Strategi Accacia Menangkan Pasar Dekarbonisasi Properti Global

[Reading Time Estimation: 3 minutes]
(Ki-Ka) Jagmohan Gaarg, Accacia’s Co-founder and Director_ Annu Talreja, Co-founder and CEO of Accacia_ Piyush Chitkara, Accacia’s Co-founder and CTO

Incar potensi pasar bernilai US$18 triliun, Accacia ungkap strategi menangkan pasar dekarbonisasi properti

Marketing.co.id – Berita Internasional | Sektor properti merupakan penyumbang utama emisi karbon global, menyumbang hampir 40% dari total emisi gas rumah kaca di dunia. Dengan semakin banyaknya kekhawatiran tentang lingkungan dan target iklim yang ketat dari perjanjian internasional dan kebijakan pemerintah, industri ini menghadapi tekanan luar biasa untuk mengalami perubahan transformatif.

Menjawab kebutuhan mendesak ini, Accacia hadir dengan solusi yang berkelanjutan. Startup ini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan Software as a Service (SaaS) untuk merevolusi dekarbonisasi properti global. Perusahaan ini juga baru saja mendapatkan pendanaan dari sederet investor terkemuka, termasuk dari AC Ventures.

Tren keberlanjutan dalam sektor properti semakin terlihat, dipicu oleh kebutuhan mendesak untuk membatasi pemanasan global pada 1,5°C di atas level pra-industri pada 2050. Dorongan ini dipicu harga karbon yang lebih tinggi dan standar bangunan yang lebih ketat, mendorong investor untuk cenderung pada aset yang berkelanjutan. Ini menandai perubahan mendasar dalam preferensi pasar, di mana properti hijau semakin diminati daripada yang konvensional. Pergeseran ini tidak hanya menandakan kepatuhan, tetapi juga mencerminkan evolusi yang signifikan dalam sentimen pasar, dengan investor semakin memilih properti yang lebih hijau dan hemat energi.

Menurut Managing Partner AC Ventures Helen Wong, resiko iklim menjadi metrik yang harus dimiliki para investor. Meskipun properti merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, sektor ini juga sangat sulit didekarbonisasi mengingat kompleksitas emisi rantai nilai – dari konstruksi hingga operasi – dan beragamnya penggunaan aset. “Kami yakin bahwa sektor ini membutuhkan solusi khusus yang dirancang sesuai dengan kompleksitas sektor properti,” ungkap Helen Wong.

Saat ini dekarbonisasi sektor properti merupakan salah satu peluang terbesar dengan kebutuhan investasi sebesar US$18 triliun dalam dekade mendatang untuk mencapai emisi nol bersih. Co-founder and CEO Accacia Annu Talreja sangat menyadari kebutuhan mendesak dan peluang besar untuk dekarbonisasi di industri properti global. Menurutnya, Accacia didirikan untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan mengintegrasikan sistem yang sudah ada dan menyediakan solusi komprehensif untuk melacak dan mengurangi emisi.

Annu menjelaskan bahwa sektor properti pada dasarnya adalah bisnis yang kompleks dengan banyak bagian yang bergerak. Oleh karena itu, sektor ini sudah membutuhkan banyak alat ERP khusus dan solusi SaaS. Dengan mengintegrasikan sistem yang sudah digunakan pemilik properti terbesar di dunia, Accacia membantu melakukan berbagai hal penting, termasuk mengukur emisi Scope 1, 2, dan 3 dari operasi aset, menilai dan meningkatkan desain bangunan untuk mengurangi karbon yang terkandung, menghitung emisi yang dibiayai untuk portofolio investasi, menetapkan target nol bersih, melacak perjalanan dekarbonisasi, dan banyak lagi.

Lebih lanjut Annu mengatakan, pasar perangkat lunak akuntansi karbon global saat ini diperkirakan bernilai US$15 miliar dan akan tumbuh menjadi US$50 miliar dalam beberapa tahun. Sementara itu, pasar bangunan hijau di wilayah berkembang bernilai sekitar US$25 triliun. Di negara maju, pasar untuk renovasi (peningkatan bangunan yang ada untuk efisiensi energi dan dekarbonisasi yang lebih baik) berkisar antara US$18 triliun hingga US$20 triliun.

“Pada intinya, produk kami adalah platform pelacakan emisi karbon. Namun, ini melampaui sekadar pelacakan untuk memfasilitasi dekarbonisasi yang nyata. Dengan melakukan ini, kami juga membuka pintu ke pasar yang luas untuk solusi renovasi, teknologi canggih, dan material inovatif dalam industri properti,” jelas Annu.

Perkembangan Pasar Properti Hijau dan Go-to-Market Strategy 

Ketika ditanya tentang strategi pemasaran Accacia, Annu mengatakan bahwa salah satu strategi utama di Asia Tenggara adalah tidak hanya melihat aset bangunan lokal tetapi juga menargetkan manajer aset lokal, banyak di antaranya memiliki aset properti secara global. “Khususnya ketika membicarakan lokasi di Asia seperti Singapura, Dubai, atau Abu Dhabi, kami memiliki beberapa manajer aset besar seperti Temasek GIC, CapitaLand, Keppel, Adia, dan lainnya. Ada beberapa manajer aset global yang besar di sini, dan hal ini menjadi alasan mengapa Singapura adalah pasar yang sangat penting bagi kami,” ungkap Annu.

Lebih lanjut Annu menyoroti perubahan dalam praktik regulasi di seluruh dunia dengan menyebutkan bagaimana pemerintah Singapura baru-baru ini memperluas regulasinya. Aturan yang diperbarui ini sekarang memerintahkan bahwa industri yang sebelumnya dianggap tidak penting, seperti sektor properti, sekarang harus melaporkan emisi langsung dan tidak langsung mereka.

“Selain itu, kita melihat banyak perkembangan, terutama di wilayah yang lebih maju di Asia, seperti Singapura, Jepang, dan Korea, yang melihat peningkatan harga sewa sebesar 10% hingga 25% di bangunan hijau dibandingkan dengan bangunan non-hijau. Jadi secara keseluruhan, baik lanskap regulasi yang berkembang dengan cepat maupun permintaan dari perspektif klien properti telah sangat memberikan dorongan bagi kami,” pungkas Annu.

Ke depan, Accacia bertujuan mengembangkan lebih lanjut mesin perencanaan dekarbonisasinya untuk memberikan solusi yang disesuaikan kepada klien untuk mengoptimalkan konsumsi energi dan mengurangi emisi karbon. Dengan rencana untuk memperluas ke Amerika Utara dan menjalin kemitraan strategis dengan klien-klien besar, Accacia siap memimpin dalam mendorong praktik-praktik berkelanjutan di seluruh industri properti.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here