Marketing.co.id – Berita Finansial | Sebagai salah satu instrumen investasi dengan imbal hasil tinggi, saham tentu bisa membantu kita mengumpulkan dana untuk merealisasikan tujuan jangka panjang, termasuk salah satu di antaranya adalah biaya pendidikan anak. Namun apakah semua orang pasti cocok dengan instrumen ini?
Baca Juga: [Data] Ini Lho Faktor Investasi di Indonesia Tak Efisien Selain Koruptor
Belum lama ini, terdengar keluhan investor di forum aplikasi trading saham di Indonesia, yang mengaku putus asa karena sepertinya, dia mengalami kerugian usai menggunakan dana pendidikan anak demi membeli saham.
Mengingat biaya pendidikan anak adalah salah satu dari tujuan finansial setiap orangtua, seperti apa saja hal yang bisa dilakukan terkait investasi saham dan mengumpulkan biaya pendidikan anak?
Jangan gunakan dana pendidikan yang sudah ada untuk membeli saham
Jangan pernah menggunakan dana yang memang sudah ada dan Anda siapkan sebagai biaya pendidikan anak untuk membeli saham. Jika hal ini terjadi, Anda sama saja dengan menggunakan uang panas untuk berinvestasi. Sebaliknya, berinvestasilah untuk mengumpulkan atau menambah dana pendidikan anak.
Dana pendidikan yang sudah ada, harus dimanfaatkan untuk segala kebutuhan akademis anak, baik itu membayar SPP, membeli buku, seragam, membayar uang gedung, SKS, dan lainnya, bukan untuk investasi atau trading.
Baca Juga: Milenial, Properti dan Tren Investasi Milenial
Jika memang Anda tidak memiliki dana menganggur, anggarkan saja dana sebesar minimal 10% dari penghasilan per bulan untuk membeli saham. Belilah saham dengan metode cost averaging secara rutin per bulan.
Saham bisa digunakan untuk dana pendidikan anak di jenjang tinggi
Bila Anda memiliki anak yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, tidak ada salahnya membeli saham untuk modal biaya pendidikannya di jenjang sekolah menengah atas atau S1. Hal itu disebabkan karena investasi yang Anda lakukan memiliki target di jangka panjang.
Anggap saja, di 22 Januari 2010 saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dibanderol di harga Rp 4.825 per lembar. Tapi pada tanggal 29 Januari 2021 harganya sudah mencapai Rp 33.800. Mereka yang membelinya 11 tahun yang lalu tentu mendapat keuntungan sebesar 600%.
Baca Juga: Sektor Ini Menjadi Sasaran Baru Para Pengembang dan Investor Mengejar Untung
Selama saham yang Anda beli adalah saham perusahaan dengan profitabilitas tinggi, keuangan sehat, dan prospek bisnis yang menjanjikan, maka harga saham dari perusahaan itu akan terus tumbuh, meski terjadi volatilitas dalam jangka waktu pendek.
Hindari membeli saham untuk dijual dalam jangka pendek
Anggap saja, Anda memiliki seorang anak yang akan masuk SD, SMP, SMA atau mendaftar kuliah dalam satu atau dua tahun ke depan. Itu artinya, Anda akan membayar biaya pendaftaran sekolah dan biaya lainnya dalam jangka waktu pendek.
Membeli saham untuk memenuhi tujuan finansial jangka pendek bisa saja dilakukan, namun hal ini sangat berisiko. Transaksi di bursa sejatinya tidak jauh berbeda dengan transaksi di pasar. Hukum ekonomi berlaku dalam perdagangan tersebut, ketika suatu saham diborong banyak investor maka harganya akan meningkat, begitu pun sebaliknya.
Baca Juga: Siapa Bilang Perempuan Tak Pandai berinvestasi?
Fluktuasi saham dalam jangka waktu satu atau dua tahun memang sangat tinggi. Bisa saja, karena sentimen buruk yang muncul dalam jangka waktu pendek yang memengaruhi tingkat imbal hasil kita. Alangkah baiknya untuk memilih instrumen rendah risiko. Sebut saja seperti deposito, surat berharga negara, atau reksa dana pasar uang.
Pastikan Anda paham dengan risiko investasi saham
Investasi saham memiliki risiko tinggi dan tidak bisa dilakukan dengan cara asal-asalan. Membeli saham sama halnya dengan membeli sebuah perusahaan. Walau kepemilikan tidak banyak, Anda sudah membeli sebuah “bisnis.” Berinvestasi dengan membeli bisnis tentu saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Pahamilah analisis fundamental yang baik sebelum Anda membeli saham untuk berinvestasi. Kenalilah rasio-rasio yang menunjukkan profitabilitas, kesehatan keuangan, dan valuasi sebuah perusahaan, bandingkan pula kinerja dari perusahaan dengan kompetitornya. Hindari melakukan pembelian saham hanya karena rumor atau mengikuti ajakan-ajakan teman atau tokoh-tokoh publik semata.
Itulah hal-hal yang harus Anda pahami sebelum memilih saham sebagai sebuah instrumen investasi untuk mengumpulkan biaya pendidikan anak. Sebelum Anda memulai investasi ini, pastikan terlebih dulu Anda sudah mengetahui berapa total dana pendidikan yang dibutuhkan dan berapa tahun dana tersebut ditargetkan harus terkumpul.
Artikel ini dibuat dan ditulis oleh Aulia Akbar CFP®, financial educator dan periset Lifepal.co.id.
[…] YA: Sementara pendapatan (sebagian besar) perusahaan publik terus terpengaruh epidemi, banyak yang diperdagangkan pada level tertinggi. Ketidakpastian global tetap tinggi karena geopolitik terus terguncang oleh sengketa perdagangan, meningkatnya perang dunia maya, krisis iklim, dan epidemi. Secara internal, dengan Demokrat mengambil alih Senat, prospek undang-undang baru hanya menambah ketidakpastian. Baca Juga: [TIPS] Cara Investasi Saham untuk Pendidikan Anak […]