Artikel ini membahas tren penggunaan AI di Indonesia, dampaknya pada dunia kerja, serta strategi praktis untuk mengoptimalkan AI demi memperluas peluang karir.
Marketing.co.id – Berita Digital | Kecerdasan buatan (AI) bukan lagi sekadar teknologi canggih di film fiksi ilmiah. Di Indonesia, AI telah masuk ke ranah kehidupan sehari-hari, pekerjaan, bahkan strategi ekonomi jangka panjang. Dari pencarian informasi hingga membantu karyawan di kantor, penggunaan AI kini semakin meluas dan mulai membuka jalan baru bagi peluang karir.
Mayoritas Warga Indonesia Sudah Bersentuhan dengan AI
Sejumlah survei terbaru menunjukkan tingginya tingkat adopsi AI di Tanah Air. Survei Jakpat 2025 mengungkapkan, 71% responden telah menggunakan AI baik dalam kehidupan personal maupun profesional. Sementara itu, riset Katadata Insight Center menemukan 64,7% responden pernah memanfaatkan AI, terutama untuk belanja online, mencari informasi, dan mengedit konten digital.
Baca Juga: Adopsi AI, 76% Penjual Online Butuh Dukungan
Pengguna internet Indonesia juga dinilai cukup siap menerima inovasi. Sebanyak 59% pengguna smartphone tercatat sudah mencoba minimal satu fitur AI dalam enam bulan terakhir.
Baca Juga: Bahaya di Balik Pertumbuhan Pesat Adopsi AI, Cloud dan Identitas Mesin
Fenomena AI tidak hanya berhenti pada hiburan atau kebutuhan pribadi. Laporan Work Trend Index 2024 dari Microsoft dan LinkedIn menunjukkan bahwa 92% pekerja Indonesia memanfaatkan AI generatif di tempat kerja. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yang hanya sekitar 75%.
Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, memimpin dalam pemanfaatan AI. Mereka menggunakannya untuk menghemat waktu, menyusun ide kreatif, hingga mempercepat pengambilan keputusan.
Di antara berbagai platform, ChatGPT menjadi yang paling populer digunakan masyarakat Indonesia dengan tingkat penggunaan mencapai 71% responden. Menyusul di belakangnya adalah Meta AI, CapCut, Gemini, hingga Google Assistant.
Tak hanya mempercepat pekerjaan, AI diperkirakan akan memberi kontribusi besar bagi ekonomi nasional. Berdasarkan proyeksi, teknologi ini bisa menambah US$ 366 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2030.
Baca Juga: 10 Tren AI Yang Diprediksi Populer di Tahun 2030, Anda Sudah Siap?
Pekerja yang memiliki keterampilan AI bahkan diperkirakan berpotensi mendapatkan kenaikan gaji antara 36–53% lebih tinggi dibandingkan pekerja yang tidak memiliki kompetensi serupa.
Meski prospeknya besar, adopsi AI di Indonesia juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Kesenjangan talenta digital menjadi masalah serius. Kebutuhan perusahaan terhadap tenaga ahli AI tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia.
Selain itu, literasi AI masih terbatas, terutama di kalangan pekerja UKM dan non-teknologi. Isu mengenai regulasi, privasi, dan etika data pun terus menjadi perhatian utama.
Pekerjaan Baru, Peluang Baru
Dengan perkembangan pesat ini, sejumlah profesi diprediksi semakin diminati. Di antaranya AI Engineer dan Data Scientist yang mengembangkan model dan sistem cerdas, AI Product Manager yang menggabungkan aspek teknologi dan bisnis, AI/Automation Specialist untuk efisiensi proses, Content Creator berbasis AI yang memanfaatkan teknologi untuk produksi kreatif, serta AI Governance Specialist yang berfokus pada keamanan, regulasi, dan etika.
Baca Juga: Cerita Andrew Susanto Kelola Bisnis Triliunan Dibantu ChatGPT
Selain profesi baru, pekerja di bidang tradisional juga bisa memperkuat karir dengan keterampilan tambahan, seperti prompt engineering, kemampuan analisis data, hingga kreativitas yang berpadu dengan teknologi.
Nah, untuk memaksimalkan peluang ini ada beberapa strategi yang bisa Anda lakukan, seperti mengikuti kursus online atau bootcamp khusus AI, membuat portofolio proyek kecil berbasis AI, aktif dalam komunitas atau hackathon, selalu mengikuti tren terbaru di industri, serta memahami etika dan privasi data.