Takeda Global Dukung Target Indonesia Capai Nol Kematian Akibat Dengue di 2030

[Reading Time Estimation: 5 minutes]

Marketing.co.id – Berita Marketing | Sebagai salah satu negara yang paling terdampak oleh Demam Berdarah Dengue (DBD), keluarga dan sistem kesehatan nasional Indonesia menghadapi beban cukup berat akibat dengue. Walaupun begitu, Indonesia tetap menunjukkan kepemimpinan kuat dalam memerangi DBD, melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (SNPD) 2021-2025 yang memprioritaskan upaya pencegahan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, praktisi kesehatan, sektor swasta, serta masyarakat untuk mencapai tujuan nol kematian akibat dengue pada tahun 2030.

Takeda Global mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan DBD yang berjalan hingga saat ini. Hal ini disampaikan oleh dr. Derek Wallace, President Global Vaccine Business Unit Takeda, dalam kunjungannya ke Indonesia sebagai bagian dari perjalanan ke Asia Tenggara pasca menjabat.

Kepemimpinan pemerintah dalam mendorong inisiatif manajemen vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektor, serta mengadaptasi pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam strategi nasional, menunjukkan pendekatan terintegrasi yang memberikan dampak. Saya yakin bahwa dengan dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan bersama nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” ujar dr. Derek.

DBD, yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue, merupakan penyakit serius yang bisa menyerang seseorang lebih dari sekali, dengan infeksi lanjutan yang berpotensi lebih parah. World Health Organization (WHO) mencatat, hingga April 2024, terdapat lebih dari 7,6 juta kasus global dengan lebih dari 3.000 kematian. Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Baca juga: Vaksin PCV15 Direkomendasikan PAPDI untuk Imunisasi Dewasa

Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan lebih dari 190.561 kasus dan 1.141 kematian dilaporkan hingga minggu ke-36 tahun ini, meningkat dari 114.720 kasus dan 894 kematian di tahun 2023. Beban ekonomi DBD juga signifikan; BPJS Kesehatan mencatatkan pembiayaan hingga Rp 1,3 triliun pada 2023, meningkat tajam dari Rp 626 milyar di tahun sebelumnya.

Takeda Indonesia
[Kiri-kanan] dr. Budhy WidjojoHead of Medical Affairs, PT Takeda Innovative Medicines; Derek Wallace, President of Global Vaccine Business Unit Takeda; Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI; dan Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines; berfoto bersama dalam acara Diskusi Media bertajuk “Kepemimpinan Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan DBD” yang berlangsung pada di Jakarta, Kamis, 19 September 2024

Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D, menegaskan pemerintah berkomitmen penuh untuk terus memerangi DBD melalui langkah preventif yang terintegrasi. Prof. dr. Dante mengatakan, keberhasilan penanggulangan dengue tidak hanya tergantung pada komitmen pemerintah, tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak.

Kolaborasi sinergis lintas-sektor sangat penting untuk memastikan pencegahan dan pengendalian dengue dapat berjalan efektif di seluruh Indonesia. Untuk itu kami berterima kasih kepada PT Takeda Innovative Medicines, atas dukungannya dalam media briefing dan talk show ‘Kepemimpinan Indonesia dalam Melawan Dengue’ ini,” ujarnya dalam pesan video hari ini.

Beberapa program yang telah dilaksanakan pemerintah Indonesia diantaranya mencanangkan langkah-langkah pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), serta intervensi inovasi seperti pelepasan nyamuk ber-Wolbachia. Pemerintah juga menjalin berbagai kemitraan multi sektor di antaranya dengan menjadi tuan rumah International Arbovirus Summit 2024.

Kementerian Kesehatan RI bersama dengan Kaukus Kesehatan DPR RI, dengan didukung oleh Bio Farma, PT Takeda Innovative Medicines, World Mosquito Program, dan para pemangku kepentingan lintas-sektor, juga meluncurkan Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue pada tahun 2023 guna merumuskan penanggulangan DBD yang lebih menyeluruh di Indonesia.

Komitmen kuat untuk mencegah DBD, tidak hanya datang dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari program percontohan yang digagas oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, untuk memvaksinasi 9.800 anak-anak usia sekolah dasar di kota Balikpapan yang kemudian dilanjutkan ke kota Samarinda.

