Wawancara Eksklusif Presiden Direktur ANTV: Bicara Repositioning ANTV

Marketing.co.id  – Sejak Oktober 2019 Ahmad Zulfikar Said menjadi orang nomor satu di ANTV. Inilah puncak karir baginya di industri televisi. Sebelumnya pria yang akrab disapa “Pak Kiki” ini tidak menangani langsung bagian operasional. Sempat ikut terlibat dalam proses akuisisi Lativi ketika masih bekerja di induk perusahaan. Setelah resmi diakuisisi Bakrie Group, Lativi berganti nama menjadi TVOne.

Karir pertamanya di industri televisi dimulai ketika dia didapuk menjadi Direktur Keuangan TVOne di tahun 2009 hingga pertengahan 2011. Tahun 2013 dia diminta “hijrah” ke ANTV dengan jabatan Chief Technical Officer (CTO), sebuah bidang pekerjaan yang berbeda dengan latar belakang pendidikanya yakni keuangan. Sebagai CTO dia membawahi separuh dari karyawan ANTV yang berjumlah sekitar 1.100. Pada akhir 2015 dia memegang dua jabatan di ANTV setelah dipercaya menjadi Chief Financial Officer (CFO).

Kiki yang menggantikan posisi Erick Thohir sebagai Presiden Direktur ANTV–kini menjadi Menteri BUMN—menghadapi tugas berat mempertahankan ANTV sebagai stasiun TV papan atas. Persaingan memperebutkan kue iklan dan disrupsi digital merupakan tantangan yang mesti dijawab pria yang suka berenang dan polo air. Bagaimana strategi Kiki di ANTV? Berikut petikan wawancara dengan pria yang sewaktu kecil gemar membaca berita olahraga ini.

Bagaimana perasaan Anda setelah dipercaya menjadi Presdir ANTV?

Ini sebuah kepercayaan, tapi saya tidak memiliki ambisi untuk mengejar posisi tertentu. Hanya bedanya, kalau dulu saya hanya melihat perusahaan dari sisi keuangan dan teknis. Sekarang saya mesti memandang perusahaan dari berbagai sudut, helicopter view. Dulu waktu di keuangan saya berpikirnya bagaimana agar kas perusahaan aman. Sekarang banyak aspek yang mesti saya pikirkan, bagaimana penjualannya dan programming nya.

Tantangan – tantangan di industri televisi saat ini?

Seperti kita tahu industri televisi pendapatan utamanya berasal dari iklan. Tentunya ini juga seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Kalau ada pertumbuhan ekonomi otomatis akan terjadi peningkatan belanja iklan (advertising expenditure). Isu global seperti perang dagang dan virus Corona suka atau tidak suka juga akan mempengaruhi industri televisi.

Tapi kita di media harus terus kreatif agar kita bisa survive. Yang terutama tetap “kue” iklan yang tayang di layar televisi, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk memperoleh pendapatan di luar layar (off air). Kita tidak bisa menutup mata media digital sedang tren, tapi kita sebagai manajemen melihat digital bukan sebagai ancaman, tapi sebagai komplemen. Memang pada kenyataanya penonton televisi tidak turun, hanya saja pada saat mereka menonton TV, secara bersamaan juga membuka gadget. Kita melihatnya sebagai peluang bagi kita, tambahan inventory jika berjualan ke pengiklan.

Di sisi lain industri TV selalu menghadapi persoalan klasik, terjadi tarik menarik antara bagian penjualan dan programming. Yang satu mempertahankan idealisme, yang satu mengejar pendapatan. Keduanya penting, tugas saya mem-balance itu semua, sehingga ke depan bisa tetap harmonis dan berjalan dalam satu visi.

Bagaimana Anda mengantisipasi perubahan masyarakat dalam mengakses konten?

Kembali lagi ke kreatifitas, dan juga tentunya infrastruktur. Memang tidak secara cepat kita bisa melakukannya, tapi secara bertahap. Saat ini ANTV sudah memiliki platform zing.id dan Channel YouTube ANTV Klik, jadi pemirsa selain menonton di layar televisi juga bisa melalui smartphone.

Saat ini apa program unggulan ANTV dan segmen pemirsanya siapa?

Dulu ANTV terkenal dengan program olah raganya. Tapi ketika Erick Thohir menjadi Direktur Utama pada akhir tahun 2013, dia mengajukan ke pemegang saham untuk mengubah target pemirsa ANTV yang awalnya fokus ke laki-laki, menjadi lebih membidik perempuan dan keluarga, dan disetujui. Karena seperti diketahui produk yang banyak berpromosi yakni produk-produk untuk keluarga dan wanita, seperti pasta gigi dan sabun cuci.

Sejak itu kami banyak menyajikan foreign series, yakni drama seri India dan Turki. Alhamdulillah waktu itu tayangan Mahabharata mendapatkan sambutan luar biasa dari pemirsa. Kemudian manajemen sepakat untuk investasi di Piala Dunia tahun 2014, memang harganya mahal, tapi kita anggap sebagai investasi agar penonton mulai beralih ke ANTV.

