Hanya 2% Orang Konsisten Cuan Trading Saham, Ternyata Ini Alasannya …

Hanya 2% Orang Konsisten Cuan Trading Saham, Ini Alasannya …Marketing.co.id – Berita Financial Service | Pendiri Instagram dan YouTube CUANmology Andry Taneli mengungkapkan bahwa hanya 2% orang konsisten cuan dalam melakukan trading saham. Andry mengatakan, trading saham memerlukan waktu yang lama untuk bisa menghasilkan cuan. Ini yang membuat kemungkinan banyak orang tidak sabar dalam melakukan trading saham.

“Jadi dalam trading saham itu ada prinsip 100:20:2, dari 100 orang yang melakukan trading saham setelah dua tahun dan di bulan ke-25 maka hanya tersisa 20 orang. Lalu, yang 20 orang ini dalam lima tahun dan di bulan ke-61 hanya akan tersisa 2 orang. Nah, 2 orang inilah yang akhirnya ketemu cara konsisten cuan trading saham,” kata Andry saat jadi bintang tamu di podcast Ngerumpi Saham Bareng Sucor.

Menurut Andry, tidak perlu punya IQ yang tinggi untuk bisa meraih sukses dalam perdagangan saham. Orang sepintar Albert Einstein yang meraih nobel juga pernah gagal saat bermain saham. Jadi, IQ yang tinggi bukan jaminan untuk bisa meraih cuan dari trading saham.

“Di trading saham itu prinsipnya adalah jangan lakukan kesalahan pemula, belajar dari kesalahan. Usahakan bikin jurnal trading, cari komunitas yang sehat yang bisa membantu untuk bisa konsisten cuan, belajar dari senior yang sudah sukses di trading, banyak belajar bisa dari buku atau datang ke seminar tentang saham,” terang Andry.

Andry merupakan seorang full time trader saham dengan pengalaman trading saham 14 tahun sejak kuliah pada 2009, dan 10 tahun pengalaman di perusahaan sekuritas dan asset management. Andry pernah menjadi juara OSK Investment Challenge 2011, kompetisi saham SBJI 2012 dari Kresna Sekuritas, penghargaan dari Bloomberg, Lipper Fund Awards, Majalah Investor, Infovesta untuk reksadana yang dikelola saat di dunia asset management. Penghargaan terbaru adalah memenangkan 2 kategori juara di Stock Wars 2023 oleh Sucor Sekuritas.

Andry mengungkapkan bahwa dirinya pertama kali trading saham pada 2009, atau tidak lama setelah terjadi krisis keuangan pada 2008. Ketika itu, Andry memulai hanya dengan modal Rp22 juta. “Jadi, saya pinjam dari orang tua Rp10 juta dan sisanya uang saya Rp12 juta. Dalam 8 bulan pertama, uang saya tersisa Rp3,5 juta. Saya bilang ke orang tua, kalau dalam 4 bulan ke depan saya tidak bisa balik modal, saya akan berhenti trading saham dan kembali bekerja,” ungkap Andry.

Ternyata, dalam waktu empat bulan itu, uang yang tadinya tersisa Rp3,5 juta bisa meraih cuan hingga 500% dan modal Rp22 juta bisa kembali lagi. bagi Andry, belajar saham beda dengan belajar sepak bola, bernyanyi atau skill lainnya. Pelatih sepak bola tidak harus juara bermain bola untuk bisa mengajarkan tentang sepak bola. Begitu juga dengan pelatih menyanyi. Namun, hal itu tidak bisa diterapkan di dunia saham karena ini pakai modal uang untuk cari cuan dilipatgandakan.

Trading saham, menurut Andry, harus diperlakukan seperti bisnis. Jadi, kalo mau belajar berbisnis wajib belajar dari pebisnis yang sukses, bukan belajar dari bukan pebisnis. Demikian pula di saham, kalo mau belajar jadi trader yang sukses wajib belajar dari trader yang sukses juga.

Setelah 14 tahun bergelut di dunia saham, Andry kini sudah punya portofolio 11 digit dari trading saham. “Di trading saham itu prinsipnya adalah #dilarangTOLOL artinya jangan lakukan kesalahan pemula, belajar dari kesalahan. Wajib bikin jurnal trading untuk punya record kenapa bisa cuan dan kenapa bisa rugi, cari komunitas saham yang sehat, belajar dari senior yang sudah sukses di sahan, belajar bisa dari buku dan seminar untuk lebih pintar 1% setiap harinya. Jangan pernah berhenti belajar karena market saham itu dinamis,” pungkas Andry.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here