88Spares.com Rambah Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Gempuran digitalisasi di segala lini bidang industri tak bisa dipungkiri. Pun demikian halnya dengan Industri tekstil dan produk tekstil. “Digitalisasi itu datang untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi. Industri tekstil nasional yang mengambil pangsa pasar internasional 2% ini tak bisa menolak kehadiran digitalisasi yang sudah menjadi fenomena global,” ungkap  CEO and Co-Founder 88Spares.com, Hartmut Molzhan kala menjadi salah satu pembicara di ajang The International Textile Manufacturers Federation (ITMF) di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/9).

88spares.com
Hartmut Molzhan, ketika menjadi pembicara di ajang ITMF.

Menurutnya, ada beberapa dampak dari digitalisasi yang terjadi pada sebuah industri yakni munculnya produk yang beragam, inovasi baru, dan terakhir model bisnis yang berubah. 88Spares.com merupakan platform B2B marketplace yang menyambungkan pabrik, vendor, dan industri kecil menengah (IKM) agar bisa berbisnis secara efisien cepat dan murah.

Diakui Molzhan, saat ini perdagangan suku cadang mesin industri tekstil dan produk tekstil masih didominasi oleh pedagang offline, yang banyak melibatkan pihak ketiga dalam proses transaksi sehingga harga akan lebih mahal.

“Kita ada dua fokus ketika sudah commerce. Pertama melayani kebutuhan pabrik kain untuk suku cadang. Kedua membuka akses bagi pabrik atau IKM untuk berinteraksi agar bisa mendapatkan barang murah yang ujungnya produk tekstil Indonesia itu kompetitif untuk ekspor,” katanya.

Saat ini, industri TPT yang beroperasi di Indonesia telah terintegrasi dengan klasifikasi dalam tiga area. Pertama, sektor hulu yang didominasi menghasilkan produk fiber. Kedua, sektor antara, perusahaan-perusahaan yang proses produksinya meliputi spinning, knitting, weaving, dyeing, printing dan finishing. Ketiga, sektor hilir berupa pabrik garmen dan produk tekstil lainnya.

Berdasarkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-9 di dunia untuk Manufacturing Value Added. Posisi ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya

Arus digitalisasi di industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) tak bisa ditolak layaknya yang terjadi di sektor lainnya.

“Digitalisasi itu datang untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi. Industri tekstil nasional yang mengambil pangsa pasar internasional 2% ini tak bisa menolak kehadiran digitalisasi yang sudah menjadi fenomena global,” ungkap  CEO and Co-Founder 88Spares.com, Hartmut Molzhan kala menjadi salah satu pembicara di ajang The International Textile Manufacturers Federation (ITMF) di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/9).

Menurutnya, ada beberapa dampak dari digitalisasi yang terjadi pada sebuah industri yakni munculnya produk yang beragam, inovasi baru, dan terakhir model bisnis yang berubah. “Kita sudah lihat di industri penerbitan dengan Amazon dalam menjual buku yang mengubah semuanya. Ke depan saya prediksi ini bisa terjadi di industri tekstil dimana mass customization itu tak bisa dielakkan,” katanya.

Ditambahkannya, 88spares.com dengan platform B2B marketplace ingin mendorong digitalisasi itu lebih cepat masuk ke industri tekstil nasional agar pelaku usaha Indonesia menjadi kompetitif di masa depan.

“Kita ingin menyambungkan pabrik, vendor, dan industri kecil menengah (IKM) agar bisa berbisnis secara efisien, cepat dan murah. Saat ini sudah saatnya pedagang dan pembeli melakukan perdagangan dengan cara eCommerce yang tentunya bisa lebih efektif dan efisien dari sisi biaya dan waktu,” katanya.

Ditambahkan, tekstil dan produk tekstil memang merupakan komoditas yang tidak akan pernah berhenti sehingga perdagangannya dibutuhkan dan pada akhirnya muncul pedagang baru serta menjadikan persaingan kian ketat.

Diakuinya, saat ini perdagangan suku cadang mesin industri tekstil dan produk tekstil masih didominasi oleh pedagang offline, yang banyak melibatkan pihak ketiga dalam proses transaksi sehingga harga akan lebih mahal.

“Kita ada dua fokus ketika sudah commerce. Pertama melayani kebutuhan pabrik kain untuk suku cadang. Kedua membuka akses bagi pabrik atau IKM untuk berinteraksi agar bisa mendapatkan barang murah yang ujungnya produk tekstil Indonesia itu kompetitif untuk ekspor,” katanya.

Kementrian Perindustrian memperkirakan ekspor industri TPT akan tumbuh rata-rata 11% per tahun. Untuk tahun 2018, dipatok sebesar US$ 13,5 miliar dan tahun 2017 sebesar US$ 12,09 miliar. Di sisi tenaga kerja, pada 2018, diharapkan sektor ini menyerap sekitar 2,95 juta orang dan hingga akhir tahun ini sebanyak 2,73 juta orang.

Saat ini, industri TPT yang beroperasi di Indonesia telah terintegrasi dengan klasifikasi dalam tiga area. Pertama, sektor hulu yang didominasi menghasilkan produk fiber. Kedua, sektor antara, perusahaan-perusahaan yang proses produksinya meliputi spinning, knitting, weaving, dyeing, printing dan finishing. Ketiga, sektor hilir berupa pabrik garmen dan produk tekstil lainnya.

Berdasarkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-9 di dunia untuk Manufacturing Value Added. Posisi ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.

 

Angelina Merlyana Ladjar

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here