Hidup Bersama Covid-19

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Terus-menerus memberlakukan PSBB, diprediksi akan semakin menyulitkan perekenomian Indonesia. Lantas, apa yang harus kita lakukan?

“Pemulihan Ekonomi akan Dilakukan Indonesia Secara Bertahap”. Demikian judul foto laman presentasi yang sempat beredar luas di grup-grup pesan instan. Dalam laman presentasi tersebut, terdapat lima fase pemulihan ekonomi yang dimulai pada 1 Juni dan Fase 5 pada 20 dan 27 Juli.

Pesan presentasi tersebut adalah industri dan jasa, toko, pasar, dan mal, kebudayaan, pendidikan, kegiatan lain-lain, serta kegiatan ekonomi umum mulai dijalankan dengan ketentuan khusus.

Kesan yang didapat dengan foto tersebut sebenarnya sudah sangat jelas, antara lain: (1) Pandemi Covid-19 sudah menimbulkan krisis kemanusiaan; (2) Pandemi Covid-19 menimbulkan beban luar biasa besar ke keuangan negara; (3) Pembatasan Sosial Berskala Besar terus-menerus, apalagi karantina massal, bisa menjerumuskan negara ke jurang masalah yang jauh lebih dalam; (4) Pandemi Covid-19 akan terus ada sepanjang vaksin belum ditemukan. Sementara vaksin tidak bisa serta merta dibuat. Jikalau sudah ada, distribusi dan vaksinasi kepada seluruh rakyat tetap bukan pekerjaan mudah.

Jika keadaannya demikian, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus “berdamai” dengan Covid-19. Berdamai dalam tanda kutip berarti kita harus menerima “kenormalan baru” dengan hidup bersama pandemi Covid-19 di tengah-tengah kita. Jadi, saat kita memasuki bank, menonton bioskop, mengantre di pusat perbelanjaan, atau saat anak-anak kita belajar di dalam kelas, jalanilah dengan asumsi ada minimal salah satu di antara kita membawa virus SARS-CoV-2 di dalam badan dan siap untuk menulari orang lain.

Jadi, siap-siaplah untuk mengenakan masker secara rutin, cuci tangan secara rutin, tidak berjabat tangan, duduk berjarak, hingga menjalani pengecekan suhu tubuh secara rutin. Semua kegiatan tersebut bisa dikatakan baru berakhir setelah ditemukan penyembuh COVID-19 dan virus SARS-CoV-2 resmi tertangani dunia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia

covid-19

Latar belakang pemerintah menolak karantina luas, memilih PSBB, dan jika benar, memulai pemulihan ekonomi secara bertahap per Juni 2020 sekali lagi sangat dipahami. Ekonomi Indonesia bisa dikatakan terjun bebas akibat pandemi Covid-19. PHK terjadi di mana-mana. Potensi gagal bayar meningkat pesat.

Perusahaan dengan potensi kebangkrutan menjalani kenaikan tren. Tidak sedikit sektor yang sudah mengalami penurunan omzet hingga 90% persen bahkan 100&. Semua masalah tersebut secara makro berdampak ke pengurangan potensi pendapatan pajak secara signifikan per 2021. Potensi pengurangan dapat dilihat dari proyeksi penurunan pertumbuhan PDB Indonesia per 2020. Faisal Basri (2020) membuat prediksi, bahwa PDB Indonesia akan mengalami kontraksi ke level minus 1,5% pada 2020.

covid-19

Kemudian jika ditilik per sektor, yang paling merasakan penurunan pertumbuhan adalah sektor penyediaan akomodasi dan kuliner (makan minum), jasa perusahaan, dan sektor transportasi dan pergudangan.

Untuk pertumbuhan sektor industri, terdapat penurunan pertumbuhan relatif renda dan lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDB. Hal ini dikarenakan pertumbuhan industri manufaktur sudah dalam kecenderungan melambat sejak lama dan hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB (Faisal Basri, 2020).

Jika ada sektor yang tetap mengalami potensi pertumbuhan di 2020, mereka adalah sektor informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa keuangan dan asuransi. Tiga sektor tersebut adalah sektor strategis yang jika sampai kolaps, dampaknya akan buruk terhadap sendi-sendi bernegara. Maka saran penulis jika ingin menjalankan bisnis di 2020 dan 2021, utamakan bergerak di tiga sektor tersebut dan sektor pendukungnya.

Penulis akan mengambil satu contoh dalam hal jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Di tengah keberadaan pandemi, sudah bisa dipastikan temu virtual antara tenaga kesehatan, misal dokter, dan pasien semakin sering terjadi. Kita bisa mendayagunakannya dengan menciptakan aplikasi-aplikasi yang mendukung temu virtual tersebut berbasis klien per klien. Maksud klien per klien adalah membuat aplikasi untuk rumah sakit tertentu, institusi kesehatan tertentu, dan seterusnya.

Selain pengembangan temu virtual, dapat pula dijalankan bisnis produksi alat-alat kesehatan atau ekspor impor alat kesehatan karena rasio sebelum pandemi pun jauh dari seimbang. Jadi, potensi bisnis di sektor ini sangat besar. Apalagi dengan situasi dan kondisi pandemi COVID-19 yang membuat para pemangku kepentingan sangat menyadari urgensi pemenuhan alat kesehatan terkait.

Kemudian untuk kegiatan sosial, dapat dibuat unit-unit bisnis yang fokus pada produksi dan distribusi bantuan sosial di berbagai pelosok di Indonesia. Seperti sudah diketahui, ada beberapa masalah terkait bantuan sosial di Indonesia, misal kepantasan barang-barang yang disumbangkan hingga ketepatan subyek-subyek yang diberikan sumbangan. Cobalah memberikan solusi terdapat masalah-masalah tersebut.

Untuk dua sektor lainnya, silahkan pikirkan potensi yang dapat digarap. Ingat, apa yang tidak membunuhmu akan membuatmu lebih kuat.

Andika Priyandana

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here