Upaya BlackBerry dalam beberapa tahun terakhir untuk mengembalikan kepercayaan para investor menuai hasil.
Saham BlackBerry melonjak tajam tidak lama setelah CEO Thorsten Heins berhasil meyakinkan para pemegang saham. Heins mengatakan bahwa “perusahaan telah membuat beberapa kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun lalu. Kita akan terus melihat peluang jangka panjang yang menarik untuk BlackBerry 10 …”
Terlepas dari pernyataan Heins tersebut, sangat mudah bagi kita untuk menyimpulkan bahwa BlackBerry kini dalam situasi yang tidak menyenangkan.
BlackBerry mungkin memiliki 70 juta pelanggan atau lebih, tetapi momentum itu tak lagi bersamanya. Tahun 2010, BlackBerry memiliki pangsa pasar sekitar 40% di Amerika, sekarang angka tersebut turun dan berada di bawah 10%. Puncaknya, dulu BlackBerry –Research in Motion – memiliki kapitalisasi pasar lebih dari US$ 70 miliar. Hari ini, angka tersebut turun drastis menjadi sekitar US$ 5,4 miliar.
Hal ini benar-benar mengguncang banyak pihak. Namun, BlackBerry memiliki dua pilihan: menanganinya sendiri atau menjual perusahaan. Analis Strategy Analytics mengatakan bahwa kedua skenario tersebut memiliki kemungkinan yang sama.
Mawston yakin BlackBerry akan lebih bijaksana jika go private. Alasannya, “Setiap kuartal selalu akan ada kritik publik dan sentimen negatif,” terang Mawston. Hal itu dapat mengganggu. “Sebagai perusahaan private, BlackBerry bisa lebih fokus tanpa harus silau dengan perhatian publik,” kata Mawston.
Akan lebih menarik lagi jika BlackBerry dapat menemukan pemodal kuat seperti Google – yang menyelamatkan Motorola di tahun 2011.
Menurut Mawston, pada khususnya, perusahaan-perusahaan Cina seperti Lenovo, Huawei atau ZTE mungkin akan tertarik memanfaatkan akses BlackBerry ke pasar asli mereka guna membangkitkan kembali merek BlackBerry.
Mereka bukanlah satu-satunya pelamar potensial. Masih ada yang lainnya termasuk Cisco dan Microsoft.
Dengan sekitar US$ 48 miliar dalam bentuk tunai, Cisco tentu mampu membeli BlackBerry seharga US$ 10 miliar atau lebih. Afiliasi ini juga akan mengatasi kelemahan layanan bisnis dalam portofolio perusahaan. Terlebih, saat ini Cisco menawarkan ponsel melalui kemitraan dengan Nokia.
Sementara itu, menurut analis Recon Analytics, Roger Entner, pembelian BlackBerry oleh Microsoft hanya sebagai permainan pasar saja. Microsoft pada dasarnya akan mematikan atau menghilangkan BlackBerry.
Lantas, bagaimana dengan Apple? Apple tentu saja memiliki banyak uang untuk membelinya. Apalagi, Apple melihat cloud sebagai masa depan. BlackBerry Enterprise Server sedikit memiliki daya tarik bagi Apple.
Samsung yang sebelumnya telah membantah minat membeli BlackBerry tentu memiliki cukup uang untuk melakukannya. Selain itu, Samsung juga telah berkecimpung dengan alternatif Android, Tizen berbasis Linux.
Pada akhirnya, apapun yang terjadi, itu merupakan kemungkinan besar terhadap perubahan haluan. Dunia mobile telah mencatat merek lama seperti Motorola dan Nokia yang jatuh keras dan belum mencapai kejayaan mereka – setidaknya belum.
Ericsson adalah sebuah kisah peringatan, di mana pada tahun 2000 lalu memiliki 10% dari pasar handset mobile global. Sekarang setelah 13 tahun kemudian, pangsa pasar merek (sekarang dikenal sebagai Sony Mobile) hanya 4%.
“Sekali Anda turun, hampir mustahil untuk menghentikannya,” kata Mawston.
Sumber: Mashable