Tren Belanja Konsumen 2025: Cerdas, Digital, dan Sensitif Harga
Marketing.co.id – Berita Marketing | Tahun 2025 menandai perubahan signifikan dalam cara konsumen Indonesia berbelanja kebutuhan pokok. Laporan terbaru YouGov menunjukkan bahwa pembeli kini lebih cermat, selektif, dan memanfaatkan teknologi digital untuk mendapatkan nilai terbaik.
Riset bertajuk “The Rise of Value Shoppers: APAC Grocery Retail 2025” membandingkan kebiasaan belanja di Indonesia, Singapura, Hong Kong, Australia, dan Thailand. Hasilnya, kenaikan harga membuat konsumen di seluruh Asia Pasifik semakin fokus pada nilai. Namun, konsumen Indonesia memiliki ciri unik. Mereka tetap menilai kebersihan toko, variasi produk, dan kemudahan akses sebagai faktor penting.
Dalam urusan kanal belanja, minimarket menjadi pilihan utama (26%), disusul toko kelontong (21%) dan pasar tradisional (18%). Supermarket besar kalah bersaing karena dinilai kurang praktis dan lebih jauh dari jangkauan.
“Konsumen Indonesia semakin aktif memanfaatkan kanal digital untuk belanja kebutuhan sehari-hari,” kata Edward Hutasoit, General Manager YouGov Indonesia & India. “Mereka semakin cerdas, terhubung secara digital, dan membandingkan harga sebelum membeli.”
Laporan YouGov mencatat, 63% pembeli menggunakan aplikasi supermarket untuk mencari promo, 58% memakai situs atau aplikasi pembanding harga, dan 77% melihat iklan produk di media sosial.
Selain itu, 71% responden hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, dan 59% membuat daftar belanja sebelum berkunjung ke toko. Data ini menunjukkan bahwa konsumen kini lebih terencana dan menghindari pembelian impulsif.
Saat harga naik, konsumen Indonesia langsung mengurangi pembelian makanan instan (34%), camilan kemasan (33%), dan daging atau telur (22%). Faktor emosional juga berperan. Sebanyak 45% konsumen mengaku merasa bersalah ketika membeli camilan yang tidak direncanakan.
Meski harga tetap menjadi pertimbangan utama (59%), pembeli juga mempertimbangkan variasi produk (46%) dan kebersihan serta tata letak toko (32%). Menariknya, 65% menganggap belanja kebutuhan pokok sebagai aktivitas keluarga, membuka peluang bagi pelaku usaha untuk membuat promosi bertema kebersamaan.
Temuan ini memberi sinyal jelas bahwa pemain ritel dan brand harus mengombinasikan strategi harga kompetitif, promosi digital yang tepat sasaran, dan pengalaman belanja yang nyaman. Pemahaman mendalam terhadap perilaku konsumen lokal akan menjadi kunci mempertahankan relevansi di pasar yang semakin kompetitif.