Marketing – Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, diperkirakan Indonesia menghasilkan 66-67 juta ton sampah pada tahun 2019. Komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah. Sampah plastik menempati posisi kedua dengan 15% dan sampah lainnya terdiri atas kertas, karet, logam, kain, kaca, dan jenis sampah lainnya.
Menyikapi kondisi tersebut sekaligus dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2020, Super Indo – jaringan supermarket nasional di Indonesia, memperkenalkan berbagai inisiatif penanganan sampah yang didesain dalam program besar #ZerotoLandfill sebagai bentuk komitmen bisnis Super Indo yang ramah lingkungan.
Adapun program tersebut dikhususkan dalam manajemen sampah organik yang bisa memberikan nilai dan manfaat bagi masyarakat. Super Indo juga melakukan penandatangan kerjasama dengan para mitra pengelolaan sampah yaitu FoodBank of Indonesia, Magalarva dan Delta Hijau Abadi yang disaksikan oleh perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Johan Boeijenga, Chief Executive Officer Super Indo mengatakan, Super Indo sendiri menjalankan metode ramah lingkungan dalam pengelolaan sampah di setiap kegiatan operasional dan tentunya ini juga sebagai bentuk dukungan perusahaan kepada pemerintah dalam memerangi sampah.
Dalam bisnis supermarket grocery, sampah organik biasanya dipandang sebagai sampah tanpa nilai sama sekali dan harus langsung dibuang ketempat pembuangan sampah atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah organik tidak boleh dilihat sebagai sumber pencemaran lingkungan yang harus segera dibuang ke TPA atau dibakar di insinerator, karena ini dapat menyebabkan masalah polusi lainnya. Sebaliknya, sampah organik harus dikelola agar bermanfaat dan bernilai.
Ditambahkan D. Yuvlinda Susanta, Head of Corporate Affairs & Sustainability Super Indo. “Sejak tahun 2016, Super Indo menjalankan program pengelolaan sampah dengan konsep ramah lingkungan. Untuk jenis sampah organik, yang secara volume jauh lebih tinggi, Super Indo membuat dua skala prioritas penanganan. Pertama adalah mengolah sampah organik menjadi produk bernilai. Kedua, memanfaatkan sampah organik untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.”
Dalam menjalankan prioritas tersebut, Super Indo mengelola tiga jenis sampah organik yang paling banyak dihasilkan dalam kegiatan operasional, yaitu sampah buah, sayur, daging, ikan, minyak goreng bekas, dan produk makanan minuman yang masih baik namun tidak dapat dijual.
“Dalam menjalankan program #ZerotoLanfill ini, tentunya kami tidak bekerja sendiri. Kami dibantu oleh beberapa mitra pengelola sampah yang menangani masing-masing jenis sampah. Untuk menjalankan secara resmi kemitraan tersebut, kami melakukan MOU Signing dengan para mitra yaitu FoodBank of Indonesia dan Magalarva untuk menjalankan pengelolaan sampah organik agar bernilai dan bermanfaat,” tambah Yuvlinda. Dia mengungkapkan, saat ini Super Indo berhasil mengurangi sekitar 55% sampah organik yang masuk ke TPA.
Pengelolaan beberapa sampah yang dijalankan Super Indo bersama mitra Magalarva dan Delta HijauAbadi menghasilkan produk-produk yang bernilai ekonomis karena menggunakan konsep circular economy, sedangkan yang bersama FoodBank of Indonesia, konsep yang diusung adalah pemanfaat makanan untuk membantu masyarakat prasejahtera dan korban bencana.