Menelisik Positioning para Capres di Pemilu 2024

Marketing.co.id – Opini Marketing | Hingga saat ini ada tiga calon Presiden yang diperkirakan bakal bertarung di Pemilu 2024. Ketiga nama tersebut yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Ganjar Pranowo diusung oleh PDIP dan PPP, Prabowo Subianto diusung oleh Gerindra dan kemungkinan PKB serta Anies Baswedan yang diusung oleh Nasdem, Demokrat, dan PKS.

Untuk menduduki kursi Presiden ketiganya harus mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya (50% plus 1). Oleh karena itu, ketiganya harus mampu meyakinkan para pemilih, bahwa mereka adalah figur paling tepat untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia. Dengan apa mereka meyakinkan para konstituen? Tentunya dengan berbagai program yang akan diekseskusinya jika kelak terpilih menjadi Presiden.

Bicara program biasanya sangat kompleks dan rada “njlimet”, sehingga perlu pemahaman yang mendalaman untuk menelaah atau mengkritisi program tersebut. Ambil contoh kebijakan soal subsidi untuk rakyat menengah bawah dan kebijakan pemihakan kepada UMKM, adalah kebijakan yang sifatnya multidemensi dan melibatkan berbagai sektor.

Ada strategi lain yang bisa digunakan kandidat Presiden untuk menarik suara, yakni positioning. Positioning akan menjadi faktor pembeda satu kandidat dengan kandidat lainnya, sehingga akan mempermudah pemilih menentukan pilihannya. Positioning juga bisa menjadi kristalisasi dari berbagai program yang diusung dari para kandidat.

Istilah positioning sangat lekat dalam dunia marketing. Menurut pakar marketing Kotler dan Keller (2016), positioning adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan agar mendapatkan tempat khusus dalam pikiran pasar sasaran. Tujuan dari positioning adalah untuk menempatkan merek dalam pikiran konsumen guna memaksimalkan manfaat potensial bagi perusahaan.

Baca juga: Marketing Politik: Apa Saja yang Dijual Partai Politik?

Strategi Positioning Capres

Dalam konteks kandidasi Presiden, positioning capres bermakna strategi untuk menawarkan figur capres berikut citranya agar mendapatkan tempat tersendiri dalam pikiran dan benak konstituen. Adapun tujuan dari positioning yakni menempatkan figur capres dalam pikiran konstituen, agar capres tersebut memperoleh suara terbanyak dalam pemilu.

Bagaimana dengan positioning capres Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Kita memang belum melihat perbedaan positioning yang terlalu tajam diantara ketiganya. Namun, jika melihat berbagai konten yang menampilkan ketiganya di media sosial dan berbagai acara talkshow politik di televisi, mulai terbaca arah positioning dari ketiganya.

Sosok Ganjar diposisikan sebagai penerus Jokowi. Hal ini sangat wajar mengingat Ganjar adalah berasal dari partai yang sama dengan Jokowi. Mencermati hal ini, publik dapat menyimpulkan, bahwa berbagai program di bawah pemerintahan Jokowi akan dilanjutkan oleh Ganjar jika memenangkan pilpres nanti.

Dengan demikian pembangunan infrastruktur akan terus digalakkan dan rencana pemindahan ibu kota ke IKN akan dilanjutkan. Soal positioning citra personal, mudah ditebak, Ganjar pastinya akan diposisikan sebagai sosok nasionalis, humanis, dan dekat dengan rakyat—yang sudah menjadi ciri khas dari positioning tokoh-tokoh dari PDIP.

Capres
Ilustrasi: JPNN.Com

Yang agak surprise adalah positioning yang dikembangkan oleh Prabowo. Dalam beberapa kesempatan Prabowo dan elit partai Gerindra dengan tegas menyatakan akan melanjutkan berbagai program dari Jokowi. Padalah, pada dua pemilu sebelumnya Prabowo merupakan “musuh politik” Jokowi dalam memperebutkan kursi Presiden.

Setidaknya ada dua alasan mengapa Prabowo memposisikan diri sebagai pelanjut program-program Jokowi. Pertama, faktor Prabowo sebagai Menteri di bawah pemerintahan Jokowi, sehingga mengetahui secara langsung berbagai program Jokowi yang dinilainya berhasil.

Kedua, persepsi publik yang terpantau dari beberapa riset menunjukkan, sekitar 80% responden menyatakan puas dengan kinerja Jokowi. Menimbang hal ini cukup “wise” jika Prabowo memposisikan diri sebagai penerus Jokowi, meskipun publik akan bertanya-tanya lalu apa bedanya antara Prabowo dengan Ganjar.

Mengenai positioning figur Prabowo, mantan Danjen Kopasus ini sering dicitrakan sebagai sosok tegas, berani dan memiliki nasionalisme tinggi. Belakangan ada juga upaya untuk memposisikan Prabowo sebagai sosok yang humoris, karena di beberapa kesempatan dia sering bicara santai dan melempar joke.

Lalu, bagaimana dengan Anies? Dibandingkan Ganjar dan Prabowo, positioning sosok mantan Gubernur DKI Jakarta ini relatif berbeda secara diameteral. Anies memposisikan diri sebagai calon yang akan membawa perubahan. Bahkan, tiga partai yang mendukung Anies yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS menyebut mereka sebagai koalisi Perubahan dan Persatuan.

Baca juga: Perbedaan Marketing Politik dengan Marketing dalam Bisnis

Positioning yang diambil Anies cukup berani mengingat berbagai survei menunjukan tingkat kepuasan responden terhadap kinerja Jokowi mencapai 80%. Karena itu, menjadi menarik bagaimana Anies menerjemahkan positioning tersebut dalam berbagai program yang menyentuh langsung kehidupan rakyat banyak, seperti soal subsidi, pendidikan, stunting, dan pengangguran.

Citra pribadi Anies yang sering diposisikan sebagai sosok relijius (kanan)—strategi ini berhasil dalam Pilkada DKI lalu, perlahan mulai digeser agak ke “tengah”. Dengan kata lain sosok relijius Anies akan diimbangi dengan sisi nasionalisnya. Hal ini dikarenakan partai pertama yang mendeklarasikan Anies sebagai Capres adalah Nasdem, partai bercorak nasionalis. Adapun tujuan lain yang ingin dicapai menggaet pemilih dari kalangan nasionalis dan sekuler.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here