Berkembangnya aktivitas belanja online menjadikan pergerakan dunia fashion dari panggung peragaan busana ke toko semakin cepat. Hal ini membuat para wanita, kelompok pembelanja online terbesar di kategori fashion, dihadapkan pada banyaknya pilihan yang juga berubah dengan cepat.
Bagaimana mereka dapat mengambil keputusan lebih cepat untuk pakaian sehari-hari, memadupadankan koleksi pakaian dan perlengkapannya, adalah tantangan para wanita modern saat ini.
Melihat adanya peluang, Winzendy Tedja (CEO Yuna & Co), Antonius Murdhani (CXO), dan Roy Prawira (CTO) menciptakan Yuna & Co pada Oktober 2016.
Yuna & Co dibangun sebagai aplikasi fashion matchmaking pertama di Indonesia yang menggunakan artificial intelligent (AI) dan machine learning.
Melalui chatbot, Yuna & Co mempelajari gaya fashion serta preferensi pengguna, dan memadankannya dengan item-item yang ditawarkan merek-merek fashion. Ketiganya percaya untuk mendorong diri mereka dengan inovasi teknologi, pengalaman pengguna, dan model bisnis, membawa pemikiran baru untuk menjembatani kesenjangan yang ada dalam kategori penggunaan kreativitas.
Zendy mengatakan, di era yang hiper personalisasi ini, Yuna tampil sesuai dengan konten yang tepat dalam mencocokkan preferensi gaya pengguna. Semakin sering pengguna berinteraksi dengan platform, AI yang lebih pintar dan lebih intuitif akan menjadi semakin akurat dalam melakukan padu-padan.
“Aplikasi ini dibuat untuk membuat dunia fashion inklusif bagi semua orang. Kami percaya, fashion itu seharusnya menyenangkan, mudah, dan bebas bagi setiap orang untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan bereksperimen setiap saat. Visi kami agar Yuna & Co membantu memberdayakan para wanita melalui fashion,” ujar Zendy.
Sementara itu, Managing and Founder Partner EverHaüs Capital Gitta Amelia, percaya bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligence) adalah inovasi yang dapat membedakan Yuna & Co dari fashion e-tailers yang lain. “Artificial intelligence mampu menciptakan tren baru untuk memprediksi pasar fashion,” terang Gitta.
Di dalam Yuna, semuanya disesuaikan secara customized untuk setiap pengguna. “Semakin sering Anda berinteraksi dan berbelanja melalui Yuna, maka Yuna akan semakin mengenal dan memahami Anda,” jelas Gitta.
Cepatnya tren belanja online juga menekan para pelaku ritel agar mampu beradaptasi dengan cepat. Dalam beberapa tahun belakangan, pelaku ritel telah melakukan banyak upaya untuk membangun strategi penjualan melalui aktivitas diskon promosi.
“Aplikasi Yuna tak hanya mampu memprediksi apa yang hendak dibeli, tapi juga bisa memberikan rekomendasi produk yang cocok, bahkan yang belum terpikirkan oleh pengguna sebelumnya,” lanjut Gitta.
Kehadiran aplikasi Yuna & Co berhasil menarik perhatian merek-merek fashion. Aplikasi ini memiliki perjalanan yang komplet, mulai dari tahap pencarian hingga pembelian. Tak mengherankan jika hingga saat ini sudah ada 32 merek fashion yang bergabung, juga tersedia lebih dari 500 ribu SKU yang memungkinkan jutaan mix and match yang cocok.