Cyber Crime Tinggi, Indonesia Harus Tingkatkan Cyber Security

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing – Digital Security menjadi persoalan penting yang dihadapi Indonesia saat ini. Sepanjang 2018, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat ada 225,9 juta serangan siber yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 40% di antaranya masuk ke dalam kategori serangan Malware. 

Cyber Security

Menurut Communication & Information System Security Research Center (CISSRec), serangan ini telah merugikan ekonomi Indonesia hingga 400 Triliun Rupiah. Sebagai negara yang saat ini sedang berkembang pesat dalam ekonomi digital, persoalan ini perlu diselesaikan agar perkembangan ekonomi digital Indonesia dapat tumbuh secara optimal.

Menurut Sry Aprina, Team Leader PT. Virtus Technology Indonesia (VTI) untuk solusi di Network Security, perkembangan teknologi digital saat ini membuat lanskap IT secara keseluruhan menjadi semakin kompleks. “Kompleksitas ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk para pelaku bisnis di bidang IT di Indonesia.

Untuk itu, Micro Focus Software, sebagai salah satu perusahaan global di bidang Keamanani Sistem Informasi, menyelenggarakan acara Customer Gathering bertajuk “Cyber Security Threat Monitoring (CSTM) Berbasis ArcSight SIEM” pada 12 September lalu sebagai bentuk dukungannya dalam meningkatkan digital security di Indonesia.

Bertempat di The Financial Club Jakarta, acara ini dihadiri sekitar 40 orang undangan yang dipilih dari berbagai perusahaan dengan bidang usaha yang berbeda-beda, mulai dari badan usaha milik negara, perbankan, jasa keuangan, asuransi, kontraktor sipil dan bangunan, pengembang properti, juga universitas.

Event tahunan yang diselenggarakan oleh Micro Focus tahun ini menggandeng PT Korelasi Persada Indonesia (KPI) sebagai salah satu partner untuk bersama-sama menyediakan layanan keamanan siber di Indonesia.

Dengan mengangkat tajuk Cyber Security Threat Monitoring (CSTM), Ong Tee Kok, Partner Business Strategist – South East Asia – Micro Focus, berharap event ini dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan keamanan siber bagi masyarakat demi tercapainya kemandirian keamanan siber di Indonesia.

“Salah satu tantangan dalam pembangunan solusi CSTM adalah nilai investasi yang cukup besar pada pengadaan teknologi, pembangunan proses operasional yang optimal, serta pengadaan sumber daya manusia untuk mengoperasikannya,” ungkap Tee Kok.

 Ia mengatakan seringkali kendala keterbatasan kemampuan sumber daya manusia di internal perusahaan menyebabkan CSTM tidak dapat dioperasikan secara maksimal. Namun hal ini bisa diatasi dengan platform CSTM yang disediakan oleh KPI.

 “Tidak hanya mudah diaplikasikan, sistem layanan berlangganan (subscription based) kami juga dapat memungkinkan pengguna mengeluarkan modal lebih murah dan langsung menyediakan hasil laporan terjadwal dan situasional atas infrastruktur bisnis yang dijalankan pengguna,” ungkap Paulus Tamba, Chief Technology Officer (CTO) KPI.

Lebih lanjut Paulus menjelaskan, tim teknis KPI juga akan senantiasa menyediakan jasa konsultasi kepada pengguna mengenai rekomendasi kondisi keamanan siber yang dilaporkan. Sebagai perusahaan yang dibangun dengan 100% tenaga kerja asli Indonesia, event tahunan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan kemandirian keamanan siber sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia menjadi lebih progresif lagi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here