Ini Dampak Buruk Menatap Layar Gawai Berlebihan Pada Mata Anak

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing.co.id – Berita News & Event | Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan sebanyak 36,99 persen anak Indonesia usia 5-15 tahun sudah memiliki ponsel. Bahkan 38,92 persen anak usia 0-6 tahun di Indonesia telah menggunakan ponsel sehingga paparan layar gawai terjadi sejak dini.

Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr Manda), selaku Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, saat menjelaskan tentang mata kering di Jakarta (30/7/24). Foto: Ist.

“Screen time berlebihan akan mempengaruhi dinamika berkedip anak. Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata seiring waktu berpotensi memulai siklus mata kering. Meskipun tidak ada perbedaan mata kering berdasarkan usia, namun proses pengumpulan informasi media pada pasien anak lebih sulit ketimbang pasien dewasa. Anak seringkali belum bisa menjelaskan keluhan yang dirasakan secara verbal dan hal ini menjadi tantangan,” ujar Dr. Niluh Archi S. R,. SpM yang akrab dipanggil dr. Manda selaku Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics.

Hal lain yang mengemuka pada Peringatan Bulan Kesadaran Mata Kering 2024 adalah 9,1 persen anak-anak berusia 9-12 tahun telah mengalami gangguan mata kering dan penggunaan ponsel pintar menjadi faktor pemicunya.

Rata-rata mereka menggunakan ponsel selama 3,18 jam per hari padahal waktu idealnya tidak boleh lebih dari 1 jam. Semakin singkat semakin baik bahkan untuk batita 1-2 tahun hanya boleh menatap layar yang berupa video chatting (untuk berkomunikasi).

“Jika tidak segera ditangani, kondisi mata kering kronis dapat mengakibatkan peradangan atau infeksi pada konjungtiva, peradangan pada kornea atau luka terbuka pada kornea. Dampak lanjutan yang belum tertangani yaitu tak jarang berupa pandangan kabur sehingga membuat anak kesulitan membaca serta mulai menggunakan kacamata. Pemeriksaan mata secara dini dan berkala bisa menjadi solusi untuk pencegahannya,” tambah dr. Manda.

Catatan JEC sendiri, di dua cabangnya (RS Mata JEC @ Kedoya dan JEC @ Menteng), selama 2022 terjadi lonjakan pasien dry eye sebesar 62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara jumlah, dalam kurun empat tahun terakhir (2019-2022), JEC telah menangani lebih dari empat ribu pasien gangguan mata kering.

Jika tanda-tanda mata kering pada anak mulai terlihat, sesegera mungkin datangi rumah sakit mata terdekat agar mendapat penanganan yang sesuai seperti artificial tears substitute/lubricants hingga punctal plug pada kondisi berat untuk mengatasi volume air mata yang kurang; pemberian anti-inflamasi dan antibiotik tetes mata maupun orang untuk mengatasi peradangan dan kemungkinan infeksi pada mata; hingga pemberian autologous serum tetes mata untuk memperbaiki permukaan mata yang mengalami kerusakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here