Menghindari Model Bisnis yang Lemah

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Model Bisnis Para Pelaku Bisnis Digital di Indonesia Masih Banyak yang Lemah.

Dalam beberapa tahun terakhir, semangat berwirausaha di Indonesia meningkat pesat. Namun, apakah semangat berwirausaha ini diimbangi dengan pemahaman terhadap bisnis itu sendiri?

Lebih spesifik lagi, seberapa baikkah pemahaman para entrepreneur baru ini terhadap model bisnis? Banyak dari mereka yang menjawab memahami dengan baik bahwa model bisnis itu sangat penting, tetapi menurut para pelaku bisnis senior di dunia digital, jawabannya adalah… belum baik.

Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita mengetahui terlebih dahulu definisi model bisnis.

Definisi Model Bisnis

Menurut Wikipedia, model bisnis (business model) adalah pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai ekonomi, sosial, ataupun bentuk-bentuk nilai lainnya.

Karenanya, model bisnis adalah inti suatu bisnis, termasuk maksud dan tujuan yang ingin dicapai, serta segala kelengkapannya seperti produk yang ditawarkan, strategi, kebijakan-kebijakan, struktur organisasi, dan masih banyak lagi.

Jadi, merencanakan model bisnis yang baik ibarat membangun pondasi rumah yang kuat.

Kenapa saya mengangkat tema model bisnis dalam artikel ini? Karena model bisnis menjadi salah satu topik pembicaraan seru saat saya makan malam bersama dengan Denny Santoso (CEO Sixreps.com, pakar diet), Sanny Gaddafi (Director of Jakarta Founder Institute, inisiator #StartupLokal), George Hendra Santoso (Vice President PT. Jaya Sportindo) dan Wilson Hidajat (Co-founder Verbumfirst.com) di salah satu pusat keramaian terkemuka di Jakarta Selatan.

Sebagai pelaku bisnis senior, Denny Santoso memahami pentingnya pemahaman model bisnis. Sebagai contoh adalah pemodelan dirinya sebagai pakar diet, khususnya di dunia internet. Karenanya, jika Anda ingin mencari solusi dan tips diet sehat, Anda dapat mem-follow Denny Santoso di @dennysantoso.

Sedangkan Sanny Gaddafi dengan pengalamannya di dunia digital selama lebih dari enam tahun membuatnya sadar betapa krusialnya pemahaman model bisnis sejak sebuah bisnis mulai dirintis. Jadi, kalau Anda ingin mengetahui kiat-kiat memulai bisnis digital dari Sanny Gaddafi, silahkan follow Twitternya di @Sagad.

Solusi untuk Menghindari Model Bisnis yang Lemah

Dalam perbincangan kami malam itu, kami membahas beberapa solusi untuk menghindari model bisnis yang lemah dan menciptakan model yang baik, antara lain:

Solusi yang Anda tawarkan harus memecahkan masalah calon pelanggan Anda

Orang makan karena lapar, minum karena haus. Jika Anda menawarkan makanan kepada orang yang kenyang, kemungkinan besar dia akan menolaknya.

Jadi, usahakan agar produk atau jasa yang Anda tawarkan mengatasi masalah yang dialami oleh calon pelanggan Anda.

Bisnis Anda harus memiliki diferensiasi yang kuat

Saat produk Anda menjadi produk yang benar-benar baru di pasar, tentunya Anda belum memiliki pesaing. Namun bagaimana jika Anda bukan pemain pertama di suatu pasar? Diferensiasi adalah jawabannya.

Contoh, jika Anda menawarkan tempe goreng kepada seseorang yang sudah membeli tempe goreng sebelumnya, bisa jadi dia akan menolak tawaran Anda. Namun, jika Anda menawarkan tempe mendoan, meskipun sama-sama digoreng, ada unsur pembeda yang dapat membuat calon pelanggan tertarik.

Bahkan, jika produk yang Anda tawarkan memiliki unsur pembeda yang sangat kuat dan lebih memberi solusi terhadap masalah calon pelanggan Anda, bisa jadi produk Anda akan segera menjadi top of mind di benaknya.

Sumber Daya yang Selaras dengan Tujuan Perusahaan

Jika Anda seorang diri, mustahil bagi Anda untuk mengendarai dua mobil sekaligus. Sama halnya dalam berbisnis, sumber daya yang Anda miliki harus selaras dengan tujuan perusahaan baik di masa kini maupun di masa mendatang.

Karenanya, saat Anda membangun dan mengembangkan sebuah bisnis, rencanakan dan sesuaikan sebaik mungkin sumber daya yang Anda miliki agar bisnis Anda berkelanjutan.

Penutup

Ketiga faktor di atas mendominasi pembicaraan kami tentang model bisnis. Kini, setelah Anda mengetahuinya, tentunya Anda sudah memiliki gambaran awal untuk menciptakan model bisnis yang paling sesuai untuk Anda.

 

Andika Priyandana – Manajer Pengembangan Bisnis Alawar Entertainment, pengamat dunia digital.

 

This article powered by eXo Digital Agency. eXo is a digital media agency serving local and international brands ranging from SME (small and medium enterprises) to multinational companies from various industries. We are an all-round agency with tremendous experience in digital activation, social media, search engine marketing, interactive game, web and software development.

