www.marketing.co.id – Dalam berbisnis, persaingan sudah bukan hal yang tabu lagi. Lalu, apa yang dilakukan Standard Chartered Bank dalam membentengi perusahaan mereka?
Kebutuhan akan intelijen dan analisis kompetitor menjadi sangat penting ketika pasar berhenti berkembang dan bisnis akan saling memakan. Mengambil pangsa pasar pesaing, tentu perusahaan membutuhkan strategi tersendiri.
Strategi dan taktik yang dijalankan perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif dan mencapai keuntungan harus didukung dan dituntun oleh informasi yang sesuai. Bagaimana harus mengetahui kemampuan pesaing dan fokus mereka, serta mengidentifikasi rencana yang akan dilaksanakan untuk menyerang kompetitor.
Ini dia kehebatan Standard Chartered. Perusahaan yang menangani bidang perbankan ini ternyata memiliki tim khusus untuk menjalankan aktivitas riset pasar yang biasa dikenal dengan nama market intelligence.
Ya, market intelligence merupakan kegiatan yang sangat penting untuk sebuah perusahaan, bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pasar dan tingkat persaingan pasar, terutama dengan kompetitor.
“Di Standard Chartered Bank, kegiatan market intelligence sudah seperti makanan sehari-hari kami. Kami melakukannya di setiap departemen yang berbeda-beda. Selain itu, sejak awal berdiri, perusahaan kami memang sudah memiliki departemen khusus yang menangani market intelligence,” kata Lanny Hendra, Country Marketing Head Consumer Banking Standard Chartered Bank Indonesia.
Dalam lingkungan yang sarat persaingan, ketahanan bergantung pada kesehatan bisnis. Bisnis yang sehat memiliki keunggulan kompetitif. Pemahaman akan arti keunggulan kompetitif dan hal yang dibutuhkan untuk mencapainya hanya dapat diperoleh dengan kegiatan marketing yang berkualitas.
Sama halnya dengan yang dilakukan Standard Chartered Bank. Perusahaan yang berlokasi di bilangan jalan Sudirman ini apik dalam melakukan berbagai cara untuk meningkatkan perusahaan mereka, setelah sebelumnya melakukan serangkaian riset pasar.
Lanny menambahkan, ramuan penting dari keunggulan kompetitif adalah pengetahuan akan peluang dan ancaman yang dimiliki pesaing. Serta tidak kalah penting adalah pengetahuan akan kekuatan dan kelemahan relatif yang dimiliki pesaing terhadap bisnis kita.
Dalam dunia perbankan, kepuasan pelanggan adalah yang utama. Bagaimana sebuah bank mampu memberikan keleluasaan kepada nasabahnya dalam melakukan transaksi. Boleh dibilang, ini adalah salah satu hasil riset yang telah dilakukan Standard Chartered Bank. Misalnya saja, pemantauan melalui media massa, baik cetak, elektronik, maupun online.
“Orang-orang produk harus jeli dalam melihat perkembangan pasar. Untuk melihat secara overall misalnya, selain melakukan pantauan di banyak media, departemen credit card (personal loan), khususnya product manager personal loan, akan selalu melakukan pemantauan pasar, agar ke depannya bisa memberikan harga yang terbaik, karena sifat personal loan price itu sangat sensitif,” lanjut Lanny.
Dalam konteks SDM, Standard Chartered Bank menempatkan satu orang karyawan yang didedikasikan untuk memperoleh data-data dari BankIndonesiadan Bapepam. Selanjutnya, data-data tersebut dipresentasikan kepada pihak manajemen perusahaan, tentunya mengenai situasi pasar dan kondisi para kompetitor.
Ternyata, selain memiliki departemen tersendiri, Standard Chartered Bank juga menggandeng agensi khusus untuk mengamati perkembangan pasar. Menurut Lanny, setiap quarter tahunan, pihak agensi bertatap muka dengan pihak Standard Chartered Bank untuk membicarakan kondisi pasar kompetitor.
Singkatnya, kegiatan market intelligence di Standard Chartered Bank dilakukan per departemen, yaitu melalui departemen khusus di perusahaan serta menyewa agensi riset. Hasilnya cukup memuaskan. Dengan adanya riset tersebut, Standard Chartered Bank pun berani merilis berbagai inovasi produk.
Seperti apa saja inovasi yang telah dirilis oleh Standard Chartered Bank? Sebut saja “e-saver”. Program e-saver adalah yang pertama diIndonesia, merupakan tabungan dengan bunga 9% per tahun. Dalam program ini, nasabah juga diberikan keleluasaan bertransaksi melalui internet.
E-saver dilahirkan karena mengingat selama ini banyak orang menganggap bahwa tabungan hanya sebagai alat transaksi saja, seperti transfer gaji, pembayaran listrik, pembayaran kartu kredit, dan lain-lain. Kebanyakan dari mereka malas untuk melakukan investasi dalam bentuk tabungan, lantaran bunga yang dihasilkan terlalu kecil.
“Nah, e-saver sebenarnya tidak menggantikan nilai tabungan konvensional. Kami hanya memberikan pilihan, apabila memiliki uang lebih nasabah bisa menempatkan dana mereka di e-saver. Hingga sekarang ini animonya cukup besar, karena bunga yang kami tawarkan cukup tinggi. Selain itu, proses transaksi pun bisa dilakukan via internet,” jelas Lanny.
Satu lagi inovasi produk yang diluncurkan Standard Chartered Bank adalah capital protector fund, yakni obligasi terproteksi. Dalam produk ini, apabila nasabah belum mendapatkan imbal hasil selama tiga tahun, dana nasabah akan tetap aman dan bahkan sang nasabah akan mendapatkan kembali dana pokok milik mereka. Itulah garansi yang dijanjikan oleh Standard Chartered Bank terhadap nasabah yang menggunakan produk capital protector fund.
Dalam melakukan suatu pekerjaan, tentu tidak selalu berjalan jalan mulus. Standard Chartered Bank pun memiliki beberapa kendala dalam menjalankan aktivitas market intelligence-nya. Misalnya saja, kesulitan dalam mendapatkan data-data yang konfidensial dari bank lain.
“Kami selalu menganggap bahwa kompetisi itu amat penting. Maka dari itu, kegiatan market intelligence sangat pokok bagi kami. Kadang memang ada saja kendala yang kami temukan. Namun yang terpenting, selama melakukan kegiatan ini kami tidak pernah melanggar etika berbisnis, seperti membajak orang dari perusahaan kompetitor atau menempatkan orang di perusahaan kompetitor,” tegas Lanny. (Merliyani Pertiwi & Andri Darmawan)