Dee Lestari: Tampil Beda dan Total

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

dee lestari angin segar ekonomi kreatifDewi Lestari Simangunsong atau sering dikenal Dee Lestari tampaknya memiliki jiwa kreatif diatas rata-rata perempuan Indonesia. Dia seorang penulis novel, saintis – novel supernova berisi telaah ilmiah dari fenomena alam – sekaligus penyanyi dan pencipta lagu.

Dee yang lahir di Bandung 1976 dan berdarah Batak ini pertama kali dikenal masyarakat ketika menjadi anggota trio vokal Rida Sita Dewi.

Namanya terus berkibar sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001. Setiap karyanya selalu menuai kekaguman. “Intinya kita harus tampil beda dan total,” tegas Dee.

Terkadang dirinya hanya sekadar coba-coba yang pada akhirnya karya yang dibuat pun tak punya ciri, dan tidak punya daya jual yang bagus.

Padahal untuk bisa sukses, lanjutnya, kita harus menemukan apa yang kita cintai dan tekuni. Karena, begitu ada ketekunan dan passion, kita akan mampu melakukan apa saja untuk menjadi yang terbaik.

“Saya melakukan yang terbaik dari apa yang saya tahu. Pokoknya just do what I love dan mencoba melakukan yang terbaik,” ujarnya.

“Misalnya, ketika pengrajin patung menekuni profesinya, dia akan menjadi pengrajin patung yang best of the best dan itu yang membuat kreativitas atau industri kreatif kian berkembang,” kata ibu dua anak ini.

Ketika menyinggung tentang perkembangan industri kreatif di Indonesia, anak keempat dari lima bersaudara ini mengatakan bahwa saat ini kondisinya bagus.

“Kebetulan saya berada dalam tim yang ikut merumuskan Badan Ekonomi Kreatif (BEK) Indonesia. Sebagai praktisi, kita tahu betul kondisi real-nya,” jelasnya.

“Awalnya kita dari berbagai macam industri berkumpul untuk berdiskusi terkait masalah dan aspirasi. Ya sudah, akhirnya kita jadikan itu (BEK) sebagai satu wadah, termasuk mencalonkan Mas Triawan Munaf sebagai ketua BEK,” tutur Dee.

BEK sendiri merupakan lembaga setingkat kementerian. Ketua BEK bertanggung jawab langsung kepada presiden.

BEK bertugas membantu presiden merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan melakukan sinkronisasi berbagai kebijakan di bidang ekonomi kreatif.

Selain itu, BEK juga berfungsi memberi bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan dan program di bidang ekonomi kreatif.

dee lestari ( dewi lestari)Dee mengaku sangat optimis dengan keberadaan BEK ini, karena akan membuat ekonomi kreatif di Indonesia semakin pesat.

BEK bakal memiliki peranan yang sangat sentral, karena memang berangkat dari kebutuhan kalangan pelaku dan praktisi ekonomi kreatif.

Sekadar informasi saja, kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian Indonesia tidak kalah dengan sektor ekonomi lainnya. Ekonomi kreatif menempati posisi ketujuh dari 10 sektor ekonomi nasional dengan PDB (Product Domestic Bruto) 2013 sebesar 6,9% atau senilai Rp573,89 triliun dari total kontribusi ekonomi nasional.

Dari jumlah tenaga kerja, ekonomi kreatif menempati posisi keempat dari 10 sektor ekonomi pada tahun 2012, yaitu menyerap sekitar 11,8 juta orang atau 10,65% dari total angkatan kerja nasional.

Pada tahun 2013, jumlah industri kreatif tercatat sebanyak 5,72 juta usaha serta memberikan kontribusi terhadap devisa negara sebesar Rp 19 triliun atau 5,72% dari total ekspor nasional.

Hingga pertengahan 2014, ekspor karya kreatif Indonesia sudah mencapai Rp 63 triliun atau tumbuh sebesar 7,27% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Dee melanjutkan bahwa perkembangan industri kreatif di Indonesia masih baru sekali. Sekarang ini masih dalam masa transisi, dari pemerintahan sebelumnya ke pemerintahan sekarang.

“Mas Triawan baru menjabat kurang dari sebulan, dan mulai berkantor atau memiliki SDM, jadi masih terlalu dini untuk menilai, tapi yang jelas bagi kita ini adalah angin segar. Mudah-mudahan ke depannya akan lebih baik lagi,” harap Dee.

Meski memiliki potensi yang sangat besar, Dee mengingatkan, industri kreatif memiliki banyak sekali tantangan. Misalnya regulasi, fasilitas, hingga kepastian aturan main. Bukan itu saja sekarang ini setiap profesi belum memiliki asosiasi, termasuk penulis. Jadi, masih banyak yang harus dikerjakan.

Editor: Lutfi Jayadi

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here