Kompetensi Etis: Garda Pembangunan Berkelanjutan dalam Profesi Akuntansi

0
ikatan akuntansi indonesia
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing.co.id – Berita Marketing | Profesi akuntansi telah lama diakui sebagai garda pembangunan ekonomi suatu negara. Salah satu ciri khas yang membedakan profesi ini adalah kesediaannya untuk bertanggung jawab atas kepentingan publik. Sebagai garda, para akuntan dituntut untuk menjadi pribadi-pribadi yang mulia, dengan hasil kerja yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.

ikatan akuntan indonesia

Kemuliaan profesi ini hanya dapat tercapai jika para profesionalnya terus-menerus menunjukkan kompetensi teknis yang diimbangi dengan kompetensi etis. Komitmen moral, kemampuan untuk selalu mempertanyakan hal-hal baik dan buruk, serta tanggung jawab terhadap kepentingan publik merupakan pondasi yang harus terus dijaga.

Kompetensi etis menjadi faktor kunci yang membawa seseorang masuk ke dalam profesi ini. Bahkan, kompetensi etis ini juga menjaga seseorang tetap relevan dalam praktiknya selama bertahun-tahun. Hal ini membuktikan bahwa kompetensi etis bukan hanya menjadi warisan bagi generasi sekarang, tetapi juga menjadi fondasi yang kokoh bagi generasi mendatang.

Sebuah acara sosialisasi nilai, etika, dan sikap profesional yang diadakan di Kampus Dipati Ukur, Universitas Padjadjaran, Bandung pada tanggal 29 April yang lalu, yang dipaparkan oleh anggota Dewan Kode Etik dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Michell Suharli, menegaskan pentingnya kompetensi etis dalam profesi akuntansi. Suharli juga menekankan bahwa upaya sosialisasi ini merupakan bagian dari kesadaran IAI dan Universitas Padjadjaran untuk menciptakan ekosistem profesi yang berkelanjutan bagi bangsa dan negara.

Dalam acara tersebut, disampaikan contoh-contoh nyata tentang pentingnya sikap kepatuhan terhadap Kode Etik, Prinsip Dasar Etika, dan Kerangka Kerja Konseptual dalam praktik profesi akuntansi. Lima prinsip dasar etika, yakni integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional, dijelaskan sebagai fondasi yang tidak boleh dilanggar.

Michell Suharli juga memberikan tips praktis tentang kerangka kerja konseptual yang meliputi identifikasi, evaluasi, dan penanganan ancaman terhadap pelanggaran etika dalam praktik profesional akuntan.

Lebih dari sekadar profesi akuntansi, kompetensi etis juga diperlukan untuk mencapai kesuksesan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Ini memungkinkan para pemimpin di berbagai sektor untuk bersama-sama mengutamakan kepentingan dan keselamatan publik.

Profesi akuntansi akan tetap relevan selama pengambilan keputusan negara masih mengandalkan produk akuntansi sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh profesi akuntansi menjadi bahasa bisnis untuk para pemangku kepentingan dalam tata kelola.

Keputusan ekonomi dan bisnis yang didasarkan pada kompetensi etis akan melindungi nilai-nilai mulia dalam pembangunan berkelanjutan, yang saat ini menjadi sorotan masyarakat global.

Dengan demikian, kompetensi etis bukan hanya menjadi garda pembangunan berkelanjutan dalam profesi akuntansi, tetapi juga menjadi fondasi yang kokoh bagi kemajuan bangsa dan negara. (Wahid F)