Branding Olympic Lewat Golf

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id-Apa hasilnya bila Au Bintoro mengalami stress dan depresi? Olympic Golf Club (OGC) jadinya. Memang, OGC terbentuk sebagai bentuk hiburan dari seorang Au Bintoro, Presiden Direktur dan Pendiri PT Cahaya Sakti Multi Intraco, yang dikenal dengan produk furnitur merek Olympic, produsen terbesar furniture di Indonesia, yang saat itu tengah dilanda stress hebat pada 1997. Namun, tanpa disadarinya OGC telah membantu secara tidak langsung dalam upaya brand development Olympic furniture itu sendiri. Saat itu, krisis moneter hampir meluluh lantakkan Olympic Furniture yang dibangunnya dengan susah payah.  Au baru saja mendapat suntikan dana segar dari investor asing  senilai US$20 juta yang dijaminkan dengan commercial paper. Saat itu, Au berangan-angan akan mengembangkan Olympic Furniture sebagai raksasa industri furniture yang terbesar, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia.
Tetapi siapa nyana, begitu uangnya cair, dalam hitungan hari saja, nilai rupiah terpuruk hebat dari Rp2.250 menjadi Rp16.000. Au pun pusing tujuh keliling. Dalam kalkulasi perusahaan, harga jual perusahaan tidak akan sampai angka hutang tersebut. Au mengalami masa-masa paling suram dan hampir semua rencana besar terbengkalai begitu saja. Gara-gara krisis pula Au terpaksa menjual separuh lahan beserta gedung di daerah Sentul, Jawa Barat yang awalnya direncanakan sebagai pusat produksi terpadu, mulai dari pengolahan kayu hingga finishing.

Au pun butuh menenangkan diri. Hampir setiap hari dia berada di lapangan golf. Dengan bermain golf sejenak, Au bisa melupakan tragedi perusahaannya. Di sana, dia bertemu dengan sejumlah pengusaha dan eksekutif yang gandrung permainan golf juga. Dari sekedar bertemu dan berbincang-bincang, Au pun mencetuskan ide mendirikan club bagi pecinta golf dengan nama Olympic Golf Club. “Penggagasnya memang saya dan teman-teman dari Olympic, tetapi club ini terbuka untuk siapa saja,” katanya.

Club ini dikhususkan bagi para eksekutif penghobi golf  dan sudah 4 menggelar Olympic open yang dihadiri pegofl internasional. Semua anggota di OGC World merupakan kalangan pebisnis utama, politikus, dan pesohor. Tercatat para eksekutif yang tergabung dalam club ini adalah Peter Gontha, Budi Halim, Frans Manansang, Rudi Hartono, Xaverius Nursalim, Judy Uway, Roesmanhadi, Koes Hendratmo dan sebagainya. Ciri khas club ini bersifat membaur, heterogen dan kekeluargaan. Dalam waktu singkat, club ini menjadi klub papas atas yang disegani. Untuk anggota pria disebut olympian, sedangkan anggota wanita Olympiana. Jumlah anggota tak lebih dari 200 orang dengan pengurus dipilih di antara mereka.

Untuk memudahkan informasi diantara mereka,diluncurkan majalah golf bernama Olympic Golf World. Menurut Budi Halim, ketua pengurus OGC yang terkenal sebagai pengusaha perkapalan ini, majalah klub hobi golf ini tidak hanya menampilkan aktivitas penggemar golf, melainkan menyajikan semua artikel yang berhubungan dengan kegiatan golf lokal dan internasional, sampai tips dari para pegolf professional, informasi tentang olahraga golf, rekomendasi, daftar ranking pegolf dunia, penjualan perlengkapan golf, dan pemberitaan menarik seputar golf. Majalah ini dibagikan secara gratis kepada para anggota. Menariknya Pete Styles: PGA Professional dari Inggris yang memiliki sekolah golf di  Manchester menjadi contributor  yang akan menulis tips golf efektif untuk meningkatkan kemampuan permainan dan skill dalam olahraga golf.

Keberhasilan OGC memang tak terlepas dari tangan dingin Au, sebagaimana dia membangkitkan kembali Olympic dari keterpurukan. Pasca krisis, dia mengelola usahanya dengan keyakinan tinggi Olympic Furniture akan meroket kembali. Dia memasang strategi baru, bila sebelumnya ia hanya mengandalkan toko-toko furniture untuk menjual produknya, kini ia bekerja sama dengan peritel besar seperti dan menggandeng sejumlah finance agar konsumen lebih mudah mendapatkan dana untuk membeli produknya. Strategi ini berhasil mengembalikan penjualan Olympic ke tingkat semula.

Keyakinan Au pun terbukti, tahun lalu, perusahaannya sanggup menjual sekitar tiga juta unit furnitur dan menguasai pasar furnitur dalam negeri sebesar 40%. Sekitar 80% produk Olympic dilempar ke pasar lokal dengan segmen untuk kalangan menengah dan bawah. Sedangkan produksi sebesar 20%, Olympic menjual ke pasar ekspor, terutama ke kawasan Timur tengah dan Eropa. Tahun ini, Olympic mengincar target penjualan sebesar 3,9 juta unit furnitur. Baik penjualan di pasar lokal maupun ekspor.

Untuk menunjang operasional bisnisnya Olympic akan membangun sentra bisnis furniture seluas 300 hektar di Sukabumi. Nantinya sentra bisnis berbentuk kluster yang dibangun pada 2013 ini, akan menggiring industri furnitur lokal dan menggaet investor luar seperti Cina. Sentra bisnis furniture ini akan menyerupai basis industri di Jepara. Dengan adanya sentra bisnis maka biaya bisa ditekan lebih murah. Nantinya, kawasan ini bakal menjadi areal relokasi pabrik Olympic di Bogor yang mempunyai luas 14 ha. Au sengaja memilih Sukabumi karena harga tanah dan upah minimum kabupaten/kotamadya Sukabumi lebih rendah ketimbang Bogor. Olympic sudah membebaskan lahan seluas 300 hektare (ha) senilai Rp 300.000 per m2.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here