Inisiasi PRAISE Dukung Pengolahan Sampah Dengan Ekonomi Sirkular

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing – Di Indonesia, usaha daur ulang adalah salah satu wujud sirkular ekonomi secara bertanggung jawab. Namun, usaha daur ulang tersebut akan mengalami kendala tanpa proses pemilihan sampah yang benar. Padahal sejatinya, solusi bagi persoalan sampah di Indonesia dapat dimulai dari perbaikan sistem pengangkutan sampah dan pengembangan pasar daur ulang. Bahan daur ulang yang sudah dikumpulkan perlu sebanyak mungkin kembali digunakan untuk tujuan produktif – plastik, sampah organik, dan bahan lainnya yang memiliki nilai jual.

Ya, penanganan sampah telah menjadi tantangan di Indonesia seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan kegiatan di sektor bisnis. Tahun ini, Indonesia menghasilkan 67 juta ton sampah, jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata 64 juta ton per tahun dengan komposisi sampah organik (70%), sampah plastik yang sumber utamanya berasal dari kemasan makan minuman, kemasan consumer goods, kantong belanja dan pembungkus barang lainnya (20%) dan sampah industri lainnya seperti kaca, metal, karet (10%).

Melihat dampak lingkungan dan sosial yang terjadi akibat sampah, pemerintah menargetkan untuk melakukan 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah pada 2025. “Untuk mendukung target penanganan sampah pemerintah, sektor swasta melalui Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment atau Asosiasi Kemasan dan Daur Ulang Untuk Lingkungan Berkelanjutan di Indonesia (PRAISE) mendorong pemerintah untuk mengimplementasikan sistem penanganan sampah yang efektif, yakni dengan menggunakan sistem ekonomi silkular,” kata Sinta Kaniawati, perwakilan PRAISE.

Berdasarkan laporan dari Ellen MacArthur, tanpa pemahaman ekonomi sirkular, 95% nilai ekonomis bahan kemasan termasuk plastik sekali pakai akan hilang. Sebaliknya dengan landasan ekonomi sirkular, 53% sampah contohnya di Eropa bisa di daur ulang dan menghasilkan uang. Namun, ekonomi sirkular akan bisa berjalan baik dengan menggunakan pedekatan Extended Stakeholer Responsibility yang mendorong kolaborasi semua pihak baik itu rumah tangga, komunitas, pemerintah dan swasta.

Hal ini pun menginisiasi PRAISE – yang merupakan gabungan dari enam perusahaan di Indonesia yaitu Coca Cola, Danone, Indofood, Nestle, Tetra Pak dan Unilever melalui program Bali Bersih. Dalam melaksanakan program ini, salah satunya PRAISE bekerjasama dengan Mckinsey.org menginisiasikan program Desa Kedas di Bali sebagai proyek percontohan Bali Bersih.

“Sejalan dengan visi dan misi PRAISE, proyek Desa Kedas bertujuan untuk mendemonstrasikan sistem daur ulang yang memiliki nilai ekonomi dari material yang saat ini disebut sampah, menjadi sistem yang berkelanjutan yang bisa mendatangkan kesempatan ekonomi bagi komunitas,” imbuh dia.

Hal senada juga diungkapkan Shannon Bouton, Global Executive Director, Sustainable Communities at McKinsey.org. Melalui Desa Kedas, yang merupakan kolaborasi antara program PRAISE Bali Bersih dan program global McKinsey.org, Rethinking Recycling dapat bersama-sama membangun sistem pengelolaan sampah dan daur ulang yang benar-benar berjalan optimal. “Selain itu, hal ini dapat menjadi langkah transformatif bagi begitu banyak orang yang bekerja di bawah bayang ekonomi pasar daur ulang,” tegas Shannon

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here