Kita sadar betul untuk mempertahankan posisi nomor satu harus bermain di sinetron lokal (local series), yang mulai kita lakukan di tahun 2017, salah satunya drama seri Jodoh Wasiat Bapak, yang selama 2 tahun tayang rating nya tinggi sekali. Sinetron lainnya Bawang Putih Bawang Merah. Memang penonton TV Indonesia penonton Sinetron, baik lokal maupun asing. Untuk drama seri asing, orangnya pasti nontonnya ANTV.

Apakah benar kebanyakan penonton sinetron umumnya berada di rural dan segmen menengah ke bawah?

Betul dan memang itu yang kita sasar, karena mass market, semua segmen masuk atau ter-capture.

Bagaimana menurut Anda jika ada yang mengatakan industri TV sudah masuk sunset industri?

Saya rasa sih tidak, saya masih sangat optimistik. Banyak hal yang mempengaruhi industri, nanti akan ada era digital free-to-air, satu frekuensi bisa membawa sampai 6 kanal di dalamnya, justru akan semakin banyak pemainnya.

Selain mempertahankan program drama, dibawah kepemimpinan Anda ANTV akan menawarkan sesuatu yang baru lagi?

Kita selalu menayangkan yang diminati penonton Indonesia. Alhamdulillah kami memiliki tim khusus yang baik. Mereka yang melakukan analisis bahwa sesuatunya ada siklusnya. Jadi tinggal kita perhatikan saja siklusnya. Tapi seperti betting (pertaruhan), kalau waktunya tepat suatu program bisa naik.

Apakah banyak karyawan ANTV yang berusia muda agar bisa menangkap selera pemirsa milenial?

Bukan soal usia tua-muda, yang penting tahu selera penonton anak muda. Tentunya yang tua harus memahami selera yang muda. Kita bisa memantau selera audiens di media sosial.

Ada strategi khusus untuk menyasar segmen milenial?

Seperti yang saya ungkapkan tadi selain program yang tayang di layar TV kita juga memanfaatkan media digital. Memang tidak serta merta semua pemirsa akan beralih ke digital, karena pada saat yang bersamaan semua TV melakukan hal yang sama. Sebenarnya platform boleh apa saja, tapi ujungya adalah konten, karena Content is King. Kami juga punya milzeru.com terkait program off air, ada program Kampus Keren, konser yang menghadirkan musik lagu-lagu yang digemari generasi sekarang. Pendapatan kami tidak hanya dari kue iklan di layar televisi, tapi kami juga memikirkan pendapatan dari kegiatan off air.

Seberapa besar pendapatan dari off air?

Angkanya belum mencapai 10% dari total revenue.

Bagaimana Anda menengahi perbedaan kepentingan antara tim konten yang idealis dengan tim sales yang concern pada revenue?

Saya mengedepankan common sense. Misalnya tim sales mengajukan program blocking, saya tanya akan menghasilkan uang berapa, ongkosnya berapa. Saya juga mendorong tim konten untuk berpikir helicopter view, saya minta idealismenya agak diturunkan, mesti berpikir secara korporat.

Bagaimana strategi mempertahankan pengiklan loyal dan strategi mendapatkan pengiklan baru?

Sales itu sebenarnya tentang hubungan baik dan personal. Tapi saya percaya ini berlaku juga di departemen lain. Kalau semuanya dilandasi dengan hubungan baik, bisa membuat pengiklan yang awalnya beriklan di TV lain bisa beriklan di kita. Tapi ada alasanya yang kuat, tidak mungkin kalau program kita kurang bagus, kita paksa-paksa untuk beriklan di TV kami. Jadi kuncinya pengiklan lama di-maintain hubungan baiknya. Untuk calon pengiklan baru kita sampaikan data-data performance kita yang baik. Para sales juga harus mampu meyakinkan bahwa ANTV berbeda dengan stasiun TV lain. Pada kenyataanya memang demikian, tayangan India atau foreign series lainnya probabilitas kesuksesannya lebih besar ditayangkan di ANTV dibandingkan TV lain.

Apakah industri TV juga terjadi perang dikson iklan?

Perang harga agak kurang baik untuk industri, karena akhirnya akan mengurangi marjin keuntungan. Mudah-mudah tidak seperti itulah.

Apa rahasiasnya ANTV bisa bertahan hingga 27 Tahun?

Mencapai usia 27 tahun bagi kami luar biasa, kami mengaruni ombak besar, naik turun peringkat, dari peringkat bawah sampai menjadi TV nomor satu di Indonesia. Rahasianya yang pasti kerja keras, inisiatif, loyalitas, dan kreatifitas. Industri TV is all about pioneer, bukan sebagai follower. Khusus untuk ANTV harus menjadi pioneer, kalau kita mengikuti yang lain tidak akan sukses.

ANTV, Direktur Utama ANTV, Ahmad Zulfikar Direktur Utama ANTV
Ahmad Zulfikar, Direktur Utama ANTV. Foto: Majalah MARKETING/LL.

Pengalaman paling menarik selama berkarir di ANTV?

Pengalaman paling menantang di ANTV saat ditugaskan menjadi CTO. Saya  benar-benar menyelami bagaimana para kru berpikir. Sebenarnya semuanya masalah kesempatan dan masalah kepercayaan. Harus ada trust bahwa tim bisa men-deliver dan bisa mengeksekusi.

Artikel ini pernah dimuat di Majalah MARKETING edisi April 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.