Marketing.co.id – Berita Marketing | Peran aktif dalam menyelamatkan bumi dari kepunahan tidak semata-mata hanya berada di tangan pemerintah apalagi superhero. Tapi, sudah merupakan tanggung jawab seluruh umat manusia yang tinggal di dalamnya.
Semua orang dapat berperan aktif dalam melestarikan lingkungan, sekecil apapun langkahnya. Salah satunya dengan mendaur ulang atau menggunakan kembali barang-barang di sekitar kita, daripada membiarkannya berakhir di tempat penampungan sampah.
Tas yang dibuat dari kemasan plastik bekas atau sampah plastik yang dijadikan pengganti batu bata (eco-brick) adalah beberapa produk dari barang bekas atau hasil daur ulang. Selain itu, barang bekas atau daur ulang bisa diolah kembali untuk menjadi dekorasi atau karya seni yang bernilai tinggi.
Bahkan, perjalanan seni dengan material bekas dan daur ulang sudah dimulai sejak abad ke-20, dikenal dengan nama Junk Art atau Recycled Art. Di tahun 1960-an seniman berdarah Prancis Amerika, Arman, membuat seri karya berjudul Accumulations, terinspirasi dari konsumsi masyarakat yang berlebihan. Ia mengumpulkan sampah ke dalam tabung kaca dan mempresentasikannya sebagai karya seni.
Gerakan ini pun menjadi semakin relevan dengan masalah sampah di seluruh dunia beberapa tahun terakhir. Sehingga, tidak heran jika recycled art justru semakin ramai diadaptasi oleh para seniman. Vik Muniz menciptakan karya seni menggunakan sampah dari tempat penampungan sampah terbesar di dunia, di Rio de Janeiro, dalam seri karya Wasteland (2008-2012).
Di Indonesia, pada tahun 2017 Eko Nugroho membuat Bouquet of Love, karya instalasi berukuran 10×7 meter dari 300 kg sampah plastik di Bali. Label fashion lokal Sejauh Mata Memandang tidak ketinggalan rutin menggelar pameran tahunan dengan material bekas dan sampah sejak tahun 2019, baik sampah tekstil maupun sampah plastik.
“Recycled art itu penting karena manusia akan selalu mencintai elemen keindahan dalam ‘ruang’ hidupnya. Dan, keindahan yang ‘bertanggung jawab’ itu adalah bagian dari mencintai bumi,” ujar Diana Nazir, desainer interior dan Founder Indonesian Contemporary Art and Design-ICAD.
Selain mengubah sampah menjadi benda bernilai, recycled art juga merupakan salah satu cara yang ampuh untuk membagikan pesan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Oleh karena itu, dalam rangka merayakan Hari Sumpah Pemuda ke-93 tahun ini, Junior Golfers for a Cause menggelar Recycled Art Competition.
“Kompetisi ini membuka kesempatan bagi seseorang untuk belajar lebih jauh tentang daur ulang, bertanggung jawab dalam menggunakan sumber daya, dan gaya hidup berkelanjutan (sustainable living) lewat eksplorasi kreatif. Selain itu, kompetisi ini digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda untuk menunjukkan bahwa masa depan berada di tangan para generasi muda,” jelas Laura Widyatmodjo, Founder Junior Golfers for a Cause.
Recycled Art Competition dibuka untuk umum bagi anak muda berusia 14-20 tahun, dan terbagi ke dalam dua kategori yaitu Wall Display dan Stand Alone Sculpture. Sesuai namanya, seluruh karya yang diikutsertakan dalam kompetisi harus dibuat menggunakan bahan daur ulang atau bekas seperti kertas dan kardus, kemasan, botol, kaca, dan lain sebagainya.
“Saya berharap kompetisi ini dapat mempromosikan ide daur ulang dan menggunakan kembali material dalam bentuk dan format yang berbeda, sehingga kita dapat mengurangi sampah yang kita hasilkan. Juga, agar para partisipan dapat mengeksplorasi kreativitas dan berinovasi untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa dari sampah, dan tentunya tetap bersenang-senang dalam proses menciptakan sesuatu yang membanggakan,” imbuh Laura yang saat ini masih duduk di bangku sekolah grade 12 (SMA kelas 3).
Recycled Art Competition menerima kiriman karya sampai 25 Oktober 2021 melalui tautan pendaftaran bit.ly/RecycledArtCompetition. Sebanyak 10 orang pemenang (5 dari masing-masing kategori) akan diumumkan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2021.