 

9 COMMENTS

  1. isinya bagus. namun bahasan untuk solusinya mungkin perlu ditambah 3-4 paragraf lagi. karena bagi aku pribadi butuh info yang lebih ‘menjurus’. trus juga perlu diingat mas bro, bahwa kebanyakan entrepreneur ketika mereka memulai sebuah usaha, mereka belum memikirkan model bisnis secara detail. itu karena mereka lebih mementingkan ‘yang penting jalan dulu’ atau ‘show me the money first’…ga ada banyak waktu untuk memikirkan teorinya dulu. baru setelah jalan, lalu coba sana sini, tabrak sana sini, mereka lalu menemukan sebuah model bisnis yang pas. that’s street smart entrepreneur…

    • iya bro, ini bener banget, test drive dulu, semacam test pasar lah, kalau ternyata positive, baru dilanjut dengan lebih serius.
      artikel ini pada dasarnya bilang, kalau model yang kaya gini itu lemah.

      “Bisnis Anda harus memiliki diferensiasi yang kuat”
      tidak selalu benar, tergantung power dan target pasar, contoh: mie sedaap vs indomie.

      “Jika Anda seorang diri, mustahil bagi Anda untuk mengendarai dua mobil sekaligus.”
      analogi ini saya lihat tidak ada hubungannya dengan sumber daya.

      • Halo David, bisa tolong diperjelas pengertian atau maksud, “kalau model yang kaya gini itu lemah.”?

        Lalu, bisakah Anda lebih menjelaskan pengertian, “diferensiasi yang kuat” menurut Anda?

        Apa pun, Anda benar bahwa kita juga perlu melihat power dan target pasar. Pastinya, saya menulis tentang “diferensiasi kuat” karena malam itu kami membicarakan sebuah produk baru yang memasuki pasar yang sudah didominasi pemain lama. Tentunya jika produk yang ditawarkan sama-sama saja, akan sulit menarik minat calon pelanggan, apalagi produk ini dukungan sumber dayanya tidak sedasyat pemain lama tersebut.

        Tentang analogi, saya di sini menceritakan sumber daya dalam arti luas, baik kapital, modal, manusia, dan banyak lagi. Di saat bisnis masih kecil (satu mobil), sang pemilik dapat meng-handle sendirian hampir semua hal. Namun di saat skala bisnis membesar (dua mobil), akan sangat menyulitkan sang pemilik jika dia mencoba meng-handle semua sendirian. Agar dapat menjalankan bisnis secara efektif dan efisien, sebaiknya dia mencari partner atau karyawan untuk ikut meng-handle bisnis miliknya yang semakin membesar.

        Bagaimana pun, terimakasih untuk David atas masukannya 🙂

    • Terimakasih Gandung. Kalau ditambah 3-4 paragraf lagi, saya akan menulis hal-hal yang tidak terjadi dong. Kebetulan malam itu , kami memang hanya membicarakan hal-hal di atas.

      Tentang model bisnis secara detail… yang ingin disampaikan dalam artikel ini adalah, rencanakan suatu hal (bisnis) sebaik mungkin untuk menghindari risiko atau meminimalkan risiko sebesar mungkin.

      Tapi saya yakin bahwa Gandung sendiri mengetahui pentingnya memikirkan model bisnis dengan baik dan bukan ‘yang penting jalan dulu’ atau ‘show me the money first’. Hal itu terlihat dari tulisan, “bahasan untuk solusinya mungkin perlu ditambah 3-4 paragraf lagi. karena bagi aku pribadi butuh info yang lebih ‘menjurus’”

      Terimakasih sekali lagi untuk masukannya.

  2. Thanks buat mas Andika untuk tulisannya. Memang tulisan ini agak jadi abstrak bagi pembaca yg tidak mengikuti diskusi kita malam itu. Intinya begini, kalau diluar sana ada Twitter, and kalian membuat niche twitter, dgn fasilitas yg mirip2 aja, maka you wont survive ngelawan yg udah besar. Pikirkan value baru apa yang harus ditawarkan ke user.

    Kemudian memulai bisnis berdasarkan hobby itu juga tidak salah, tetapi perlu diingat bahwa customer kita tidak peduli terhadap hobby kita. Yang mereka pedulikan hanyalah apakah solusi yg kita tawarkan bisa menyelesaikan masalah mereka.

    Yg berikutnya adalah, bener banget bahwa Cash Flow itu penting dalam sebuah bisnis, karena itu jangan terlalu berpikir ‘saya punya ide’, or ‘saya punya produk semacam ini’. Pertanyaannya seharusnya adalah Problem apakah yg terdapat di market Anda dan bagaimana produk Anda bisa menyelesaikannya. Kl problem tersebut blm teridentifikasikan, produk Anda tidak ada gunanya. Kalau problem tersebut sudah teridentifikasi, next question is, apakah market mau membayar solusi Anda (apalagi kalau di luar sana ada yg gratisan?)

    Ya kurang lebih itu sih diskusi kita malam itu:)

    Best Regards
    @dennysantoso

    • Eh, ada Ko Denny di sini. Terimakasih komennya yang sudah membantu untuk mempertajam obrolan kita pas malam itu 🙂

      Niat awalnya memang menulis setajam dan selengkap mungkin, tapi nanti jadinya malah bukan artikel singkat 😀

      Sekali lagi, terimakasih.

  3. bagus bnget , emng bner sih klw merencanakan model bisnis yang baik ibarat membangun pondasi rumah yang kuat. klw pondasi nya g kuat nggak akan majeng tuh usahanya .

  4. poin yang paling suka dan dasar, dengan cara memberikan solusi terhadap konsumen dengan mencarikannya solusi, sehingga konsumen merasa harus ditolong dengan produk yang ditawarkan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here