Tren Musik Ditentukan di Dunia Maya

PosterMarketing.co.id – Konser musik asing makin ramai, namun pemain—promotor musik—lama diprediksi tidak lagi mendominasi. Indikasi persaingan antarpromotor makin sengit. Masihkah K-Pop bersinar?

Sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya relatif stabil—di kisaran 6%—dan memiliki jumlah kelas menengah yang cukup besar (sekitar 45 juta), Indonesia menjadi pasar empuk untuk berbagai produk, termasuk hiburan. Maraknya konser musik mancanegara sepanjang tahun 2012 membuktikan industri hiburan Indonesia tumbuh subur.

Tercatat sejumlah artis beken mancanegara menggelar konser di Tanah Air sepanjang tahun ini. Sebut saja Jessie J, Dream Theater, Katy Perry, Rod Stewart, dan Maroon Five.

Lokasi konsernya pun bukan melulu di kota Jakarta. Bahkan, kota kecil seperti Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, yang selama ini tidak masuk dalam peta industri musik Indonesia, menjadi tempat berlangsungnya konser Sepultura, grup heavy metal asal Brazil.

Sampai Desember 2012, sejumlah artis mancanegara masih menyerbu Indonesia dengan waktu konser yang bersamaan. Konser Shahrukh Khan waktunya berbarengan dengan boy band asal Korea, 2PM, yakni 8 Desember 2012.

Sementara konser big dddy atau yang lebih dikenal dengan nama Sting dan Guns N’ Roses sempat membuat penggila musik di Indonesia bingung memilih, lantaran dijadwalkan naik panggung pada malam yang sama, yakni 15 September 2012 dan sama-sama penggemar kedua musikus besar itu.

Kondisi di atas menyiratkan persaingan antarpromotor di Indonesia kian sengit. Lanskap bisnis pertunjukan musik, terutama musik asing, di Indonesia memang tengah berubah. Hal ini menurut pengamat musik Denny Sakrie karena bermunculannya promotor-promotor baru dan kehadiran media sosial, terutama YouTube dan Twitter.

Dulu, mungkin kita hanya mengenal promotor Buena Produktama, Java Musikindo, atau Original Production. Sekarang kita mengenal promotor seperti Big Daddy, Marygops Studio, Rajawali Indonesia Communications.

Adrie_SubonoDahulu Adrie Subono, pendiri dan CEO Java Musikindo harus sering-sering mendatangi perusahaan rekaman untuk memantau artis mancanegara yang penjualan kaset atau CD-nya menembus gold atau platinum untuk ukuran pasar Indonesia.

Sekarang Adrie hanya perlu melihat penyanyi mana yang videonya sering ditonton atau melempar isu di akun Twitter-nya, tentang artis mana yang kira-kira ingin ditonton khalayak.

Persaingan makin panas di Tahun 2013

Bercermin dari tahun 2012, persaingan antarpromotor untuk mendatangkan penyanyi asing diperkirakan makin sengit. Namun, menurut Denny, tidak akan ada promotor yang terlalu menonjol tahun depan. Setiap promotor, baik promotor lama maupun promotor baru punya peluang yang sama untuk mendatangkan artis asing. Hal ini karena dalam konser musik, agency artis di luar negeri memberlakukan sistem bidding (tender) bagi promotor lokal.

“Banyak promotor yang senior lebih berpikir lagi untung ruginya seperti apa. Sekarang bermunculan promotor-promotor baru,” jelas Denny beberapa waktu lalu.

Adrie yang dihubungi secara terpisah menilai sangat sulit memprediksi apakah tahun 2013 konser musik makin ramai atau malah turun. Karena hal ini tergantung seberapa banyak penyanyi atau band yang menggelar tur konser di tahun 2013.

Semakin banyak artis yang menggelar tur konser, peluang bagi para promotor untuk mendatangkan mereka ke Indonesia pun akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya.

“Karena tidak mungkin ada promotor yang mendatangkan artis yang tidak sedang tur. Biayanya akan sangat mahal, bisa lebih mahal 5 sampai 6 kali lipat,” tutur pria yang menekuni bisnis promotor sejak tahun 1994.

Java Musikindo yang pada Desember 2012 lalu sukses mendatangkan bintang Bollywood Shahrukh Khan masih merahasiakan siapa saja artis yang akan mereka datangkan sepanjang tahun 2013.

Mereka hanya mengatakan akan menggelar konser sebanyak 4 atau 5 kali tahun depan. Padahal di tahun-tahun sebelumnya Java Musikindo rata-rata menggelar konser 8 sampai 9 kali.

Adrie secara diplomatis mengelak sedikitnya konser yang bakal digelar karena imbas dari sengitnya persaingan, terutama dengan kehadiran promotor-promotor baru. Dia beralasan akan lebih selektif memilih artis, karena semakin banyak konser membuat penonton jadi lebih banyak punya pilihan.

