Waralaba, Menangguk Uang atau Bumerang?

Jika punya modal, ingin berbisnis, tapi tidak punya kemampuan dan waktu, apa pilihan Anda? Setidaknya, sekali-dua kali pernah terlintas dalam pikiran Anda untuk membeli waralaba. Jelas bukan ide yang salah. Terlebih, sekarang ini begitu banyak tawaran waralaba dari berbagai jenis bisnis.

Sebut saja, restoran, butik, salon dan spa, apotek, makanan dan minuman, bahan bangunan, klinik kesehatan, hingga media massa pun mengembangkan diri lewat mekanisme waralaba, dan masih banyak lagi kategori bisnis lainnya.

Apakah bisnis yang diwaralabakan selalu sukses? Jelas tidak. Banyak yang rontok di tengah jalan. Berbagai faktor menjadi penyebabnnya. Salah satu faktor paling berpengaruh adalah sikap tergesa-gesa. Banyak yang lupa bahwa untuk mulai memberikan hak pada orang lain, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal karakter bidang bisnis yang mereka masuki. Mencatat semua hal, sekecil apa pun. Sebab, hanya dengan cara ini sistem waralaba bisa dibentuk dan potensi mengembangkan waralaba semakin besar. Bertambah lagi bila persepsi dari para perintis usaha menganggap bahwa pengembangan usaha paling cepat adalah dengan mewaralabakan usaha.

Untuk itu, setiap orang yang tertarik untuk membeli waralaba mesti hati-hati. Jangan sampai hasrat berinvestasi agar meraih untung besar malah menjadi bumerang. Tertimpa hutang, akibat salah memilih peluang.

Tentunya, Anda tidak ingin bernasib seperti tersebut di atas, bukan? Nah, supaya tidak salah memilih bisnis waralaba, perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.

Jenis Bisnis

Jangan pilih bisnis yang rentan oleh pengaruh tidak langsung. Anda perlu menilai apakah bisnis yang diwaralabakan memiliki daya tahan tinggi dalam berbagai situasi. Hindari memilih bisnis yang akan goyah ketika terjadi sedikit saja goncangan pada sektor ekonomi, politik, dan keamanan. Sarannya adalah memilih usaha yang menyediakan kebutuhan yang sudah tidak mungkin dielakkan orang saat ini. Seperti fast moving consumer goods, bengkel, dan lainnya. Tegaskan juga segmen konsumen yang akan disasar oleh bisnis ini.

Standar Operasional

Tinggalkan tawaran waralaba yang belum memiliki standar operasional prosedur yang jelas dan teruji. Anda perlu kritis terhadap hal satu ini. Tanyakan bagaimana sistem tersebut mengatasi semua potensi situasi yang bakalan terjadi, terutama situasi buruk. Keluarkan semua imajinasi Anda pada kemungkinan terjelek yang akan terjadi. Misalnya, kalau ada kegagalan dalam promosi, suplai yang tersendat, dan lainnya.

Merek Usaha

Pikir matang-matang kalau memilih merek baru. Lebih baik pilih merek usaha yang sudah terkenal, baik di tingkat nasional, regional, atau bahkan internasional. Setelah itu, penelitian kecil-kecilan tetap harus dilakukan. Mulai dari sejarah hingga pertumbuhan bisnisnya. Apalagi, sekarang ini sudah ada ketentuan yang mengatur kapan suatu usaha bisa diwaralabakan. Minimal tiga tahun dari pertama beroperasi, suatu usaha baru bisa diwaralabakan. Bila usaha itu sudah lebih dari tiga tahun, perhatikan jumlah gerai dan omzetnya.

Cari tahu juga bagaimana kinerja cabang atau gerai milik penerima waralaba/franchisee lama. Bagaimana kondisi para franchisee itu saat Anda akan membeli. Untung atau malah tutup dengan sukses. Kalau tutup, selidikilah penyebabnya; begitu pula bila sukses, cari tahulah resep keberhasilannya. Bila perlu, Anda mencari tahu langsung ke sang pemilik, baik yang sukses dan yang gulung tikar.

Karakter Franchisor

Selidiki latar belakang perusahaan atau sang pengusaha, bonafiditas, pengalaman, potensi pasar, peta persaingan, serta keunggulan dan keunikan produk dan sistem mereka. Kalau sejak awal pemberi waralaba/franchisor tidak terbuka, segera saja pulang. Sebagai calon franchisee, Anda bahkan berhak melihat laporan keuangan perusahaan franchisor. Dengan begitu, Anda bisa melihat prospek bisnis itu di masa depan.

Tanyakan apa pun yang Anda perlukan. Cara dan sikap ketika franchisor menjawab pertanyaan bisa Anda jadikan tolok ukur kultur usaha mereka. Semakin mereka terbuka, semakin baik. Semakin mereka misterius dan tertutup, ya, semakin buruk. Ingat, kelak Anda harus saling bertukar informasi dengan mereka. Bayangkan dan perkirakan apakah Anda bisa berkomunikasi secara nyaman dengan mereka kelak.

Kemudian, bila si franchisor ada potensi nantinya akan cuek terhadap outlet Anda, bahkan tidak mau terlibat dalam menyukseskan bisnis Anda dan hanya menuntut uang saja, itu juga tidak perlu dipilih. Karena sebagai franchisee, Anda punya hak untuk dibimbing. Sebaliknya, bila ada franchisor yang tidak melibatkan Anda sama sekali dalam pengembangan bisnis, berhati-hatilah.

Strategi Pengembangan Franchisor

Hal ini juga perlu Anda ketahui, terlebih dalam strategi penetrasi pasar. Mulailah dari strategi penambahan outlet. Adakah batasan yang jelas mengenai pembukaan outlet baru. Jangan sampai Anda sudah membeli, tiba-tiba di dekat outlet milik Anda muncul usaha sejenis dari franchisor yang sama.

Anda juga harus menanyakan kebijakan franchisor dalam menerima franchisee. Bila tidak ada kriteria jelas, pikirkan kembali untuk membeli waralaba tersebut. Sebab, waralaba yang bagus harus menyeleksi para calon franchisee-nya dengan persyaratan tertentu. Hal ini untuk mengurangi risiko tutup akibat si franchisee gagal. Karena, bila itu terjadi, jelas berpengaruh besar terhadap image merek tersebut dan secara otomatis berefek pada outlet Anda.

Tanyakan pula strategi promosi yang akan mereka lakukan. Seberapa efektif program tersebut, menyasar ke segmen usaha Anda atau tidak. Serutin apa promosi digelar dalam satu periode tertentu. Pastikan juga, sejauh mana Anda dilibatkan dalam kegiatan promosi.

Setelah Anda memperhatikan semua hal di atas, keputusan ada di tangan Anda. Apa pun itu mesti dipertimbangkan secara matang, sebab tidak ada yang akan menjamin uang Anda kembali bila terjadi kerugian. Jadi, jangan investasikan semua uang Anda di bisnis ini. Nah, silakan pilih, mau menangguk uang atau terkena bumerang? (www.marketing.co.id/Ign. Eko Adiwaluyo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.