Seiring bergantinya tahun, yang paling sering disibukkan dalam perusahaan adalah bagian keuangan, baik menjelang akhir tahun sebelum tutup buku, ataupun awal tahun untuk menentukan target baru perusahaan.
Sayangnya, hasil riset yang dilakukan Chartered Global Management Accountant (CGMA) dan Oracle menemukan, bagian keuangan kesulitan memiliki akses data yang tepat untuk mengukur serta memonitor elemen penting dalam perusahaan, terutama akses tidak terukur seperti sentimen pelanggan dan merek.
Oleh karena itu, direktur keuangan atau CFO perlu memikirkan ulang tentang bagaimana cara mereka mengukur kesehatan perusahaan.
Menurut survei yang melibatkan 744 eksekutif di 34 negara ini, mayoritas nilai perusahaan berasal dari aset tidak terukur, misalnya sentimen pelanggan dan merek.
Hanya sedikit dari mereka yang disurvei mengatakan bisa mengakses data yang tepat untuk mengukur serta memonitor elemen penting dari perusahaan. Totalnya, hanya 25% sentiment pelanggan yang bisa mereka lihat/ketahui.
Rondy NG. Senior Vice President Oracle Applications Development mengatakan, memilih KPI (Key Performance Indocators) yang tepat itu sulit. Kita perlu memastikan KPI itu dapat diukur, memiliki dampak pada bisnis, dan dapat digunakan dengan tepat. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah sama sekali tidak ada KPI.
Mungkin awalnya KPI yang dipilih sangat sederhana dan perlu diubah seiring berjalannya waktu. Tapi, setidaknya ada KPI yang bisa dijadikan fokus dan menelusuri kemajuan bisnis.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, aset tidak terukur semakin penting dan saat ini berkontribusi sebesar 80% dari nilai perusahaan.
Para responden percaya, hal yang mendorong nilai bisnis mereka adalah kepuasan pelanggan (76%), kualitas proses bisnis (64%) dan hubungan pelanggan (63%).
Sayangnya, para responden mengaku kesulitan mengakses dan menganalisa data mengenai aset tidak terukur tersebut.
Hanya 25% dari mereka yang bisa menyatukan dan menganalisa data mengenai sentiment pelanggan, 20% responden yang memiliki akses ke data tentang dampak merek terhadap bisnis. Dan, sepertiga dari mereka mengatakan bisa mengukur kualitas proses bisnis.
“Bagian keuangan menghadapi risikonya, sementara lini bisnis yang lebih digital memberikan insight bahwa menajemen perlu membedakan dan tumbuh,” lanjutnya.
Ketika ditanya bagaimana bagian keuangan bisa mendukung hal-hal yang mendorong pertumbuhan nilai itu, hanya 15% responden melaporkan bahwa bagian keuangan di perusahaan mereka bisa menyediakan pengukuran non-finansial yang strategis dan identifikasi aset tidak terukur untuk diukur dan diatur guna memastikan keberhasilan jangka panjang.
Dr. Noel Tagoe, FCMA, CGMA, Executive Director of Education di CIMA menambahkan, saat digitalisasi menjadikan bisnis lebih sulit untuk membedakan diri dan menonjol, kualitas pengambilan keputusan menjadi penting untuk meraih keberhasilan, dan bagian keuangan bisa memimpin prosesi ini dengan memastikan kualitasnya.
Bagian keuangan memiliki pandangan di seluruh perusahaan dan kemampuan untuk bekerja dengan berbagai pemegang saham internal, memastikan bahwa bisnis menyatukan, menganalisa, dan menerapkan data, dalam rangka meningkatkan kinerja. (***)