Marketing.co.id – Berita Marketing | Lewat berbagai inisiatif, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia) berkomitmen menjalankan praktik ekonomi sirkular di Indonesia. Hal ini diungkapkan Head of Public Affairs Coca-Cola Europacific Partners Indonesia Dhedy Adi Nugroho dalam acara Sustainability Action for The Future Economy 2023 (SAFE 2023).
“Kita menggunakan botol yang berasal dari botol dan diproduksi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, termasuk fasilitas produksi kami di Bekasi yang saat ini menggunakan panel surya 7,34 MWp dan menjadikannya sebagai instalasi panel surya terbesar pada fasilitas produksi terbesar di Asia Tenggara,” ujar Dhedy pada sesi “Building Indonesia’s Circular Economy” di acara Katadata Sustainability Action for Future Economy (SAFE) 2023 Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (26/9).
Turut hadir dalam sesi tersebut antara lain investor Waste4Change sekaligus selebritis Luna Maya dan Direktur Evershine Tex Michael Sung sebagai panel diskusi serta CEO Life Cycle Indonesia Jessica Hanafi selaku moderator.
Dhedy bercerita, peran CCEP Indonesia dalam ekonomi sirkular di Indonesia bermula dari pengamatan yang dilakukan pada tahun 2000-an. Menurutnya, hal ini sekaligus menegaskan posisi CCEP Indonesia bukanlah pemain baru dalam isu circular economy.
Salah satu inisiatif yang dilakukan CCEP Indonesia beserta brand Coca-Cola adalah peralihan dari kemasan botol kaca ke botol plastik. Hal ini lantaran penggunaan botol kaca dinilai tidak ramah lingkungan, salah satunya karena menghasilkan emisi yang lebih besar dalam pendistribusiannya. Selain itu, proses pencucian botol kaca juga memerlukan energi yang cukup besar termasuk penggunaan air yang dicampur berbagai macam bahan kimia.
Pada fase pertama, CCEP Indonesia berinvestasi pada penggunaan polyethylene terephthalate (PET) serta fasilitas daur ulangnya. PET merupakan jenis plastik bening yang kuat dan ringan. Tidak seperti jenis plastik lainnya, plastik PET tidak hanya sekali pakai sehingga dapat seratus persen didaur ulang. Hingga saat ini, penggunaan PET oleh CCEP Indonesia mencapai 90 persen.
“Fase kedua, kita berinvestasi di recycling facility yang mampu mengolah botol bekas menjadi resin untuk pack food contact. Ini bisa dijadikan kembali menjadi botol kemasan produk-produk kami,” kata Dhedy.
Lebih lanjut Dhedy menambahkan, dalam proses produksinya CCEP Indonesia juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Perusahaan memperhatikan rasio penggunaan air dan mengembalikan air untuk masyarakat, antara lain melalui inisiatif trees planting.
Selain itu, memilih rute terpendek dalam distribusi untuk menekan penggunaan bahan bakar dan emisi karbon. Sementara terkait media penyimpanan, CCEP Indonesia beralih ke penggunaan lemari pendingin hemat energi.
Tantangan Ekonomi Sirkular di Indonesia
Praktik ekonomi sirkular di Indonesia masih perlu didorong. Oleh karena itu penting untuk mengetahui hal apa yang menjadi hambatannya. Menurut Luna Maya, kolaborasi dengan pemerintah atau masyarakat perlu didorong. Selain itu, tantangan yang harus dihadapi dan dibenahi adalah terkait regulasi, infrastruktur, dan insentif.
“Dari pemerintah mungkin (dukungan) regulasi harus jelas, serta infrastruktur. Namun, bila tanpa masyarakat yang patuh dan juga sadar akan ini (circular economy), akhirnya jadi sia-sia, enggak akan berjalan,” terang Luna.
Senada dengan Luna, Michael Sung melihat jika peningkatan kesadaran masyarakat serta dukungan regulasi dari pemerintah adalah hal yang dibutuhkan guna mendorong circular economy.
“Makanya memang kita harus mendorong bahwa kesadaran dan pemahaman (masyarakat) itu penting. Di luar itu memang regulasi-regulasi (dibutuhkan),” katanya.
Dhedy menambahkan, insentif bagi para pelaku usaha juga dibutuhkan. Terutama bagi industri yang sudah mulai melakukan berbagai macam peran dalam circular economy. “Bukan hanya mendapatkan promosi, award. Tapi insentif yang benar-benar nyata, yang bisa secara bisnis mendukung proses ekonomi sirkular,” tegasnya.
Sesi diskusi ditutup dengan penandatanganan memorandum of understanding antara Katadata dengan Waste4Change. Dalam penandatanganan tersebut, Katadata diwakili Metta Dharmasaputra selaku Chief Executive Officer (CEO) dan Waste4Change diwakili oleh Luna Maya selaku investor.
Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) adalah forum tahunan yang diselenggarakan Katadata sejak 2020. SAFE menjadi wadah untuk membahas solusi pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Menghadirkan lebih dari 40 pembicara ahli dan profesional, serta target seribu peserta dari kalangan profesional, penggiat, praktisi dan peminat di pembangunan dan bisnis berkelanjutan, SAFE 2023 menyatukan semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, perusahaan, akademisi hingga organisasi masyarakat sipil untuk mengeksplorasi tindakan nyata menuju ekonomi berkelanjutan di Indonesia.