
Marketing.co.id — Berita Marketing | Dewan Pendidikan Tinggi (DPT) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi serta Badan Riset dan Inovasi Nasional sukses menyelenggarakan webinar Hari Inovasi Indonesia 2025 bertajuk “Masa Depan Inovasi Indonesia: Dari Ide ke Dampak Nyata”. Acara yang dilaksanakan pada Kamis, 30 Oktober 2025, ini menghadirkan para pemangku kepentingan utama, termasuk Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi; Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); serta perwakilan industri.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menegaskan bahwa inovasi adalah keharusan strategis untuk mencapai visi besar Presiden Prabowo Subianto, yaitu memiliki pertumbuhan ekonomi 8% setahun dan menjadi negara maju sebelum tahun 2045. Terlebih, memasuki era baru pembangunan nasional yang menempatkan inovasi sebagai kekuatan utama untuk bisa mengantarkan kita melompat keluar dari middle-income trap.
“Tantangan peringkat inovasi Indonesia, yang menurut laporan World Intellectual Property Organization (WIPO) 2025 berada di posisi 55 dari 139 negara, menyerukan agar semua pihak melihat ini sebagai peluang besar untuk maju. Untuk itu, Kemdiktisaintek berkomitmen memperkuat jembatan antara industri dan riset, mendorong ekosistem inovasi kampus agar penelitian berorientasi pada pemecahan masalah, mengembangkan talenta muda sains dan teknologi, dan mengembangkan sistem pendanaan inovasi terpadu,” papar Brian.
Handi Irawan, CEO Frontier dan Ketua Komisi Risbang Dewan Pendidikan Tinggi (DPT), menekankan pentingnya inovasi sebagai satu-satunya cara bagi bangsa Indonesia untuk maju dan perguruan tinggi untuk bertumbuh.
“Kita perlu bekerja sama dan berkolaborasi antara pemerintah, industri, dan perguruan tinggi untuk bersama-sama menaikkan ranking Global Innovation Index, khususnya dampak nyata dari inovasi,” tegas Handi.
Hal senada juga diungkapkan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, yang turut menyambut baik inisiasi penetapan 1 November sebagai Hari Inovasi Indonesia. Dia menjelaskan, meskipun data dari Global Innovation Index menunjukkan Indonesia sempat turun 1 peringkat—menjadi 55, secara keseluruhan telah mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, dia pun mengajak dunia usaha berkolaborasi dan memanfaatkan infrastruktur riset terbuka (open infrastructure) yang dimiliki BRIN.
“Kemampuan negara untuk memfasilitasi dan menjadi enabler bagi tumbuhnya R&D di luar pemerintah menjadi target utama. Kami telah melembagakan berbagai model bisnis dan skema yang berbeda, mengadopsi best practices global, termasuk membuka seluruh infrastruktur agar dapat dimanfaatkan bersama oleh periset, civitas akademika, dan khususnya oleh industri,” imbuh Tri Handoko.
Ia pun berharap para pelaku industri dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk melakukan product development berbasis riset tanpa investasi awal yang besar, sehingga mempercepat pertumbuhan R&D industri. Webinar ini menjadi momentum penting bagi seluruh pemangku kepentingan—pemerintah, perguruan tinggi, dan industri—untuk memperkuat kolaborasi dan mendorong penciptaan budaya inovasi yang kuat. Harapannya, inovasi yang tercipta dapat memberikan dampak nyata kepada masyarakat, perekonomian, dan kedaulatan nasional.
Webinar ini juga menghadirkan para pembicara dari berbagai bidang untuk berbagi pengalaman dan pandangan mengenai peran inovasi dalam menghadapi tantangan masa depan, yaitu Dirjen Risbang Kemendikti Saintek Fauzan Adziman, Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Irawati Setiady, CEO Paragon Corp & Anggota DPT Salman Subakat, dan Direktur IT Digital Telkom Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi.



