Ekspor Daun Pisang, Perempuan Asal Cilacap Cuan Puluhan Juta

[Reading Time Estimation: 2 minutes]
(Daun Pisang/Freepik.com)

Marketing.co.id – Berita UMKM | Dalam dunia kuliner Nusantara, daun pisang memiliki peranan yang sangat penting sebagai dekorasi, pelengkap dan pengemas bahan makanan. Sebagai pengemas makanan, banyak sekali dikenal teknik-teknik pelipatan daun pisang untuk fungsi yang berbeda-benda.

Dalam khazanah kuliner Jawa misalnya, dikenal teknik pincuk atau pengganti piring. Teknik ini biasanya digunakan untuk nasi liwet, pecel, sate, atau wadah makanan berkuah lainnya. Ada juga teknik sumpil atau pembungkus berbentuk segitiga. Di luar itu masih banyak teknik-teknik lainnya.

Makanan-makanan khas Indonesia yang menggunakan daun pisang sebagai pelengkap umumnya sebagai pembungkus atau alas di antaranya arem-arem, apem, lontong, pepes, mendoan, lemper, dan masih banyak lagi.

Melihat banyaknya manfaat, daun pisang memiliki nilai ekonomis yang jika digarap dengan serius bisa menjadi peluang bisnis yang menghasilkan cuan. Pernahkah Anda terpikir untuk mengekspor daun pisang yang melimpah di pekarangan rumah Anda?

Dewi Ekha Harlasyanti mencoba mengekspor daun pisang ke beberapa negara. Bermodalkan kuota internet, perempuan asal Cilacap tersebut berhasil mengekspor daun pisang dan menghasilkan keuntungan hingga puluhan juta rupiah sekali kirim.

Dewi bercerita, tidak sulit mencari daun pisang karena sangat melimpah di sekitar rumah. Hingga saat ini daun pisang belum dimaksimalkan secara maksimal. Bahkan, banyak daun pisang yang tidak dipanen dan harga jualnya pun di dalam negeri sangat murah.

Ketika masa pandemi, banyak diaspora yang tidak bisa pulang ke Indonesia. Mereka memiliki kebutuhan untuk tetap bisa memasak masakan khas Indonesia yang di antaranya menggunakan daun pisang. Kemudian, saya memiliki ide untuk menawarkan mereka daun pisang saya ke restoran-restoran Indonesia yang ada di luar negeri.

“Bisnis ekspor itu sebenarnya adalah bisnis yang bisa dijalankan tanpa modal. Eksportir hanya butuh modal kuota internet. Saya melakukan pencarian para buyer melalui internet – media sosial. Lalu, saya kontak mereka untuk kemudian saya tawarkan,” ujarnya di kanal YouTube Liputan6.

Mengirimkan daun pisang ke luar negeri tentu memerlukan biaya. Untuk mengatasinya, Dewi menerapkan sistem bayar dimuka. Sehingga, uang pembayaran tersebut bisa digunakannya sebagai modal. Tak dipungkiri, apapun bisnisnya, tantangan itu selalu ada. Dewi menjelaskan, tantangan yang dihadapinya saat mengekspor daun pisang di antaranya daun pisang harus steril bersih dari kuman. Sehingga, ada sertifikat-sertifikat yang harus dipenuhi dan diurus.

“Sebenarnya yang paling sulit adalah menjaga daun pisang tetap segar karena daun pisang adalah produk yang mudah sekali layu. Dari situ saya terus belajar agar daun pisang ini tetap segar, mulai dari proses pemetikan, penyimpanan, packing, hingga pengiriman ke luar negeri,” jelasnya.

Harga ekspor daun pisang sendiri sangat bervariasi. Dewi sendiri menjual daun pisangnya mulai dari Rp50 ribu per kilo. Harga tersebut belum termasuk ongkos kirim. “Kami sekali kirim biasanya diangka 100-200kg. Omzet yang didapat sekitar Rp30-50 juta sekali ekspor,” lanjut Dewi.

Dewi memiliki mimpi untuk mengekspor daun pisang ke lima benua. “Banyak jalan yang bisa dipilih untuk menjadi eksportir yang sukses. Yang penting, terus belajar, terus berusaha, terus mencari peluang, dan berani berubah,” pungkas Dewi.

Gimana, tertarik untuk ekspor daun pisang? Atau, Anda memiliki ide bisnis lain? Beritahu kami dalam kolom komentar, ya!

4 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here