Tantangan Menuju Era Internet of Things

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

the internet of thingsMeningkatnya jumlah perangkat yang terkoneksi dan terintegrasi dengan Internet di masa kini telah mengubah perilaku pengguna dan cara mereka mengakses dan mengintegrasikan teknologi ke dalam seluruh aspek kehidupan, baik untuk kepentingan personal maupun bisnis.

Tingginya potensi pengadopsian Internet of Things (IoT) serta meningkatnya pemanfaatan Internet Connected Devices, Personal Clouds, Wearable Technology, Big Data, Software Defined Computing telah memunculkan tantangan keamanan. (Baca: Era Internet Of Things, Sudah Siapkah Anda?)

Dhanya Takkar, Managing Director SEA& India, Trend Micro, mengatakan memasuki era IoT, isu-isu terkait ancaman keamanan dan privasi informasi semakin mengemuka. Pengadopsian teknologi berbasis cloud yang terus meningkat semakin memperlebar peluang bagi para penjahat cyber atau cybercriminal untuk beraksi.

Laporan Trend Micro tentang “Turning the Tables on Cybercrime: Responding to Evolving Cybercrime Tactics,” menyebutkan bahwa ancaman cyber, kejadian pembobolan data, serta celah-celah kerentanan digital beresiko tinggi mendominasi temuan selama tengah tahun pertama 2014. (Baca: 6 Dampak Internet Of Things Pada Hidup Kita)

Kejadian-kejadian terkait keamanan di bidang finansial dan perbankan, serta peritel juga meningkat. Tercatat hingga Juli 2014, lebih dari 10 juta serangan telah dilancarkan dan menyasar ruang-ruang personal pengguna.

Hal ini dapat menjadi landasan penting bagi perusahaan untuk segera mengadopsi pendekatan-pendekatan keamanan yang lebih strategis guna melindungi informasi digital perusahaan dari beragam ancaman.

Dilaporkan pula bahwa hingga pertengahan Juli 2014, telah terjadi lebih dari 400 insiden pembobolan data. Hal ini menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan identifikasi dan memahami core data perusahaan.

Di Indonesia sendiri, selama kuartal kedua tercatat adanya peningkatan jumlah malware yang menyasar perbankan online (224%) dibandingkan dengan kejadian di kuartal pertama. Hal ini menunjukkan semakin tingginya angka cybercriminal yang menyasar lingkup perbankan online di Indonesia.

Selain itu, dilaporkan pula bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara di kawasan Asia Tenggara dengan angka aktivitas botnet tertinggi (59%) dari total koneksi botnet yang terdeteksi di kawasan tersebut.

Insiden-insiden terkait keamanan di kuartal kedua seperti pembobolan informasi personal — termasuk pencurian data seperti nama, password, alamat email, alamat rumah, nomor telepon, serta tanggal lahir — secara tidak langsung berdampak pada penjualan dan pendapatan perusahaan. Pasalnya, pelanggan tidak bisa lagi mengakses akun online mereka dan layanan terhadap pelangganpun menjadi terganggu.

“Perusahaan wajib memiliki strategi keamanan yang dirancang dari hasil kajian keamanan yang menyeluruh dan mendalam serta memahami betapa pentingnya penerapan perlindungan dan keamanan bisnis yang kian meningkat untuk meraih keuntungan bisnis jangka panjang,” kata Dhanya.

Menurutnya, insiden-insiden keamanan hasil observasi Trend Micro ini hendaknya dapat dijadikan landasan bagi perusahaan untuk segera menerapkan pendekatan keamanan dan kemudian mengimplementasikan strategi perencanaan keamanan yang tangguh untuk merespon segala bentuk insiden yang kini marak terjadi, seperti ancaman terhadap keamanan informasi perusahaan, dengan mengolaborasikan segala upaya perlindungan dan keamanan secara menyeluruh, baik internal maupun eksternal.

Editor: Wahid FZ

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here