Teruji Lebih Efisien, JEC Perkenalkan Teknik Modifikasi Tarsorafi

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing.co.id Berita Lifestyle I Indonesia menjadi negara dengan penyandang lepra terbanyak ketiga setelah India dan Brazil. Tak ayal, spesialis mata dari JEC, Dr. dr. Yunia Irawati,Sp.M(K) cetuskan tindakan modifikasi tarsorafi untuk mengatasi lagoftalmus paralisis sehingga dapat mencegah kebutaan pada penderita lepra. Upaya ini pun mengantarkannya raih gelar Doktor dari Universitas Gadjah Mada.

JEC

Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K) selaku Head of Trauma Center sub Spesialis Divisi Plastik dan Rekonstruksi Mata JEC Eye Hospitals and Clinics, sekaligus staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM memaparkan, bahwa penyakit lepra merupakan penyakit infeksi dengan frekuensi komplikasi okular yang cukup tinggi. Kelainan mata pada penyandang lepra, termasuk lagoftalmus paralisis, membutuhkan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat guna mencegah gangguan penglihatan yang bisa berakibat kebutaan.

“Keterbatasan akses dan biaya untuk berobat menyebabkan penyandang lepra baru mengunjungi penyedia layanan kesehatan ketika sudah mengalami komplikasi yang mengancam penglihatan,” jelas Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K).

Dia menambahkan, teknik modifikasi tarsorafi yang dilakukan terbukti sama efektifnya dengan metode gold weight implant – yang paling sering digunakan untuk menangani lagoftalmus paralisis pada penderita lepra. Bahkan, dibandingkan metode tersebut, teknik ini juga teruji lebih efisien dari sisi komplikasi dan biaya operasi.

Pembahasan mengenai penelitian tersebut tertuang dalam disertasi “Perbandingan Efektivitas dan Efisiensi antara Teknik Modifikasi Tarsorafi dengan Teknik Gold Weight Implant sebagai Tatalaksana Operatif Lagoftalmus Paralisis pada Penderita Lepra”. Pemaparan hasil penelitian secara rasional, sistematis dan empiris pada Ujian Terbuka, Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang berlangsung hari ini secara virtual, mengantarkan Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K) meraih gelar Doktor.

Dalam penelitiannya, Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K) membandingkan metode gold weight implant dengan modifikasi tarsorafi yang menggabungkan teknik tarsorafi lateral permanen dan levator recess,serta teknik kantopeksi/lateral tarsal strip (LTS) dan kantoplasti. Penelitian berlangsung selama Oktober 2018-Mei 2020 dengan melibatkan 19 subjek yang terdiri dari 27 mata.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa modifikasi tarsorafi memberi tingkat efektivitas yang sama dengan teknik gold weight implant sebagai tatalaksana operatif lagoftalmus paralisis pada penderita lepra. Durasi atau lama waktu tindakan yang dibutuhkan metode modifikasi tarsorafi juga sama efisiennya dengan teknik gold weight implant. Namun, modifikasi tarsorafi lebih unggul dari segi efisiensi biaya dan risiko komplikasi yang mungkin terjadi.

“Bagi penderita lepra yang sebagian besar berasal dari masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah dan pekerjaan yang tidak tetap, tindakan penanganan melalui gold weight implant tentunya membutuhkan pendanaan yang memberatkan. Dengan pengembangan lebih lanjut, modifikasi tarsorafi dapat menjadi alternatif tatalaksana operatif lagoftalmus paralisis untuk menjangkau penderita lepra dari kalangan yang lebih membutuhkan,” imbuh Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K).

Menanggapi penelitian dan pencapaian gelar Doktor oleh Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K) tersebut, Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K), Presiden Direktur JEC Eye Hospitals and Clinics menyampaikan, “JEC Eye Hospitals and Clinics terus mendukung upaya-upaya pencegahan gangguan penglihatan masyarakat Indonesia yang bisa berdampak pada kebutaan sehingga mempengaruhi kualitas hidup, tak terkecuali para penyandang lepra.

“Tidak hanya melalui kemutahiran teknologi, tetapi juga penerapan temuan berbasis sains yang progresif, guna memberi solusi pada tantangan yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia,” imbuh dia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here