Usaha Kerajinan dari Kulit

Kreativitas bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana atau alat. Bahkan benda yang lazimnya tidak bermanfaat lagi, bisa difungsikan kembali dengan membentuknya menjadi barang baru. Salah satunya adalah menggunakan kulit hewan. Kulit hewan seperti kambing, domba, bahkan kulit burung onta bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi barang baru yang bernilai tinggi dan mahal harganya.

Inilah yang dilakukan oleh sekelompok orang dari Desa Kludan, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. Usaha kerajinan kulit ini bermula dengan bermodalkan kredit Rp500 juta dari Bank Jatim dan tiga orang karyawan. Berbagai macam produk telah dihasilkan, dari dompet, ikat pinggang, beberapa model jaket kulit untuk laki-laki dan wanita, tas kerja, tas daypack, tas perangkat golf (1 paket plus stik dan kaosnya), dan beragam jenis sepatu. Usaha bersama ini sebenarnya dimulai sejak awal tahun 1990-an. Awalnya masih berupa UKM-UKM kecil, sekumpulan pengrajin-pengrajin kecil. Tahap selanjutnya, UKM-UKM itu dikumpulkan ke dalam satu wadah koperasi industri tas dan koper (Koperasi Intako).

Produk tasnya dibuat dari bahan kulit sapi, kerbau, kulit burung unta dan serat kayu dicampur dengan kulit domba. Sementara bahan dasar jaket terbuat dari kulit domba dan kambing. Untuk sepatu dari sapi, sedang bahan dasar ikat pinggang dari sapi dan kambing, bahkan ada juga yang terbuat dari kulit ikan pari maupun hiu. “Produk tas, dompet, dan ikat pinggang yang terbuat kulit ikan rencananya akan diekspor ke Kanada, Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat,“ papar Piet H Khaidir, Direktur Cabang Jakarta, Citra Mulia Perkasa, kedai kulit Tanggulangin.

Semua produksi dilakukan dengan menggunakan mesin. Untuk mendapatkan bahan-bahan dasar tersebut, biasanya mereka membeli dari beberapa penjual yang khusus menjual berbagai macam kulit, seperti kulit burung unta impor. Namun, untuk kulit ikan pari dan hiu, bahannya mereka ambil dari Sulawesi Selatan dan Lamongan. Sementara untuk kulit domba dan kambing, tidak begitu jadi masalah, mereka  bisa mendapatkannya dari para peternak.

Lalu bagaimana dengan harga? Jaket dari domba kualitas ekspor harganya antara Rp1,8–2 juta. Jaket dari kulit kambing antara Rp1,1–1,3 juta. Kalau tas wanita Rp150–600 ribu, untuk tas laki-laki antara Rp260–700 ribu. “Paling laku adalah tas, sepatu perempuan dan tas kerja,“ lanjut Piet sambil menjelaskan beberapa contoh harga dari produknya.

Melihat usaha ini cukup maju, diputuskanlah untuk membuka showroom sendiri. Penyebaran produk-produk mereka yang pada awalnya hanya seputar Jawa Timur, mulai merambah daerah-daerah lain di Indonesia. Distribusinya terutama disebar ke berbagai plaza, hotel berbintang dan toko cenderamata. Karyawan mereka pun kini bertambah menjadi 20 orang. Penjualannya dilakukan dengan tiga cara: melalui showroom mereka,  sistem konsinyasi, dan melalui pesanan-pesanan.

Selain itu, inovasi dilakukan dengan membuat model-model baru sesuai dengan tren yang berlaku. Inovasi model baru ini didapatkan dari Deperindag melalui pertemuan-pertemuan reguler. “Jadi setiap model baru yang kami tawarkan bertumpu kepada basis kualitas kulit. Kulit produk kami jika dibandingkan dengan brand yang sudah terkenal, tidak terlalu jauh bahkan bisa lebih. Berhubung brand kami masih lokal, jadi orang kurang meliriknya. Namun dengan inovasi model, sedikit demi sedikit ada pelanggan tetap kami,“ timpal ayah seorang putri ini.

Penjualan produksi kulit ini sendiri tergantung dari masing-masing item, namun diakui rata-rata penjualannya bisa berkisar antara 50–100 tas perbulan. Untuk jaket kulit domba sekitar 20 buah per bulan. Hasil yang cukup lumayan kan?

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.