
Tahun 2026 diprediksi menjadi era transformasi teknologi besar-besaran. AI agentik, Web 4.0, digital twin, dan Post-Quantum Cryptography akan mengubah dunia bisnis, cybersecurity, dan rantai pasok. Pelajari strategi yang wajib diterapkan perusahaan agar tetap kompetitif.
Marketing.co.id – Berita Digital | Tahun 2026 disebut sebagai momen “tech tsunami”, ketika AI agentik, Web 4.0, dan ancaman komputasi kuantum bertemu dan mengguncang industri global. Menurut Jayant Jay Dave, Chief Information Security Officer (CISO) Check Point Software, perusahaan yang gagal beradaptasi dapat mengalami ketertinggalan kompetitif yang serius.
AI Agentik: Teknologi Otonom yang Mengubah Cara Bisnis Berjalan
Pada 2026, AI berkembang dari sekadar chatbot menjadi agen otonom yang mampu merencanakan dan mengeksekusi tugas kompleks secara mandiri.
Contohnya otomatisasi kampanye pemasaran, prediksi gangguan rantai pasok, dan pembuatan prototipe produk berbasis data real-time.
Baca Juga: Agentic AI Jadi Game Changer dalam Transformasi Bisnis
“Autonomi tanpa akuntabilitas adalah risiko besar. Audit trail dan kebijakan AI wajib diterapkan,” ujar Jay Dave.
Web 4.0 dan Digital Twin: Masa Depan Interaksi Virtual
Web 4.0 menghadirkan integrasi menyeluruh antara digital twin, AI, dan komputasi spasial. Teknologi ini memungkinkan simulasi real-time untuk kota, kampus, hingga infrastruktur kritis. Didukung XR (AR/VR), pekerja dapat memeriksa mesin atau fasilitas secara virtual sebelum melakukan perbaikan fisik, sehingga efektivitas dan keselamatan meningkat. Namun, tantangan utama yang harus dihadapi adalah interoperabilitas serta standar data antar platform yang belum seragam.
Ancaman Komputasi Kuantum: Munculnya Post-Quantum Cryptography
Teknik serangan Harvest Now, Decrypt Later membuat data sensitif hari ini rentan terhadap kemampuan komputer kuantum di masa depan. Oleh sebab itu, perusahaan harus mulai mengadopsi Post-Quantum Cryptography (PQC). Diperkirakan, lebih dari 5% anggaran TI perusahaan besar akan dialokasikan untuk keamanan kuantum pada 2026.
Resiliensi Infrastruktur dan Rantai Pasok Berbasis AI
Sektor infrastruktur kritis seperti energi, transportasi, dan telekomunikasi berada di garis depan ancaman siber yang berdampak fisik. Digital twin perkotaan memungkinkan skenario krisis diuji secara virtual guna mencegah kerusakan nyata. Sementara itu, AI-powered supply chain risk management mampu memprediksi gangguan secara real-time serta memastikan kepatuhan regulasi berlangsung otomatis.
Strategi Utama Agar Perusahaan Siap Hadapi 2026
Agar tidak kalah saing, Dave merekomendasikan perusahaan untuk membentuk AI Governance Council, mengembangkan pilot project digital twin, melakukan audit dan inventarisasi kriptografi menuju PQC, berinvestasi pada AI-powered SOC dengan kemampuan prediktif, mengotomatisasi manajemen risiko rantai pasok, dan melatih talenta untuk mengembangkan keterampilan human–machine teaming.
Baca Juga: Munculnya Agentic AI Super Canggih
Dengan mengombinasikan resiliensi, otomatisasi, dan akuntabilitas, perusahaan dapat memanfaatkan peluang besar dari AI agentik, Web 4.0, digital twin, dan Post-Quantum Cryptography. Perusahaan yang bergerak cepat akan memiliki keunggulan kompetitif di era transformasi teknologi 2026.


