Ubah Strategi karena BPJS

Selama 17 tahun memasarkan produk di Indonesia dengan resep dokter (ethical), pertumbuhan bisnis Vitabiotics di pasar vitamin dan suplemen Indonesia cukup baik. Tahun lalu saja pertumbuhan bisnisnya di segmen ethical mencapai 89%.

General Manager PT Vitabiotics Utama Indonesia Inoer Syamsu Ariandy memperlihatkan salah satu produk unggulan Vitabiotics
General Manager PT Vitabiotics Utama Indonesia Inoer Syamsu Ariandy memperlihatkan salah satu produk unggulan Vitabiotics

Inoer Syamsu Ariandy, General Manager PT Vitabiotics Utama Indonesia, mengatakan resep dokter dipilih sebagai jalur pemasaran karena produk ini unik sehingga perlu dijelaskan terlebih dahulu. Juga, saat itu masyarakat Indonesia belum familier dengan vitamin. “Produk kami sangat segmented sehingga perlu dijelaskan dulu,” jelas Inoer.

Namun dalam satu tahun terakhir, Vitabiotics mencoba jalur pemasaran lain dengan masuk ke pasar over the counter (OTC). Modern market pun dipilih sebagai jalur distribusi. Alasannya, modern market memiliki jalur distribusi yang luas menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Selain merupakan bagian dari strategi global, lanjut Inoer, masuknya Vitabiotics ke pasar OTC lantaran terjadi perubahan cara berobat masyarakat setelah adanya BPJS. Dokter tak mungkin lagi merekomendasikan produk Vitabiotics mengingat harga yang ditawarkan jauh lebih mahal—mulai dari Rp180 ribu hingga Rp350 ribu—dari obat-obatan Puskesmas.

“Kami tak bisa lagi bertumpu pada dokter. Kami harus mencari cara lain, salah satunya masuk ke modern market sebagaimana yang dilakukan di negara asalnya Inggris,” ujar  Inoer.

inoer-syamsu-ariandy-general-manager-pt-vitabiotics-utama-indonesia-dan-jajaran-direksi-vitabioticsVitabiotics pertama kali masuk modern market pada Oktober tahun lalu dengan menggandeng Aeon Supermarket BSD City, Apotek Century, Watson, dan fitness center. Setelah satu tahun, hasilnya produk Vitabiotics mendapat respons positif dari pasar. Mereka yang membeli produk Vitabiotics selalu kembali dan kembali lagi.

Menurut Inoer, pasar suplemen di Indonesia sangat menjanjikan. Hal itu bisa dilihat dari semakin banyaknya produk asal luar negeri yang mulai menjajakan produknya di pasar Indonesia. “Pasar suplemen di Indonesia sangat bergelora sekarang,” ungkap Inoer.

Diakuinya, persaingan di pasar vitamin dan suplemen ini cukup ketat. Namun, Vitabiotics tak gentar menghadapi para pesaing. “Produk kami sangat berkualitas. Tak semua produk melakukan uji klinis, dan kami melakukannya. Packaging produk kami juga unik,” tegas Inoer.

Sebenarnya Vitabiotics sudah melakukan promosi sejak tahun lalu lewat in-store. Namun tahun depan, Inoer menegaskan akan semakin gencar melakukan kegiatan promosi. Di antaranya lewat in-store, event, iklan, dan endorser. “Awareness kami belum kuat, makanya tahun depan kami akan gencar promosi,” terang Inoer.

Setahun perjalanan Vitabiotics di pasar modern market, dari 40 varian yang ada di Indonesia, baru 12 varian—Perfectil, Wellman, Wellwoman, Wellkid, Jointace gel, Immunace, Visionace, Pregnacare, Ferroglobin, Diabetone, Liveril—yang tersedia di 60 toko di seluruh Indonesia. Sisanya masih menggunakan resep dokter.

“Kami akan terus membuka toko baru karena semakin banyak toko kemungkinan penjualannya juga akan semakin besar,” pungkas Inoer.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.