Prinsipnya Harus Ikhlas

Silih Agung Wasesa

Belakangan ini, banyak peristiwa bencana alam sepertiĀ  gempa dan tsunami hingga gunung meletus menghiasi headline media-media massa di Indonesia. Banyak korban tewas akibat peristiwa tersebut, dan bagi yang selamat tentu membutuhkan bantuan pertolongan untuk menyambung hidup mereka.

Tentu saja peristiwa bencana tersebut menimbulkan empati serta kepedulian sosial dari berbagai pihak. Bagi perusahaan komersial, bentuk kepedulian sosial tersebut diimplementasikan dalam kegiatan CSR yang umumnya meliputi program kepedulian di bidang kesejahteraan masyarakat, sosial, dan lingkungan yang terangkum dalam strategi social marketing yang dicanangkan perusahaan.

Lalu, sejauh manakah kegiatan social marketing yang dilakukan perusahaan-perusahaan saat ini? Bagaimana menyikapi kondisi makin banyaknya perusahaan yang menerapkan strategi tersebut? Untuk lebih jelasnya, berikut petikan wawancara dengan Silih Agung Wasesa dari Managing Partner AsiaPR.

Apa itu social marketing?

Dalam konteks sebuah perusahaan komersial, social marketing pada intinya adalah bagaimana menjadikan isu-isu sosial untuk meningkatkan pemasaran atau kinerja merek mereka. Dalam hal ini, ada strategi untuk membangun emotional branding konsumen dengan situasi sosial yang ada. Seperti Aqua, yang menggunakan strategi social marketing. Sekian rupiah dari penjualan Aqua akan didonasikan untuk memberi air bersih di suatu daerah tertentu.

Sejauh mana kegiatan social marketing sudah dilakukan oleh perusahaan?

Sebetulnya, sudah banyak kita melihat kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan/lembaga sosial. Sebagai contoh, kalau kita bicara soal NGO atau LSM,Ā  saat ini mereka sudah sangat profesional menggunakan pendekatan social marketing. Mulai dari tanggap bencana seperti di Aceh atau di Padang, dan saat ini di Merapi dan Mentawai. Kita lihat, semuanya sudah didesain sedemikian rupa dengan branding yang bagus; akses untuk para donatur yang ingin menyumbang juga dipermudah, seperti misalnya konsumen sudah bisa menggunakan kartu kredit secara langsung untuk memberikan donasinya. Semua dirancang sehingga memudahkan orang untuk menyumbang dan juga memudahkan orang untuk melihat sejauh mana pemanfaatan sumbangan yang telah diberikan. Akhirnya, hubungan antara donatur, LSM ataupun perusahaan pemilik merek, dan orang-orang yang terkena bencana menjadi lebih kuat.

Bagaimana menciptakan kegiatan social marketing menjadi unik di mata konsumen?

Sebenarnya, inti kegiatan social marketing adalah memberikan solusi atas peristiwa sosial yang terjadi. Uniknya adalah ketika program itu sudah menjadi sebuah solusi atas situasi-situasi sosial yang terjadi. Semakin memberikan solusi, akan semakin unik dan dinikmati oleh konsumen. Sebagai contoh saat ini, ketika Gunung Merapi sedang meletus, banyak perusahaan ataupun NGO mencoba memberikan solusi berupa bantuan tanggap bencana dengan mendirikan posko bencana.

Sebenarnya, output apa yang ingin diraih oleh pemilik brand?

Output-nya adalah bagaimana mengajak masyarakat untuk berjiwa sosial. Tapi, outcome-nya adalah ketika masyarakat tertarik, masyarakat akan membeli banyak produk mereka.

Seberapa besar peranan strategi ini dalam penciptaan brand image?

Sekarang menjadi dominan, terutama di Eropa dan Amerika. Karena masyarakat semakin sadar, dan mereka hanya akan membeli dari perusahaan yang bersahabat dengan lingkungan dan sosial. Jadi, ketika konsumen melihat sebuah perusahaan cedera secara sosial, mereka tidak akan membeli produk-produk perusahaan tersebut. Akhirnya, perusahaan-perusahaan harus membuktikan bahwa mereka peduli dan berkontribusi terhadap lingkungan sosial supaya konsumen mau membeli produk-produk mereka.

Apa saja hambatan dalam menjalankan social marketing?

Biasanya, hambatan terjadi pada pribadi brand owner-nya. Karena prinsip utama social marketing itu harus tulus. Tapi, banyak brand owner yang mula-mula melakukan pendekatan social marketing, kemudian di ujung mereka melakukan pendekatan profit. Itu tidak salah, cuma saja pada akhirnya ketulusan menjadi tidak kelihatan. Banyak kasus yang terjadi, dan kemudian ujung-ujungnya mereka hanya melakukan kegiatan di sekolah-sekolah, tapi efeknya juga tidak ada.

Ke depannya, bagaimana Anda melihat strategi ini?

Tantangan ke depan akan semakin kuat. Mau tidak mau, perusahaan harus melakukan social marketing dalam strategi perusahaannya. Karena kesadaran masyarakat kota di kelas menengah dan atas akan merembet ke kelas bawah dan bergerak menjadi tren. Itu harus diantisipasi dari sekarang bagi perusahaan-perusahaan yang belum melakukannya.

Harry Tanoso

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.