Marketing.co.id— Berita Digital & Techno | Belum meredanya pandemi Covid-19 membuat proses belajar dan mengajar harus dilakukan secara daring, termasuk di perguruan tinggi. Hal ini menimbulkan permintaan akan layanan edutech meningkat tajam di masa pendemi. PT Technomedia Interkom Cemerlang secara resmi dipercaya Asosisasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) mengembangkan platform pembelajaran daring untuk seluruh kampus swasta se-Indonesia.
Salah satu anak usaha dari PT. IndoSterling Technomedia ini nantinya menyiapkan Edufecta sebagai portal e-Learning untuk digunakan kepada 4 ribu lebih perguruan tinggi swasta yang menjadi anggota APTISI.
Direktur PT Technomedia Interkom Cemerlang, Aguswahyudi Steven mengapresiasi adanya kerjasama yang telah dilakukan dengan APTISI ini. Kerjasama ini diharapkan menjadi kontribusi nyata dalam mengembangkan pendidikan tinggi di Indonesia.
Baca juga: Kolaborasi untuk Menjawab Tantangan Perguruan Tinggi di Masa New Normal
“Disepakatinya Nota Kesepahaman antara PT Technomedia Interkom Cemerlang dengan Asosisasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) menunjukkan kepercayaan asosiasi terhadap sistem pembelajaran daring Edufecta yang dikembangkan oleh anak bangsa,” ujarnya, Rabu (13/1).
Seperti diketahui sejak Covid-19 merebak, seluruh kampus di Indonesia mengubah proses pembelajaran dari tatap muka di kampus menjadi daring. Meski demikian, belum adanya platform sistem pembelajaran daring yang mudah dan efisien mempersulit kampus menjalankan sistem kuliah ini.
Edufecta ini merupakan portal e-Learning bagi kalangan profesional, sebagai pelengkap untuk proses pembelajaran dan pelatihan korporasi yang lebih efektif dan efisien. Portal ini menggunakan kombinasi media audio visual dalam modul pembelajaran guna meningkatkan kemudahan penggunaan dan efektivitas pembelajaran.
Baca juga:e-Learning Edukasi Satu Hati untuk SMK se-Indonesia
Steven menjelaskan, platform edufecta nantinya akan menawarkan dua metode sistem pembelajaran online, yakni metode pembelajaran synchronous (live interactive) serta metode pembelajaran asynchronous (recorded).
Untuk metode pembelajaran ini, kata Steven, akan disesuaikan kembali dengan kondisi infrasturuktur jaringan internet di setiap wilayah anggota APTISI yang nantinya dibagi menjadi tiga wilayah.
“Untuk Jawa dan kota besar lainnya kita akan menggunakan metode pembelajaran synchronous. Lalu untuk di luar Pulau Jawa menggunakan kombinasi metode pembelajaran synchronous dan asynchronous. Kemudian untuk Indonesia bagian timur menggunakan metode pembelajaran asynchronous,” jelas Steven.
Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis