
Marketing.co.id – Berita Financial Services | Banyak yang bilang kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Kabar tentang PHK masih sering terdengar. Di sisi lain daya beli juga masih tertekan. Fenoma “rojali” (rombongan jarang beli)—merujuk pada pengunjung mal yang tidak membeli apapun di mal, hanya jalan-jalan dan lihat-lihat—juga menjadi banyak diulas di berbagai media.
Ya, dunia sudah berubah, tantangan finansial pun terus begerak membuat hidup begitu berbeda dari generasi ke generasi. Cara-cara yang dulu diadopsi orang tua kita, hari ini tak lagi mumpuni untuk membawa kita ke level aman, apalagi level sejahtera.
Salah satu contohnya adalah bagaimana ayah dan ibu kita cukup berjaya dalam hidup dengan satu penghasilan. Hari ini? Ada begitu banyak kemungkinan yang menantang kesiapan kita untuk dapat bertahan dalam hidup.
Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyampaikan bahwa berbagai dinamika terus terjadi, mulai dari perang tarif sampai ketegangan politik, seakan tak memberi ruang bernafas bagi pemulihan setelah seluruh warga bumi ditampar pandemi selama 3 tahun.
“Pekerjaan menjadi tak sepasti dulu, pola bisnis tak lagi dapat mengandalkan cara lama. Buahnya, penghasilan jadi tak pasti. Sebagai individu – terutama jika di belakang kita ada sejumlah orang yang bergantung pada kita – kita perlu tameng: Salah satunya dari sisi penghasilan,” ujar Freddy.
Menurut Freddy penghasilan yang baik harus memenuhi 3 aspek: Lebih dari satu sumber, sumbernya berbeda dan memiliki korelasi rendah satu sama lain, serta terkelola dengan baik agar stabil.
“Ketika sebuah keluarga memiliki dua penghasilan, misalnya dari ayah dan ibu yang bekerja, aspek pertama sudah terpenuhi. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana korelasi kedua sumber penghasilan? Jika keduanya bekerja di kantor, apalagi di bidang yang sama, maka kondisi tertentu dapat menghilangkan kedua sumber penghasilan ini secara bersamaan. Akan baik jika kedua sumber penghasilan begitu berbeda sehingga salah satu bisa menjadi pelampung jika yang lainnya hilang. Kita bisa mengombinasikan penghasilan berupa gaji dengan pendapatan bisnis, tetapi yang terbaik adalah pasangan antara penghasilan aktif dengan pendapatan pasif,” urai Freddy.
Setelah memilih sebuah mesin penghasilan pasif, aspek berikutnya yang perlu dipenuhi adalah stabilitas. Reksa dana, kata Freddy, adalah salah satu alternatif yang punya potensi memenuhi aspek ini: Terdiversifikasi dengan baik karena berisi puluhan saham, obligasi dan deposito yang diracik secara profesional, dikelola dengan disiplin setiap hari untuk menjaga peluang return optimal pada tingkat risiko terkendali. Saat ini ada begitu banyak reksa dana yang memiliki fitur dividen atau Pembagian Hasil Investasi berkala
“Dividen reksa dana beda dengan bunga deposito atau tabungan yang merupakan imbalan bagi nasabah yang “meminjamkan” uangnya ke Bank untuk digunakan sebagai modal bisnis Bank”, kata Freddy.
Dividen reksa dana adalah pembayaran sebagian dari keuntungan investasi. Sebagai contoh, Reksa Dana Manulife Obligasi Unggulan (MOU) Kelas A, yang selama setahun terakhir (Juni 2025) mencetak keuntungan total sebesar 6,8%.
“Sebagian dari total keuntungan investasi ini, yaitu sebesar 6,2%, dibayarkan sebagai dividen kepada seluruh investornya secara berkala setiap periode tertentu selama satu tahun tersebut. Sisanya, yaitu 0,6% tetap dicatatkan sebagai pertumbuhan modal investasi, yang tercermin pada kenaikan NAB/unit dari Rp2717,05 pada 29 Juni 2024 ke Rp2731,07 pada 30 Juni 2025,” paparnya.
Bebas Pajak
Faktor pembeda lainnya adalah pajak. Sementara bunga Bank dikenai pajak sebesar 20%, keuntungan reksa dana, baik yang dibagikan sebagai dividen maupun yang dicatatkan sebagai pertumbuhan modal, bukan objek pajak.
“Artinya, ketika kita membandingkan return reksa dana dengan bunga deposito, jangan lupa membuat perbandingan yang apple-to-apple dengan memperhitungkan potongan pajak tersebut. Misalnya, return 1 tahun (Juni 2025) Reksa Dana MOU Kelas A sebesar 6,8%, akan setara dengan bunga deposito 8,5% setahun,” tukas Freddy.
“Bagi investor yang menginginkan arus pendapatan rutin, dividen reksa dana dapat diterima dalam bentuk tunai dan langsung dibelanjakan. Akan tetapi bagi investor yang mengutamakan pertumbuhan modal, dividen reksa dana dapat diinvestasikan kembali agar modal dan keuntungan investasi terus menggulung”, tutup Freddy.