualitas dan keaslian konten. AI dapat menghasilkan teks dengan cepat, namun sering kali hasilnya terkesan monoton, dangkal, kurang mendalam, dan tidak memberikan wawasan yang diperlukan. Sebuah studi oleh Content Marketing Institute menunjukkan bahwa konten yang tidak berkualitas dapat merugikan reputasi merek dan mengurangi kepercayaan audiens (Content Marketing Institute, 2023).

Selain itu, pertimbangan etis juga menjadi isu yang signifikan. Penggunaan AI dalam pembuatan konten dapat menimbulkan masalah plagiarisme, yang mana konten yang dihasilkan mungkin tidak sepenuhnya orisinal. Maka muncullah pertanyaan tentang transparansi: Apakah perusahaan harus mengungkapkan bahwa konten tersebut dihasilkan oleh AI? Lebih lanjut, ada kekhawatiran tentang dampak teknologi ini terhadap pekerjaan kreatif, yang mana banyak profesional mungkin merasa terancam oleh otomatisasi dalam industri mereka.

Contoh kasus yang relevan dapat ditemukan di BuzzFeed, yang menghadapi kritik karena keputusan mereka untuk mengintegrasikan AI dalam pembuatan konten. Meski AI dapat membantu dalam menghasilkan artikel secara efisien, banyak pembaca merasa bahwa kualitas dan kedalaman konten menurun, alias keluaran AI masih kalah jika dibandingkan dengan keluaran jurnalis manusia (Simon, 2024). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam pembuatan konten harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga integritas editorial.

Di Indonesia, beberapa media massa arus utama juga telah menguji penggunaan AI untuk menghasilkan berita. Meski teknologi ini menjanjikan efisiensi, mereka menghadapi tantangan dalam validasi dan keandalan informasi. Misal, sudah jamak ditemukan konten keluaran AI yang memberikan referensi dan rujukan tidak akurat, bahkan tidak eksis.

Ketidakakuratan dalam konten berita dapat merusak kredibilitas media, sehingga penting untuk memastikan bahwa AI digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti jurnalis. Dengan mempertimbangkan risiko dan tantangan konten yang AI produksi, perusahaan harus mengembangkan kebijakan yang jelas mengenai penggunaan AI dalam pembuatan konten untuk memastikan bahwa kualitas dan etika tetap terjaga.

Andika Priyandana

RELATED ARTICLES

Most Popular