Marketing.co.id – Berita Marketing I Membicarakan energi menjadi isu yang menarik untuk dikupas. Sebab, energi memiliki peranan penting dalam pembangunan di Indonesia. Terlebih, pemerintah melalui sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Energi, terus mendorong pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam memulihkan ekonomi Indonesia. Didukung Pertamina, Indoposco pun menggelar webinar bertajuk “Energi Bangkitkan Ekonomi di Tengah Pandemi”.
Pemimpin Redaksi Indoposco Juni Armanto mengatakan, pandemi telah menghantam perekonomian di Indonesia. Untuk itu, dengan pertumbuhan energi baru terbarukan bisa mendongrak pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. Nantinya, EBT akan mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang yang stabil, mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan lapangan kerja.
“Sektor energi masih menjadi salah satu, andalan penopang ekonomi masyarakat dan negara di tengah kelesuan roda ekonomi dunia akibat hantaman pandemi Covid-19. Pemerintah juga berupaya menciptakan pasar energi terbarukan melalui program renewable energy-based industry development dan renewable energy-based economic development,” ujar dia.
Program tersebut dirancang untuk mempercepat pemanfaatan EBT di kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) serta mendukung pengembangan ekonomi lokal di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P Hutajulu menuturkan, pemerintah terus mendorong terwujudnya ketahanan energi nasional. Dengan menuangkannya dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014.
“Ketahanan energi merupakan suatu kondisi ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi dengan harga terjangkau dalam jangka panjang dengan memperhatikan aspek perlindungan lingkungan hidup. Untuk akses, telah memiliki untuk menjangkau masyarakat tidak hanya di kota, tetapi juga mereka yang berada di pinggiran,” ujarnya.
Listrik yang terjangkau oleh masyarakat, akan mendorong pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan industri dan tidak membebani masyarakat. Selain ada ketersediaan energi, juga harus ramah lingkungan. Apalagi, kondisi kelistrikan nasional ada tiga siaga di Bangka, Manokwari dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Saat ini, dia menjabarkan, bahwa energi listri ada 73,7 gigawatt dengan kepemilikan oleh PLN 60 atau 43 gigawatt. Untuk jenisnya sendiri, ada 50 persen PLTU atau 37 gigawatt, PLTG 28 persen, PLTD 7 persen, EBT 11%. Untuk rasio elektrikasi 100% di 2022, dimana saat ini baru 99,4%.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, defisit neraca dagang disumbang oleh sektor migas. Karena tingkat impor untuk sektor tersebut tinggi. Kendati hingga 2050 nanti Indonesia masih bergantung pada fosil. Tak heran jika secara paralel EBT harus dikembangkan, tetapi tidak bisa kemudian selamat tinggal fosil.
“Target EBT di 2025 mencapai 23%. Tentu sisanya 25% dari minyak bumi dan batubara 30%. Pengembangan EBT harus terus didorong, tapi jangan kemudian percepatan ini langsung meninggalkan fosil. Karena sampai tahun 2050, data pemerintah konsumsi masih besar dari fosil,” imbuh dia.