Konsistensi ATSI Edukasi Industri Telekomunikasi untuk Masyarakat

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Konsistensi ATSI Edukasi Industri Telekomunikasi untuk MasyarakatTelepon seluler telah mengambil posisi penting bagi setiap orang di seluruh pelosok dunia. Bukan hanya sebagai alat komunikasi namun juga menjadi media untuk mendapatkan informasi, berkreasi, hingga bertransaksi.

Namun nasib industri di bidang telekomunikasi saat ini sedang menurun, alias dalam kondisi yang tidak sehat. Faktornya bisa berbagai hal, salah satunya adalah penyelenggara telekomunikasi yang banyak jumlahnya dan tidak semuanya mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan para pelaku bisnis telekomunikasi.

Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah operator dari kondisi ideal yang sebenarnya. Kondisi yang ideal sebenarnya hanya empat hingga lima operator saja.

Diperlukan kombinasi kejelian serta kecerdasan antara regulator dan pemain industri agar kondisi tersebut tidak menghancurkan industri telekomunikasi. Masa depan industri telekomunikasi Indonesia sepuluh tahun mendatang juga bergantung pada pemerintah dan pemain industri.

Tantangan lainnya industri telekomunikasi saat ini adalah penyalahgunaan penguat sinyal seluler. Hal ini terungkap pada Diskusi Panel “Penyalahgunaan Penguat Sinyal Seluler: Dapatkah Ditertibkan?” yang digelar ATSI pada ajang ICS kemarin (04/06).

Diskusi tersebut menghadirkan pembicara Alexander Rusli, Ketua Umum ATSI, Dr. Muhammad Budi Setiawan, M. Eng, Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tato Sujiarto, Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, Robert James Buntario, Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Kementerian Perdagangan, dan M. Mustaghfirin, Vice President ICT Network Management Area PT Telkomsel area Jabotabek dan Jabar.

Menurut ATSI dalam diskusi panel tersebut, operator telekomunikasi terus mangalami tantangan besar dengan semakin banyaknya penguat sinyal (repeater) ilegal yang digunakan dan diperjualbelikan secara bebas.

Masifnya penggunaan repeater belakangan ini telah membuat kualitas jaringan telekomunikasi di Indonesia semakin menurun. Hal ini membuat banyak konsumen tidak dapat menggunakan layanan telekomunikasi selulernya dengan optimal. 

Konsumen Telekomunikasi yang Semakin Kritis

Selain diskusi panel tersebut, digelar pula acara Temu Pelanggan Seluler dengan tema “Memaksimalkan Fungsi Aplikasi di Smartphones”. Acara ini dihadiri oleh empat provider besar di Indonesia, yaitu XL, Telkomsel, Indosat, dan Smartfren.

Dalam program unggulan rutin di ICS ini, para pengunjung bisa menyampaikan pendapat dan tanggapannya mengenai keempat provider beserta permasalahan yang dihadapi oleh para pelanggan.

Banyak pelanggan yang bertanya mengenai layanan prabayar yang selalu bermasalah, kemudian faktor sinyal yang makin melemah, dan belum banyaknya solusi yang diberikan oleh customer service dari masing-masing provider.

Aris Sudewo Wirjoatmojo, General Manager Mobile News and Directory dari Telkomsel yang hadir dalam Temu Pelanggan Seluler berujar, “Saya melihat ajang Temu Pelanggan Seluler sangat positif, dalam arti kita sebagai perusahaan yang menyelenggarakan usaha jasa Telekomunikasi, menganggap masukan dari para pelanggan sangat berarti dan tandanya masyarakat masih peduli. Masalah yang ada selalu kita perbaiki, sehingga makin lama kita akan semakin bagus dan masyarakat bisa makin mengapresiasi usaha kita ke depannya.”

Program-program seperti diskusi panel dan Temu Pelanggan Seluler di ajang ICS ini merupakan suatu wadah untuk menyampaikan suatu pesan yang tersirat bahwa walaupun industri telekomunikasi sedang menurun, daya jual dan minat masyarakat akan telekomunikasi masih tinggi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here