Digitalisasi dan Elektrifikasi, Komponen Penting dalam Strategi Keberlanjutan

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

94% perusahaan di Asia telah menetapkan target keberlanjutan, namun hanya 44% yang telah mengembangkan strategi komprehensif untuk mencapainya menurut Schneider Electric Sustainability Survey

Marketing.co.id – Berita Marketing | Schneider Electric menegaskan komitmennya untuk mendukung keberlanjutan di Indonesia melalui elektrifikasi, otomasi, dan digitalisasi. Dalam acara Indonesia 4.0 Conference & Expo 2024 beberapa waktu lalu, Schneider Electric menyoroti peran penting perusahaan dalam perjalanan menuju net-zero dan peningkatan efisiensi energi melalui solusi teknologi canggih.

Berdasarkan Schneider Electric Sustainability Survey yang dilakukan di Asia, 94% perusahaan telah menetapkan tujuan atau target keberlanjutan. Namun, hanya 44% yang telah mengembangkan strategi komprehensif untuk mencapainya. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan signifikan antara tujuan dan tindakan, ditambah  fakta bahwa meski hampir 60% pemimpin bisnis menganggap keberlanjutan sebagai prioritas utama, hanya 54% yang memiliki departemen khusus untuk mengelolanya, serta 57% tujuan keberlanjutan bersifat jangka pendek.

Menurut Cluster President Indonesia & Timor Leste Schneider Electric Martin Setiawan, tantangan sebenarnya adalah mengubah tujuan ini menjadi strategi yang dapat diimplementasikan dan berdampak nyata. Dengan perbedaan 50% antara perusahaan yang telah menetapkan tujuan keberlanjutan dan yang benar-benar melaksanakan rencana mereka, kesenjangan ini menyoroti perlunya pendekatan yang lebih kuat dan terintegrasi terhadap keberlanjutan.

Schneider Electric menekankan pentingnya digitalisasi dan efisiensi energi sebagai komponen kunci dalam strategi keberlanjutan. Digitalisasi meningkatkan efisiensi, sementara elektrifikasi mendorong dekarbonisasi. Schneider Electric menggabungkan teknologi-teknologi ini untuk menciptakan solusi yang mendukung keberlanjutan dan ketahanan industri di masa depan.

Untuk mencapai target jangka panjangnya—yaitu net-zero CO2 di seluruh rantai nilai pada 2050—Schneider Electric telah menetapkan tujuan jangka pendek di bawah Schneider Sustainability Index (SSI). Pada 2025, perusahaan menargetkan meningkatkan green revenue hingga 80% dan membantu pelanggannya mengurangi emisi CO2 sebesar 800 juta metrik ton.

Schneider Electric juga bertujuan mengurangi emisi CO2 sebesar 50% dari operasional 1.000 supplier utama, menggunakan 50% material ramah lingkungan pada produknya, dan menghilangkan plastik sekali pakai dalam kemasan. Selain itu, perusahaan juga fokus pada peningkatan keragaman gender, memberikan akses ke listrik ramah lingkungan bagi 50 juta orang, serta pelatihan untuk satu juta orang dalam manajemen energi.

Dalam konteks lokal, upaya Schneider Electric dalam mengoperasikan smart factory di Batam dan Cikarang telah berhasil meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan. Di Batam, Schneider Electric berhasil mengurangi biaya limbah hingga 40% dan meningkatkan efisiensi energi sebesar 20%. Di Cikarang, Schneider Electric memasang panel surya yang menghasilkan 224 MWh setiap tahunnya, atau setara dengan 21,6% total konsumsi listrik. Dengan tindakan ini, Schneider Electric berhasil mengurangi CO2 dari operasionalnya sebesar 164 total karbon dioksida (TCO2), dan menghemat biaya listrik sebesar 6,4%.

Martin Setiawan mengatakan, kolaborasi adalah kunci untuk mencapai tujuan keberlanjutan dan Schneider Electric memiliki ambisi untuk menjadi mitra pilihan bagi perusahaan di setiap tahap perjalanan keberlanjutan mereka. “Dengan teknologi dan keahlian yang kami miliki, kami siap memberikan dukungan untuk membantu mitra kami mencapai tujuan keberlanjutan mereka,” pungkasnya.