Mengenal Perilaku Pelanggan dari Gonjang-Ganjing Pemerintah

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

www.marketing.co.id – Penuh fenomena di balik kembang api berita—gonjang-ganjing—di akhir tahun 2009 hingga awal 2010. Kita sadari apa yang kita saksikan di kantor, di pasar, di pertokoan, hingga berita-berita di layar kaca rupanya merupakan hal yang menarik untuk dipelajari—setiap berita, bukan hanya berita politik ataupun tokoh selebriti saja. Bagi para tim penjualan yang jeli pun hal ini bisa sebagai dijadikan momentum untuk sebuah pembelajaran yang menarik.

Social Marketing

Mari kita amati mulai dari kasus Prita Mulyasari vs RS Omni Internasional yang berujung di pengadilan—gara-gara Prita mengemukakan keluh kesah atas pelayanan yang diterimanya melalui e-mail pribadi. Seperti apa respons yang diterimanya? Ternyata rasa empati dan simpati kepada Prita mengalir begitu dahsyat. Sehingga, muncullah kegiatan solidaritas yang disebut dengan “Koin Peduli Prita”. Kalau kita mencermati situasi tersebut dikaitkan dengan dunia penjualan dan pemasaran, dapat diambil pelajaran bahwa kekuatan komunitas (social marketing) merupakan senjata ampuh di dalam menetukan pengambilan keputusan dan memengaruhi lingkungan.

Selling by Empathy

Kita lihat lagi hebohnya sang artis cantik, Luna Maya, dengan para reporter/wartawan infotainment yang tanpa ujung. Di satu sisi kita dapat melihat  para tokoh media sebagian membela para wartawan, namun tidak sedikit juga yang membela sang artis. Rasa simpati dan kasus yang kecil tidak perlu dibesar-besarkan. Harga diri yang jadi sumber konflik itu sendiri tidak jelas untuk siapa. Hal ini karena dari sisi makna, infotainment berarti suatu wadah, bukan pribadi para wartawannya. Semua redam karena merasa keduanya berasal dari lubuk hati yang paling dalam, masih saling memerlukan dan memberikan nilai, sehingga simpati atas kasus ini adalah pemenangnya.

Karakter Berani Mati; Pantang Menyerah

Heboh di penghujung tahun 2009 dengan terbitnya buku Gurita Cikeas karya  George Adi Tjondro begitu ramai, dan perdebatannya berkembang menjadi konflik yang memanas. Satu pihak mengatakan “mengukapkan fakta”. Di sisi lain dikatakan sebagai “halusinisasi”. Dari situasi tersebut, kita dapat belajar siapa yang menjadi pemenang dalam peperangan ini—terbukti bahwa buku tersebut terus beredar semakin laris dan tidak dibredel. Hal ini jika kita sebagai tim penjualan ingin menjadi pemenang, maka dalam bertindak perlu dilandasi oleh karakter pemberani. Ada bukti/referensi, testimoni, bisa menjelaskan dan berargumentasi dengan baik.

Bermain dengan Persepsi Pencitraan

Ingat kasus Bibit dan Chandra maka akan ingat institusinya—KPK. Citra KPK masih harum, sehingga otomatis seluruh personil yang ada di dalamnya akan ikut harum pula. Begitu juga dengan perusahaan. Bila citra perusahaan baik, seluruh  karyawannya pun akan dipersepsikan positif. Di dalam strategi membangun relasi, citra diri adalah fondasi yang perlu dibangun—sebelum kita bicara teknologi, program, loyalitas, dan lain-lain. Dari kasus Bibit dan Chandra, dapat dipetik pengetahuan yang bisa kita adaptasi sebagai bagian dari strategi membangun merek, produk, dan juga perusahaan. Namun, kalau kita melihat lebih dalam, ternyata di situlah juga terjadi panggung sandiwara yang begitu menggemaskan— tentunya bila dikaitkan dengan kejadian sang ketua bersama dengan rekan-rekan terkaitnya.

Karakter Pemain Peran

Kasus KPK jika dikaitkan lebih dalam dan dirajut oleh tali-temali perkara, para saksi, penyidik dan Markus, maka di situlah kita bisa belajar lagi tentang watak dan karakter konsumen Indonesia. Bisa bermain bagaikan artis, bisa bersandiwara bagaikan pemain sinetron, bisa berganti peran dari melankolis menjadi antagonis, atau dari jagoan menjadi pecudang. Situasi semacam ini pun kita temui sehari-hari pada saat sales team perusahaan bertemu dengan ratusan—bahkan ribuan—pelangganya. Permainan peran ini merupakan potret dari kejadian yang sesungguhnya berlangsung di dalam dunia penjualan dan pemasaran. Untuk dapat berhasil dalam situasi seperti ini, tenaga penjualan tentunya harus tahu kiat-kiat ketika berhadapan dengan pelanggan yang bergaya crazy artist tersebut.

Karakter Berkarisma

Semua gonjang-ganjing yang terjadi itu—mulai dari kasus Koin Peduli Prita,  heboh uneg-uneg Luna Maya  vs  infotaintment, George Adi Tjondro dengan  buku  Gurita Cikeas, sampai kasus KPK vs Polri—telah menyedot banyak perhatian  media. Namun, dikejutkan secara mendadak, langsung lenyaplah semua pemberitaan tadi dengan kabar seorang tokoh yang memiliki karisma kuat, tokoh pluralisme Indonesia, mantan presiden RI ke-4, yang berpulang dalam damai.

Selamat jalan Gus Dur. Karismamu membubarkan gonjang-ganjing yang terjadi di penghujung tahun.