Marketing.co.id – Pada artikel terdahulu kita telah membahas nilai inti pertama yang muncul dari dunia digital dan menggeser semakin banyak nilai kembali ke dasar, yaitu transparansi. Pada artikel ini kita akan menyambungnya dengan nilai inti yang kedua, yaitu kolektivisme.
Kolektivisme
Kolektivisme adalah suatu orientasi yang menekankan kebaikan suatu kelompok atau komunitas di samping dan di atas keuntungan pribadi.
Jika kita percaya dan mementingkan kolektivisme, kita akan menempatkan kebutuhan pelanggan di atas kepentingan kita sendiri. Kita paham bahwa agar dapat sejalan, kita perlu bekerja dan terlibat dengan cara yang berbeda, untuk menciptakan brand experiences yang hebat. Kita perlu “memberi” sebelum kita bisa “menerima”. Kita akan beroperasi dan bekerja dengan platform atau landasan social capital. Kita menciptakan brand ecosystem dengan menggunakan 3C, yaitu conversation (percakapan), community (komunitas), dan content (konten).
Brand ecosystem adalah suatu fenomena organik yang hidup dan bernyawa dimana peran dari suatu merek adalah untuk mendengarkan dan menstimulasi percakapan, menambahkan nilai pada komunitas yang sudah ada, serta menyediakan pengalaman konten (content experience) yang hebat.
Supaya bisa mendapatkan social capital, suatu merek haruslah berpartisipasi dan menawarkan peluang kepada pelanggan atau perusahaan untuk ikut serta. Partisipasi yang seperti apa? Suatu merek bisa menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, seperti mendengarkan, berbicara, menyemangati, memotivasi, mendukung—untuk membangun ekosistemnya. Target utama dalam ekosistem merek adalah para pihak yang berpengaruh.
Ekosistem merek terbentuk dari segala konten yang berhubungan dengan merek dan komentar yang disebarkan di web (termasuk juga mobile web). Ekosistem dibangun seiring waktu dan tidak seperti kampanye-kampanye periklanan, ekosistem tidak hilang ketika kampanyenya selesai. Ekosistem tersebut tetap hidup dan jika berada dalam kondisi sehat dan terus dibangun oleh merek, ekosistem akan bertumbuh dan berkembang. Bahan bakarnya adalah 3C tadi.
Kolaborasi
Kolaborasi adalah sebuah aktivitas bekerja sama untuk mewujudkan suatu tujuan dan visi yang sejalan.
Jika kita percaya dan mementingkan kolaborasi, kita memahami kekuatan dari wisdom of crowds. Inti utama dari wisdom of crowds adalah berbagai kelompok yang berisi individu-individu yang mampu mengambil keputusan secara independen cenderung memprediksi dan mengambil keputusan secara lebih baik daripada individu lain atau para ahli sekalipun. Konsep ini tentu saja dipopulerkan oleh sebuah buku berjudul The Wisdom of Crowds yang ditulis oleh James Surowiecky (diucapkan SOO-roh-WIK-ee).
Selama ini belum pernah kita mampu menyerap nilai yang ada dalam wisdom of crowds yang mempunyai cakupan begitu luas dan dalam—bahkan melalui internet sekalipun. Merek-merek me-leverage sekumpulan intelijen dari suatu crowds yang bisa difungsikan dengen teknologi melalui crowdsourcing ideas dan solusi, serta dengan menciptakan komunitas online yang mampu berdiri sendiri.
Kini kita sudah mengeksplorasi nilai-nilai utama transparansi, kolektivisme, dan kolaborasi yang muncul dari dunia digital dan menggeser semakin banyak nilai dan pemasaran kembali ke dasar melalui aktivitas pemasaran yang didukung dunia digital. Lalu, ke mana kita melangkah dari sini? Mungkin inilah waktunya kita menanyakan beberapa pertanyaan berikut pada diri sendiri.
Apakah Anda Mementingkan Transparansi?
Mendengarkan dan Merespons
Apakah Anda mendengarkan? Apakah Anda mempunyai sistem untuk memonitor social media (SMM–social media monitoring)? Apakah Anda menganalisis sejumlah percakapan yang terjadi? Apakah sentimen di balik semua percakapan tersebut (positif, negatif, netral)? Apakah Anda tahu arah atau kecenderungan dari segala percakapan ini seiring waktu?
Mengenai kompetitor atau pesaing, apakah Anda menganalisis skor SIM (social influence marketing) Anda? Apakah Anda mengumpulkan data untuk keperluan pemasaran, produk, dan wawasan tentang pelayanan pelanggan? Apakah Anda mengenali di mana saja biasanya produk, perusahaan, atau diri Anda dibicarakan? Apakah Anda menggunakan SMM dan search untuk meramalkan penjualan dan juga untuk menentukan keefektifan kampanye-kampanye offline Anda?
Pada artikel selanjutnya, kita akan membahas tentang bagaimana Anda harus mementingkan dan menerapkan transparansi, kolektivisme, dan kolaborasi.
Bersambung…