Marketing.co.id – Berita UMKM | Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa masalah tertinggi yang dihadapi para pelaku usaha di daerahnya adalah berkaitan dengan cara menjual produk. Menurut hasil survei yang dilakukannya secara kecil-kecilan di Jawa Tengah menunjukkan bahwa 52,98% pelaku usaha bertanya mengenai marketing produk.
“Yang kedua permodalan itu sekitar 30,24%, ya yang lainnya itu soal kemasan, soal izin usaha, izin edar pembukuan dan sebagainya. Jadi kami survei kecil-kecilan,” jelas Ganjar dalam webinar Regional Summit 2021 ‘Merebut Peluang Investasi Digital di Daerah’, Senin (29/11).
Untuk mengatasi permasalah itu Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan beberapa pelatihan, di antaranya UMKM di Jawa Tengah diajarkan terlebih dulu berjualan kecil-kecilan melalui media sosial, lalu baru kenalkan masuk ke marketplace.
Ganjar pun membuka ‘Lapak Ganjar’ melalui akun Instagram pribadi. Tujuannya adalah mengenalkan kepada pelaku UMKM di Jawa Tengah untuk mulai melek digital dan berharap setelah itu ada investor masuk.
“Sekarang kegiatan ekstrakurikuler saya melalui Instagram itu dengan Lapak Ganjar. Jadi setiap weekend, setiap minggu saya jualan dan saya terharu juga kemarin ada jual masker penjualannya meningkat, makanan meningkat,” tuturnya.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif RI Norman Sasono menuturkan, baru 9% pelaku usaha di Indonesia yang memanfaatkan platform digital untuk mempromosikan dan mendistribusikan produk.
Menurut Norman, data menunjukkan 83% pelaku usaha kreatif juga belum berbadan hukum. Kemudian, 88% belum memiliki hak kekayaan intelektual, 92% usaha kreatif masih menggunakan modal sendiri dan 925 usaha kreatif berpendapatan rata-rata masih di bawah Rp300 juta per tahun.
“Pandemi membawa dampak yang luar biasa pada berbagai sektor di Indonesia, masuk di dalamnya adalah sektor ekonomi kreatif. Pada kondisi perubahan yang dinamis atau pola ketidakpastian perlu melakukan terobosan agar dapat terus bertahan dalam menghadapi tantangan dan merebut peluang,” kata Norman.
Dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada, Norman mengatakan Kemenparekraf telah melakukan berbagai transformasi digital bagi para pelaku ekonomi kreatif dan UMKM, salah satunya melalui program Bangga Buatan Indonesia (BBI).
Sejak Mei sampai dengan September 2020, tercatat ada 2,4 juta unit UMKM atau tumbuh sebesar 10% masuk dalam ekosistem digital. BBI meliputi program pelatihan berjualan online, pelatihan menciptakan konten kreatif sebagai sarana promosi usaha, serta pelatihan dalam membuat kemasan produk yang menarik untuk meningkatkan nilai tambah.
“Dalam meningkatkan kapasitas dan produk ekonomi kreatif, Kemenparekraf juga memberikan bantuan insentif pemerintah pada tahun 2021 sebesar Rp60 miliar yang diberikan kepada pelaku sektor parekraf, yang meliputi subsektor ekraf, aplikasi digital pengembangan dan permainan fashion, kriya, kuliner, film dan sektor pariwisata,” tandas Norman.