Marketing.co.id – Berita Financial Services | Pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2024. Meskipun kondisi saat ini masih penuh ketidakpastian, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan stabilitas yang cukup signifikan. Hal ini tercermin dari tingkat inflasi yang diperkirakan dapat terjaga pada kisaran 2,3%-2,4%, serta pertumbuhan ekonomi yang secara konsisten berada di atas 5%.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi media yang diselenggarakan oleh Allianz Indonesia secara daring bertajuk “Economy and Investment Outlook 2024: Insurance & Media Industry in Political Year”. Dalam kesempatan ini hadir beberapa narasumber yang membahas mengenai potensi risiko maupun peluang di tahun 2024 serta strategi untuk mengantisipasinya.
Poltak Hotradero, Business Development Advisor, Bursa Efek Indonesia yang mengawali diskusi, menyoroti pertumbuhan ekonomi AS dan China yang akan melambat di tahun 2024 seiring tingkat bunga tinggi yang saat ini berlaku. “AS dan China memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian global. Diperkirakan ekonomi AS hanya akan tumbuh sekitar 1,5 persen, sementara China dibawah 5 persen pada 2024. Meskipun kedua negara mengalami perlambatan, perekoniam di Asia justru akan menguat, terutama di India dan sejumlah negara ASEAN yang menunjukkan kecenderungan positif,” jelas Poltak.
Bagaimana halnya dengan industri asuransi di 2024? Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer, Allianz Life Indonesia, menjelaskan bahwa meski industri asuransi berpotensi terkena dampak dari kemungkinan ekonomi global dan tahun politik, namun imbasnya tidak terlalu signifikan, karena kebutuhan masyarakat akan solusi perlindungan asuransi akan tetap ada.
“Tingkat literasi pada sektor perasuransian berdasar data dari OJK, berada pada level 31,7 persen, namun tingkat inklusinya pada level 16,6 persen. Industri asuransi masih butuh kolaborasi dari berbagai pihak untuk meningkatkan literasi dan penetrasi asuransi. Hingga November 2023, Allianz telah menggelar 613 acara literasi keuangan dan menjangkau lebih dari 635 ribu penerima manfaat”, ujar Ni Made.
Disisi lain, tidak hanya melulu mengurusi bisnis keuangannya, Allianz Group memiliki perhatian khusus terhadap isu keberlanjutan (sustainability) dengan menerapkan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
“Pendekatan yang kami lakukan mencakup keseimbangan kinerja 3P (People, Planet dan Profit). Melalui pendekatan ini, kami mengupayakan penyelarasan aspek ESG mengenai kesejahteraan masyarakat dan perlindungan lingkungan,” lanjutnya.
Lebih lanjut dalam diskusi ini dijabarkan bagaimana kondisi ekonomi pada tahun 2024. Disebutkan bahwa kondisi pasar akan mempengaruhi kinerja investasi, yang akan berimbas pada kinerja subdana asuransi jiwa unit link.
Masyarakat akan semakin cermat memilih produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Asuransi jiwa unit link masih tetap diminati karena karateristik poduknya menawarkan perlindungan yang dilengkapi dengan berbagai manfaat tambahan dan fleksibilitas.
Namun yang mengejutkan, terjadi pergeseran minat masyarakat ke asuransi tradisional yang juga terjadi. Di sisi lain, generasi muda semakin aware akan pentingnya berasuransi karena kemudahan akses mendaftarkan diri melalui aplikasi tanpa harus melalui agen asuransi. (MM/Lya)