Marketing.co.id – Berita Lifestyle I Memperingati Hari Perempuan Internasional, Women in Business Action Council, Presidensi B20 Indonesia dan Unilever Indonesia mengangkat diskusi menarik di antara tiga sosok pemimpin perempuan yang berhasil melawan bias gender dan membawa perubahan. Dalam webinar Women Leaders Forum (WLF) 2022: “Achieving an Equal Future” tahun ini mengusung semangat #BreakTheBias.
Salah satu sesinya mengangkat tema “Women Leaders – Making a Difference!” untuk berbagi pandangan mengenai ekosistem yang dibutuhkan guna mengoptimalkan potensi perempuan untuk mendobrak bias gender dan menjadi pemimpin yang mampu membuat perubahan, khususnya di bidang perekonomian. Sesi ini menghadirkan tiga panelis pemimpin perempuan yang telah menunjukkan kiprahnya meski berada di jalur yang notabene didominasi oleh pria.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati berpendapat, bahwa perempuan Indonesia harus terus meningkatkan kompetensi dan kualitas diri, terutama mengenai peran kepemimpinan. Hal itu penting guna mengatasi stereotip yang kerap melekat pada perempuan. Apabila tidak memiliki kompetensi dan kualitas, maka hal ini akan berdampak pada reputasi perempuan yang kerap dianggap tidak kompeten di suatu bidang.
“Jadi, you have to establish your leadership, bahwa being a woman tidak menjadi faktor yang ‘mendiskon’ kepemimpinan, tapi menjadi sesuatu yang bahkan kuat – dan itu harus dibuktikan. Perempuan, apabila dipercaya memegang suatu jabatan, maka harus dapat membuktikan bahwa mereka pantas berada di posisi tersebut. Karena tantangan yang sebenarnya adalah bagaimana membuat institusi yang kita pimpin bekerja sesuai fungsinya,” lanjut Sri Mulyani.
Selain itu, menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang mengarusutamakan kesetaraan gender menjadi salah satu kunci penting untuk menumbuhkan lebih banyak pemimpin perempuan. Hal inilah yang menjadi salah satu komitmen penting dari Unilever Indonesia.
Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk. sekaligus Chair dari Women in Business Action Council, Presidensi B20 Indonesia (B20 WiBAC) menjelaskan, Unilever Indonesia terus melakukan penguatan komitmen dan kemitraan untuk menciptakan kesetaraan gender di seluruh value chain perusahaan; sejalan dengan salah satu pilar keberlanjutan dalam strategi ‘The Unilever Compass’, yaitu berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan inklusif.
Tidak hanya itu, dia menegaskan, upaya untuk mendobrak bias gender juga dilakukan Unilever Indonesia melalui kampanye yang diusung oleh sejumlah brand kami guna menciptakan iklim kesetaraan gender yang lebih luas di tengah masyarakat.
“Khususnya dalam hal menghilangkan hambatan dan menciptakan peluang yang sama bagi perempuan, salah satu contohnya adalah mengedepankan keseimbangan gender di ruang lingkup perusahaan, dimana saat ini, 5 dari 9 Board of Directors kami adalah perempuan, sementara di level senior leader berikutnya kami juga sudah mencapai prosentase hampir 50% perempuan,” lanjut Ira.
Semangat ini sejalan dengan yang diperjuangkan oleh B20 WiBAC untuk mendorong representasi kepemimpinan perempuan. Sebagai gambaran, data yang dikumpulkan B20 WiBAC menunjukan bahwa sampai Maret 2021 posisi Board of Directors rata-rata diduduki hanya 25,5% perempuan, sementara dan hanya 7% dari perusahaan-perusahaan dalam Russell Index 3000 yang memiliki dewan direksi yang seimbang secara gender.
Untuk itu, Ira menambahkan, B20 WiBAC akan mencoba memformulasi rekomendasi-rekomendasi strategis untuk menjawab dua tantangan, yaitu: (1) Apa langkah-langkah paling efektif yang dapat diambil pemerintah dan pelaku bisnis untuk mengakselerasi transformasi budaya dan kebijakan di lingkungan kerja untuk mendorong peluang yang lebih besar bagi perempuan, dan (2) Pelatihan dan pengembangan kepemimpinan seperti apa yang dapat secara signifikan mendorong kemajuan perempuan di tempat kerja.
Kedua tantangan ini akan diamati dan ditindaklanjuti secara struktural, sambil memastikan bahwa agenda yang disampaikan dapat dilanjutkan oleh negara-negara penanggung jawab Presidensi B20 selanjutnya. Pada akhirnya, diharapkan akan tercipta sebuah support system yang sustainable bagi perempuan-perempuan yang ingin melangkah lebih maju.
Sisi menarik mengenai kepemimpinan perempuan juga datang dari Penny Williams PSM, Duta Besar Australia untuk Indonesia. Menurutnya, ketimpangan gender merupakan persoalan yang sudah ada dari generasi ke generasi, sehingga membutuhkan waktu panjang untuk memperbaiki hal tersebut. Pandemi COVID-19 pun semakin menunjukkan adanya ketimpangan antara perempuan dan laki-laki, salah satunya ditunjukkan oleh laporan Global Gender Gap Index 2021, yang menempatkan Australia berada di nomor 50 dari 156 negara.
“Pemerintah Australia mengakui ada ketimpangan dalam keterlibatan perempuan dan juga masalah di tempat kerja, ada juga masalah kehilangan pekerjaan, karena biasanya perempuan bekerja di dalam sektor informal. Kami terus mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut, termasuk terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memberikan kepemimpinan serta advokasi yang kuat dalam memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Concern yang kami miliki untuk Indonesia adalah bagaimana kita bisa mencapai pemberdayaan perempuan tanpa harus terkena dengan isu-isu yang ada, serta bagaimana perempuan dapat terlibat dalam pembuatan keputusan dan yang lainnya,” ujar Penny.
Diskusi ini akhirnya bermuara pada pentingnya ekosistem yang kuat untuk melahirkan lebih banyak pemimpin perempuan. Dimulai dari edukasi, dukungan dari sisi budaya dan lingkungan kerja, hingga kebijakan pemerintah yang berpihak pada kesetaraan gender dan kemajuan perempuan. Diharapkan webinar ini dapat membawa banyak perspektif baru yang akan semakin memaknai peringatan Hari Perempuan Sedunia 2022 sebagai tonggak semangat dan rasa percaya diri perempuan untuk memimpin dan membuat perubahan.
Unilever Indonesia Dorong Pemimpin Perempuan Mampu Membawa Perubahan
[Reading Time Estimation: 3 minutes]