“Yang kami pilih biasanya artis yang baru mengeluarkan album baru dan punya hits,” tandasnya.

Apakah keuntungannya begitu menggiurkan sehingga banyak investor terjun ke bisnis ini?

Sebelum membayangkan keuntungan yang bakal diperoleh, para investor harus memikirkan risikonya. Menurut Adrie, showbiz adalah bisnis yang “gila”, apa pun bisa terjadi di bisnis pertunjukan meskipun pebisnis telah mempersiapkan dengan matang. Hal ini sesuai dengan ungkapan “there is no business like show business”.

Denny_SyakrieKasus batalnya konser Lady Gaga yang dipromotori Big Daddy beberapa waktu lalu membuktikan di balik gemerlap bisnis pertunjukan ada risiko yang kadang sulit diprediksi.

“Misalnya tiket sudah laku terjual, tahu-tahu artisnya sakit, saya rugi dong. Sekarang keamanan sudah tidak menjadi kendala lagi karena negara kita sudah dianggap aman. Kalau kasus Lady Gaga saya tidak pernah tahu sebenarnya apa masalahnya,” tutur Adrie.

Soal keuntungan yang diperoleh, Denny tidak tahu persis. Hanya katanya dari cerita-cerita yang beredar di kalangan promotor, ada konser yang untung, impas, atau sekadar mencari nama.
Bagi para promotor baru, sangat penting melakukan branding saat konser agar mereka lebih mudah untuk mendapatkan proyek-proyek selanjutnya. “Karena begitu mereka menggelar konser akan menjadi WoM (word of mouth) yang cepat menyebar,” tandasnya.

SantanaSementara dari penuturan Adrie, kita bisa menyimpulkan keuntungan yang diperoleh promotor tidak sebesar yang diperkirakan banyak orang. Sebelum menggelar konser, pihak promotor diminta mengajukan profit and lose (P&L) dari agency artis.

Dari rancangan anggaran P&L tersebut promotor hanya diizinkan mengambil keuntungan 20%. “Bahkan, sekarang porsi keuntungan yang bisa diambil promotor turun dari 20% menjadi 15%. Karena artis merasa dia yang sudah berkarya,” ungkap Adrie.

Peran Media Sosial dan Tren Musik Tahun 2013

Di era digital ini yang menjadi tolok ukur bagi para promotor bukanlah penjualan fisik album dalam bentuk CD, akan tetapi seberapa banyak video musik sang artis di YouTube diklik para netizen atau seberapa banyak jumlah follower mereka di Twitter.

Fenomena Justin Bieber dan PSY (rapper asal Korea) membuktikan betapa dahsyatnya fenomena media sosial. Mereka mendadak menjadi terkenal di dunia berkat YouTube. Hanya bermodal satu lagu hits, Baby (Justin Bieber) dan Gangnam Style (PSY), kedua artis ini melanglang buana menggelar konser.

Dampak lain dari media sosial, promotor mengalami kesulitan menebak tren musik, karena selera pasar sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat, bukan perusahaan rekaman, promotor, atau kritikus musik. Nah, untuk memantau selera pasar, menurut Denny, para promotor mau tidak mau harus menengok pada media digital.

Itu sebabnya promotor sekelas Adrie sangat aktif di Twitter. Adrie memanfaatkan Twitter untuk melakukan personal branding sekaligus menggali insight dari para follower-nya yang berjumlah 1,2 juta.

Dengan jumlah follower yang bejibun, Adrie juga kerap melakukan gimmick marketing. Aksi marketing tersebut tentu saja sangat murah dan tepat sasaran, karena para follower Adrie adalah stakeholder industri musik, yakni pencinta musik, anak-anak muda, wartawan, dan para musikus.

“Artinya ini apa? Direct marketing. Saya mau ngetweet sehari 10 kali tidak ada yang meributkan, dan tidak bayar. Tapi, saya harus maintain follower saya, misalnya dengan kuis berhadiah tiket konser. Saya juga tidak selalu bahas konser, terkadang ngomongin soal-soal keluarga,” ungkapnya.

Seperti diketahui, tahun 2012 menjadi tahunnya K-Pop. Apakah tren K-Pop masih berlanjut di tahun 2013? Adrie sepertinya tidak mau ambil pusing dengan tren musik tahun 2013.

Sebagai promotor musik tulen, pihaknya akan mementaskan genre musik apa pun asalkan sesuai dengan selera pasar. “Saya bukan fans Westlife, saya penggemar musik rock. Tapi, saya sampai empat kali mendatangkan Westlife. Kenapa? Duit dan sesuai dengan keinginan pasar,” tegasnya.

Foto: – Asep Toni K.
             – Lia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.