Selain itu, baru-baru ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo meluncurkan program serupa yang menyasar anak Sekolah Dasar dan MI, didanai murni oleh APBD. Kabupaten Probolinggo merupakan kabupaten dengan kasus DBD tertinggi kedua di Jawa Timur (2309 kasus hingga Agustus 2024), sementara Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan dengan kasus DBD tertinggi kedua nasional. Sasaran pemberian vaksinasi DBD kepada 1.120 siswa Sekolah Dasar dimulai di wilayah kerja Puskesmas Paiton, sebagai daerah dengan jumlah kasus tertinggi di Kab. Probolinggo.

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan semua pihak perlu berperan aktif dalam mencegah DBD untuk membuat perubahan. “Pencegahan adalah kunci melawan DBD. Ada tiga langkah yang bisa kita lakukan bersama-sama yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain seputar DBD serta pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus, dan terakhir memanfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin DBD. Bersama-sama kita bisa membuat perbedaan.

Belum ada obat khusus untuk dengue

Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, masyarakat perlu mengenal tanda dan gejala dengue. Ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue selama tujuh hari, yang meliputi fase demam, fase kritis, dan pemulihan.

Fase kritis ditandai dengan turunnya demam. Apabila ada salah satu saja tanda bahaya, seperti nyeri perut hebat, muntah-muntah, perdarahan, lemah atau gelisah; harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, sehingga pencegahan menjadi krusial. Upaya ini harus dimulai dari tingkat terkecil yaitu diri sendiri dan keluarga. Gerakan 3M Plus dan vaksinasi adalah langkah penting untuk melindungi keluarga kita dari ancaman dengue. Namun, untuk mencapai perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis vaksin dengue sesuai yang direkomendasikan dokter,” tuturnya

Lebih jauh Dr. dr. Anggraini menuturkan, dengan pemberian vaksinasi DBD risiko keparahan dan rawat inap akibat dengue dapat berkurang secara signifikan. “Meskipun anak adalah yang paling rentan terjangkit, tetapi remaja dan dewasa tetap perlu perlindungan karena penyebaran virus dengue tidak terbatas usia, di mana seseorang tinggal, serta gaya hidup mereka,” jelasnya.

dr, Budhy Widjojo, Head of Medical Affairs, PT Takeda Innovative Medicines, mengatakan di Indonesia sudah ada dua vaksin yang mendapatkan ijin edar dari BPOM. Salah satunya produksi Takeda Innovative Medicines yang diperuntukkan untuk usia 4 – 46 tahun.

“Vaksin DBD tersedia di berbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit ataupun klinik vaksin. Setiap fasilitas kesehatan tersebut menetapkan biaya yang berbeda untuk vaksin DBD, namun rata-rata harga vaksin DBD per dosis berkisar antara Rp 600.000 hingga Rp 900.000, atau Rp 1.200.000 hingga Rp 1.800.000 untuk dosis lengkap. Biaya ini sudah termasuk dengan biaya admin dan konsultasi dokter,” ungkap dr, Budhy.

Baca juga: GSK dan Prodia Jalin Kemitraan Strategis Untuk Pengadaan Vaksin

Perihal harga, Andreas menyadari, harga vaksin yang dipatok Takeda Innovative Medicines memang belum tentu terjangkau oleh seluruh lapiran masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pihaknya bekerja sama dengan banyak institusi seperti sekolah, karyawan, dan komunitas lainnya untuk memberikan vaksin gratis ke masyarakat di daerah-daerah yang menjadi pilot project pemberian vaksin DBD.

dr, Budhy menambahkan, untuk mencapai nol kematikan akibat dengue di tahun 2030 tidak lepas dari peran Pemerintah. “Sangat penting penting peran Pemerintah. Kita pasti tahu ada program imunisasi nasional, pemberian vaksin dengue ini bisa juga masuk dalam program vaksinasi nasional. Nah, ini yang sedang kita upayakan bersama dengan semua pemangku kepentingan,” katanya ketika ditanyakan apakah vaksin DBD bisa ditanggung BPJS.

dr. Derek mengingatkan, penyakit dengue bukan hanya masalah spesifik yang dihadapi Indonesia. Wabah ini telah menyebar ke 129 negara dan setengah dari populasi dunia terancam oleh penyakit dengue. “Seseorang bisa terkena dengue dua kali, dan yang kedua bisa lebih parah kondisinya,” tandasnya.

Dia juga mengatakan, vaksin DBD buatan Takeda Innovative Medicines telah mendapatkan ijin edar di 40 negara di dunia. Brazil adalah paling banyak menerima vaksin DBD dari Takeda, sebanyak 5 juta dosis vaksin. “Di Brazil vaksin dengue paling banyak disuntikan kepada anak-anak berusia 10-14 tahun,” tuturnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here