Tuna Talks 2024: Masa Depan Perikanan Berkelanjutan dengan Inovasi Hadapi Krisis Iklim 

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Tuna Talks 2024Marketing.co.id – Berita Marketing | Setelah peluncuran Strategi Pemanfaatan Tuna di Perairan Kepulauan Indonesia (WPP713, 714, dan 715) pada Hari Laut Sedunia 2023, sejumlah langkah besar telah diambil untuk memajukan keberlanjutan dan keadilan perikanan tuna.

Komponen penting dari strategi ini mencakup penutupan spasial, kuota, Total Allowable Catches (TAC), dan Fish Aggregating Device (FAD). Semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan laut melalui peningkatan pemahaman ilmiah, penelitian, dan inovasi teknologi.

Berdasarkan sejumlah pengalaman yang diperoleh dari pengembangan dan penerapan Strategi Pemanfaatan Tuna dari 2014 hingga 2023, Tuna Talks berfungsi sebagai momentum yang memandu kebijakan pengelolaan tuna di masa depan. Selaras dengan kebijakan perikanan berbasis kuota yang baru, Penangkapan Ikan Terukur dapat memastikan pendekatan yang kohesif dan efektif dalam pengelolaan perikanan tuna.

Sekretaris Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan Trian Yunanda mengatakan bahwa Ekonomi Biru adalah efisiensi pengelolaan sumber daya alam dibandingkan eksploitasi tanpa batas, manfaat seimbang yang mencakup aspek sosial dan ekonomi serta pengelolaan kelestarian ekologi dan keanekaragaman hayati. “Konsep inilah yang mendorong implementasi Penangkapan Ikan Terukur yaitu kuota dan zona perikanan” ucapnya saat menjadi pembicara utama Tuna Talks 2024 di FX Lifestyle Center, Jakarta.

Tuna Talks 2024 menghadirkan forum pengayaan bagi para ilmuwan, praktisi, dan mahasiswa dari Politeknik Perikanan Jakarta, Jembrana (Bali) dan Sorong (Papua). Melalui platform ini, para mahasiswa S1 atau kadet perikanan memaparkan ide-idenya mengenai alat penangkapan ikan, perubahan iklim dan bisnis ramah lingkungan terkait perikanan tangkap tuna. Acara yang berlangsung selama lima jam ini memfasilitasi pertukaran pengalaman, temuan penelitian, dan praktik terbaik, dari 13 pembicara yang membina lingkungan kolaboratif yang kondusif bagi pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan.

Mahasiswa yang hadir sebagai pembicara, memaparkan materi mengenai keberlangsungan perikanan tuna. Bagas Prakoso, mahasiswa tingkat akhir Universitas Teknik Perikanan Jakarta mempresentasikan penelitiannya “Analisis Temporal Produktivitas Tuna dan Cakalang”. Selain itu, mahasiswa tingkat akhir asal Jembarana, Bali Putu Dellonik Regia Purwanasa, Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Laut, membawakan materi “Perubahan Iklim, Populasi Manusia & Stok Tuna” untuk menanggapi isu krisis iklim saat ini terkait pangan dan ketersediaan pangan akan adanya bonus demografi.

Tidak hanya mahasiswa tingkat akhir, Hermawan mahasiswa tahun pertama asal Konawai Utara, Sulawesi Tenggara juga turut berpartisipasi dalam memaparkan materi yang menekankan pada Bisnis Tuna, sebagai bentuk nyata Ekonomi Biru. Dan dari Sorong, Papua Barat, Renaldo Fredly Rumaherang, Taruna Teknik Perikanan menciptakan kail berbahan stainless steel ukuran 2 mm dan panjang 80 cm yang terdiri dari deretan tali untuk alat pancing ulur agar penangkapan ikan lebih efektif dan efisien bagi nelayan skala kecil di daerahnya.

Para pembicara menggali berbagai aspek penerapan Strategi Pemanfaatan Tuna di Perairan Kepulauan Indonesia, menawarkan wawasan dari beragam perspektif termasuk dinamika pasar, pertimbangan industri, serta upaya pengawasan dan pemantauan.

Dengan mempertemukan para pemangku kepentingan utama, Tuna Talks menggarisbawahi pentingnya tindakan kolektif dalam mencapai tujuan bersama yaitu keberlanjutan dan kesetaraan dalam industri tuna.

“Mari kita menegaskan kembali komitmen kita untuk berinvestasi pada sumber daya manusia guna menciptakan masa depan di mana lautan penuh dengan kehidupan, masyarakat kita sejahtera, dan kedaulatan kita terlindungi untuk generasi mendatang,” kata I Nyoman Radiarta Kepala Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan memperkuat narasi.

Konsorsium Tuna Indonesia Tahap II, bersama lima anggotanya, yakni Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), Yayasan IPNLF Indonesia, Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Fair Trade USA dan Marine Change melalui Asosiasi Purse Seine Indonesia membingkai pembicaraan dengan penelitian, temuan dan pendekatan perjalanan 2,5 tahun mendukung Pemerintah Indonesia sebagai mitra strategis pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan.

“Pada Tuna Talks 2024, kami memahami bahwa masa depan tuna tidak hanya diukur dari stok ikan tetapi juga sumber daya manusianya. Menyadari peran penting dari individu-individu yang terampil, kami membina komunitas di mana pengetahuan, inovasi, dan semangat menyatu untuk melindungi ikan tuna dan membentuk masa depan yang berkelanjutan bagi semua orang. Upaya kolaboratif ini selaras dengan tujuan program Indonesia Tuna 2024, yang semakin memperkuat komitmen kami untuk mengembangkan sektor tuna yang berkembang dan berkelanjutan,” tutup Thilma Komaling, Pemimpin Strategis Konsorsium Tuna Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here